Wednesday, May 03, 2023

Demokrasi Bodoh

Di negara berpenduduk bodoh, 
Maka orang BODOH memenangkan pemilihan... 
Karena orang bodoh cenderung memilih sesama orang bodoh... 

Di negara miskin, 
Maka orang KAYA memenangkan pemilihan... 
Karena orang kaya memiliki modal untuk membeli suara... 

Di negara miskin yang berpenduduk bodoh, 
Maka orang KAYA memenangkan pemilihan, namun diam saja, agar orang BODOH merasa memenangkan pemilihan tersebut ... 


Tuesday, January 24, 2023

Fanatisme Anti dalam Sepakbola

Dalam sepakbola, berlaku (pula) kaidah "Fanatisme Anti" dikalangan supporter. Fanatisme Anti adalah ketidak-sukaan kepada klub tertentu, sehingga senantiasa mendukung lawan dari klub tersebut. Jadi, bukan fanatik "suka" terhadap klub tertentu, namun kebalikannya, yakni "fanatik-tidak-suka".
Tidak hanya di Indonesia, di Liga Inggris-pun berlaku demikian. Apalagi di kalangan supporter klub liga Inggris yang berasal dari Indonesia. Ketika manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson pensiun, nampak jelas fanatisme anti itu muncul di kalangan penggemar sepak bola Indonesia. Ferguson pensiun di 2013, tahun itu juga Manchester United kehilangan mahkota juara liga Inggris, diambil alih klub tetangganya, Manchester City.
Banyak kalangan bersuka cita kala Manchester City juara. Namun, apakah mereka adalah supporter Manchester City? Ternyata banyak juga yang bukan. Mereka hanya bersuka cita merayakan runtuhnya dominasi Manchester United.
Di Indonesia, fenomena tersebut nampak jelas, hingga muncul istilah ABM, Asal Bukan Manchester ( United).
Nasib seperti ini juga di alami oleh Arema Malang, sedari dulu. Klub profesional dan kenyang prestasi ini ternyata banyak yang tidak suka, anti. Mungkin karena dominasinya, minimal pernah mendominasi lapangan sepak bola nasional. Mungkin juga karena ke-khas-an supporternya. Ada yang bilang, kalo kalah supporternya ngamuk dan menyerbu turun lapangan. Namun, sejatinya bukan hanya Arema yang pernah demikian. Banyak juga klub yang supporternya pernah begitu. Tampak nyata saat PSSI kalah oleh Thailand di Piala AFF saat tanding di Jakarta, medio akhir Desember 2022. Saat itu juga kesebelasan Thailand diserbu supporter Indonesia rusuh. Jadi, kekecewaan supporter itu merata se-Indonesia, tidak hanya Arema. Namun, karena ada fanatisme anti Arema, maka Arema yang selalu diposisikan rusuh.
Kembali ke topik "Fanatisme Anti". Fanatisme Anti ini umumnya terjadi di ranah politik. Yakni saat peningkatan eskalasi kegiatan politik semacam Pemilu atau masa kampanye. Ketika salah satu partai / kontestan kalah, maka pendukungnya menjadi floating mass dan berpotensi menjadi kubu fanatisme anti.
Dalam kelompok fanatisme anti, dalam sepak bola, terdapat dominasi kalangan rendah pendidikan. Mereka begitu benci klub yang pernah mengalahkan klub idola. Saking bencinya, mereka membenci segala hal berkaitan dengan klub tersebut. Misalkan, kota dimana klub tersebut berasal. Sampai-sampai dia tidak mau menetap tinggal atau sekolah di kota tersebut. Saking bencinya. Kata kuncinya adalah "POKOK-nya", sama dengan kisah ABM di atas, " Pokok-nya Bukan Manchester".
Sebetulnya symptom-symptom seperti ini nyaris selalu ada, namun terbatas, tidak perlu dominan. Karena bila segala sesuatu diambil falsafah "POKOK-nya", ya jadinya fanatisme korslet. Wallahualam. 

Wednesday, August 10, 2022

Pernah Dicaci


Saya pernah dicaci gara-gara menulis bahwa Nabi Muhammad SAW adalah buta huruf. Ok, Slow saja, saya ceritakan dulu kronologisnya. Jadi kala itu jaman e-mail doang. Kisaran tahun 2000-an. Saat itu-pun saya terbiasa menulis kolom pribadi saya, lazim disebut blog. Namun kontennya saya sebar melalui grup-milis. Nah, ketika itu saya usai posting tulisan yang menyatakan bahwa Rasulullah buta huruf.

Daaan... Jreng .... saya mendapat cacian. Menurut Si Pencaci, tidak mungkin Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, karena salah satu produk dari agama adalah kitab suci. Bagaimana Rasul membaca kitab suci-nya bila dia buta huruf ? Itu pertanyaan besar dari Si Pencaci. Sepotong caciannya antara lain berbunyi," ... kamu terlalu banyak menulis tapi kurang membaca...".

Kejadian tersebut sudah cukup lama, saat masih jaya-jayanya milis. Belum ada BBM dan WAG. Andai bila saat itu sudah ada grup perpesanan, mungkin bisa heboh.

Sekira delapan tahun lalu, saya juga dicaci - caci. Gara - gara pas kala itu beredar berita seorang walikota marah - marah ihwal taman yang rusak. Nah kali ini benar - benar terjadi kehebohan di WhatsApp Group. Menurut saya kala itu kok marah - marahnya agak gimana gitu. Agak terkesan sandiwara. Nah, gara - gara ini, saya dicaci dengan sengit. " Itu marah beneran, mana mungkin pejabat pura - pura marah ? Tuduhanmu gak berdasar...bla.. bla.. bla ...".
Coba silakan tebak, siapakah sang walikota tersebut ? Anda tidak perlu menebak siapa Si Pencaci, cukup saya saja yang tau.

Sekitar bulan lalu, saya mendapat cacian lagi. Saat itu sedang ramai berita adanya "Dugaan Penyelewengan Dana Umat oleh ACT". Saat itu saya cuma berkomentar bahwa itu (bisa saja) pengalihan isyu, ada masalah yang lebih besar. Kontan saya dicaci dengan penuh emosi bahwa pernyataan saya tak berdasar. Saya diamkan saja, karena percuma berdialog dengan orang yang emosi. Namun dalam hitungan hari lantas bermunculan masalah global, perekonomian ambles, kurs USD mencapai 15.000 rupiah, adanya korupsi Apeng 70 Trilyun, rencana kenaikan harga BBM, dan seabreg lainnya. Cukup tiga dulu. [] haris fauzi - 10 Agustus 2022


gambar :
agefotostock dan kompasiana