Sunday, August 22, 2021

Pahala Thinking

Ini adalah ihwal mindset. Pola pikir kita dalam memahami ajaran Islam agar lebih mudah. Berusahalah berpikir bahwa amalan itu berdampak pahala, dan tentunya Ridho Allah SWT. Semua itu berangkat dari niat. Ini beberapa kejadian yang pernah saya alami, sekedar contoh sederhana dalam keseharian.

Rumah itu sebaiknya jauh dari masjid, atau dekat dengan masjid ?

Tentunya, memiliki rumah yang dekat dengan masjid itu menyenangkan. Lebih mudah bila saat subuh bersegera ke masjid. Pun pula hal ini dicontohkan oleh Rasulullah SWT. Rumah beliau sangat dekat dengan masjid Nabawi Madinah.

Lha terus, yang rumahnya -terlanjur- jauh bagaimana ? Pahala thinking saja. Rumah jauh, berarti bila ke masjid butuh banyak langkah. Setiap langkah berpahala. Ini keuntungan rumah yang jauh dari masjid.
 
Jadi, baik rumah jauh dari masjid ataupun dekat masjid, keduanya memiliki opsi pahala. Gak perlu berkecil hati. Tidak perlu berebut klaim ihwal siapa yang lebih ber-hak atas pahala. Semuanya kebagian pahala. Di-niat-kan begitu saja. Berapa pahalanya ? Ya pasrahkan saja kepada Allah SWT yang Maha Pemurah. Yakin.

Dalam prosesi tahalul saat ber-haji, mending rambut di cukur gundul atau dipendekkan ?

Keduanya ada dalilnya. Jadi tidaklah perlu berbantah. Dalam hadits Bukhari Muslim disebutkan bahwa para jamaah haji yang menggundul habis rambutnya akan mendapatkan maghfirah. Hal ini disebut tiga kali, baru kemudian menyebut para jamaah yang memendekkan rambutnya. Namun dalam Sirah Rasulullah, sepemahaman saya belum dipastikan apakah Rasulullah sendiri menggundul habis rambutnya sendiri. Bila Rasulullah memotong rambut, itu sudah banyak hadits-nya.

Jadi, hemat saya, antara yang menggundul rambut ataupun memotong rambut, tidaklah ada yang salah. Tinggal bagaimana kita ber-positive thinking, berpikir positif. Ber-'pahala' thinking, berpikir pahala. Menggundul rambut mendapat maghfirah, memotong rambut meneladani Rasulullah SAW.

Ketika imam ber-qunut, haruskah kita ikut ber-qunut ?

Untuk prosesi qunut dalam sholat subuh, ini sejatinya ada juga di sholat fardlu manapun, walau yang paling sering ada doa qunut adalah sholat subuh dan maghrib. Untuk yang ber-qunut di saat sholat subuh dan atau sholat maghrib, ini ada tuntunannya. Sementara yang tidak melakukan, ini juga ada dalil / tuntunannya.

Bila sedang berjamaah, imam-nya ber-qunut, maka bagi yang mengikuti, tentu saja berpahala. Sementara yang tidak ber-qunut, bila diniatkan mengikuti pendapat bahwa qunut tidak wajib, ya tidak salah juga. Ada yang berpendapat bahwa imam harus diikuti. Termasuk saat ber-qunut. Memang ada dalil yang menyatakan bahwa "Imam itu untuk diikuti". Tapi, untuk yang tidak ber-qunut karena mengikuti kebiasaan Rasulullah SAW, ya tidak salah juga. Bahkan mengikuti / meneladani Rasulullah SAW tidak ber-qunut itu tentu berpahala juga. Ber-positif thinking saja. Ber-'pahala' thinking saja.

Haruskah sholat tarawih di masjid ?

Harus ? Tentu saja tidak ada keharusan. Posisi sholat tarawih hukumnya adalah sunnah. Namun, sangat dianjurkan sholat tarawih di masjid untuk mendapatkan pahala kelipatan derajat sholat berjamaah. Berjamaah-nya berpahala, perjalanan ke masjid juga berpahala. Banyak bukan ?

Sholat tarawih di rumah bagaimana ? Rasulullah sedikit sekali melaksanakan sholat tarawih di masjid. Rasulullah SAW ber-tarawih di rumah, kebanyakan. Bahkan konon sholat tarawih di masjid secara berjamaah baru populer di era Umar bin Khaththab. Jadi, sholat tarawih di rumah tidak ada salahnya, apalagi diniatkan mengikuti / meneladani Rasulullah SAW. Tentu saja, meneladani Rasulullah SAW jelas - jelas berpahala.

Mana yang lebih utama ? Menjawab hal ini, kita kembali ke mindset tadi, ber-positive thinking, ber-pahala thinking.

Atas dasar beberapa hal praktis di atas, benarlah firman Allah SWT dalam surah Al Maidah ayat 16, bahwa banyak jalan (tidak satu jalan) menuju Ridha Allah SWT. Wallahu 'alam. [] haris fauzi, 22 agustus 2021

ilustrasi : syahida.com

Sunday, August 01, 2021

Pintu Tengah Surga

"Orang tua adalah pintu jannah yang paling tengah. Terserah kamu telantarkan ia ataukah kamu hendak menjaganya" (HR Tirmidzi)

Adalah teman kuliah, namanya Bagus Rokhmad. Asli Kediri. Usai kuliah di Malang, Pak Bagus lantas berkeluarga, tinggal dan bekerja di sekitaran Surabaya. Perjalanan hidupnya layak menjadi tauladan bagi kita semua.
Jadi ceritanya begini, suatu hari Pak Bagus menerima kabar bahwa Ibundanya sakit. Ditengah pandemi yang mewabah, dengan bersegera Pak Bagus berangkat menuju rumah orang tua yang sangat beliau sayang.

Ibundanya terpapar COVID 19. Pak Bagus merawat Ibundanya dengan sabar. Tak kuasa menahan ganasnya virus C-19, Pak Bagus qadarullah terpapar dan kondisinya memburuk. Demikian juga Ibundanya. Keduanya segera dilarikan menuju Rumah Sakit. Dalam penanganan rumah sakit, sang Ibunda tidak tertolong. Selang tak lama kemudian Pak Bagus-pun wafat menyusul Ibunda tersayang.

Atas Kuasa Allah SWT, keduanya insyaa Allah syahid sebagai korban thoun / wabah. Wafat dengan bermahkota ampunan --maghfirah-- Allah SWT. Ditambah lagi, insyaa Allah Pak Bagus akan memasuki surga melalui gerbang tengah, gerbang terbesar. Karena Pak Bagus telah berbakti kepada Ibundanya, hingga nafas terakhir. Hingga Ibundanya wafat, hingga Pak Bagus wafat menemani sang Ibunda. Subhanallah. [] haris fauzi, 1 Agustus 2021