Wednesday, April 29, 2015

Sejajar dan Tidak

Ini saya sekedar mengungkapkan apa yang pernah saya alami. Jadi, ketika berusia sekitar 13 tahun, saya merasa bahwa Pancasila dan Islam adalah sesuatu yang setara, dan dapat di-harmonisasi-kan dengan mudah.

Itu sebagian benar. Sekitar lima tahun setelah itu, kebenaran itu terbukti. Namun, bagi saya, itu sebagian. Maksud saya begini, adalah benar Islam dan Pancasila itu bisa diharmonisasikan dengan mudah, tetapi tidak dengan menyetarakan, melainkan dengan memposisikan ajaran-ajaran Islam lebih utama dibandingkan dasar negara. Artinya, dengan berjuta permohonan maaf, saya mengutamakan nilai-nilai Islam di atas nilai-nilai Pancasila, apabila terjadi perbedaan diantara keduanya.

Begini, ini keterbatasan saya. Jadi ketika berusia sekitar 15 tahun, sepertinya saya sudah berhasil mensintesa ajaran Islam dengan Pancasila, namun itu tidak semuanya. Dan, kepala saya menjadi sakit ketika berusia 18 tahun karena sibuk berpetualang mencari nilai - nilai sintesis tadi.

Jenak karena kepala sakit, akhirnya saya memutuskan untuk memprioritaskan nilai Islam ketika ada norma yang berbeda dengan Pancasila. Jelas, antara Islam dan Pancasila itu bukan norma yang total bertolak belakang. Bahkan banyak harmonis. Namun, di kepala saya, ada juga yang berbeda value-nya.

Setelah saya mengambil keputusan itu, saya sadar, bahwa "way of life" saya adalah Islam, bukan yang lain. Dan sakit kepala saya mendadak lenyap, seiring kejadian - kejadian yang semula rumit kini menjadi lebih mudah dan lebih jelas. Bagi saya.

Saya jadi ingat dengan seorang tokoh Indonesia, yang pernah disudutkan dalam wawancara dengan pers barat. "Anda itu orang Indonesia atau orang Islam ?". Dan tokoh itu menjawab," saya muslim". Ini mungkin sama. Saya bangga menjadi orang Indonesia, tetapi saya lebih bangga menjadi seorang Muslim. Sekali lagi, ini bagi saya. Entah anda. [] Haris Fauzi - 29 April 2015
http://kenisah.blogspot.com

No comments: