Monday, September 19, 2011

kenisah : dimensi ikhlas

DIMENSI IKHLAS

Ada sinema dua dimensi. Layar tancep termasuk dua dimensi, dimensinya panjang kali lebar, dua sahaja. Juga bioskop kebanyakan. Di kota Malang ada gedung bioskop untuk rakyat jelata dengan tarip murah, film-nya disorotkan ke tembok. Ini juga sinema dua dimensi.
Jaman sekarang sudah banyak sinema tiga, bahkan empat dimensi. Banyaknya dimensi ini ya menyatakan kompleksitas sudut pandangnya. Semacam ruang pandang begitu. Sinema tiga dimensi bisa membuat penikmatnya seakan memasuki ruang cerita karena ada dimensi ketiga. Sementara sinema empat dimensi tentunya lebih 'nyata' ketimbang lainnya. Semakin banyak dimensinya, semakin nyata pulalah film dalam sinema tersebut.

Beberapa bulan lalu heboh berita pemancungan Tenaga Kerja Wanita di jazirah Arab sono. Lantas berita ini mendulang simpati. Dari simpati ini muncul ide penggalangan dana untuk TKW yang konon nestapa di Arab. Akhirnya terkumpullah milyaran rupiah dana sumbangan untuk seorang TKW.
Iya. Hasil sumbangan itu cukup besar sehingga menjadikan TKW yang menerima sumbangan tersebut menjadi kaya raya bahkan melampaui kekayaan para penyumbangnya sendiri.
Lantas apa yang terjadi ? Mengetahui fakta tersebut, tidak sedikit penyumbang yang bisa jadi 'menarik' keikhlasannya. Bahkan malah iri.

Kejadiannya mirip dengan berita tentang pengemis metropolitan. Minggu lalu sempat heboh berita tentang kampung pengemis di Sukabumi. Kampung tersebut memiliki dominasi rumah mewah dengan 'bath tube' segala, bahkan kabarnya ada rumah yang dilengkapi kolam renang. Profesi warga kampung tersebut adalah pengemis. Mereka mengemis di Jakarta, hidup mewah di Sukabumi. Mengejutkan sekaligus membuat kecele.

Berita tersebut me-"matahkan hati" dermawan jalanan ibukota. Ada perasaan kecewa campur 'kecele'. 'Kecele' itu semacam perasaan tertipu. Bagaimana tidak kecele ? Dermawan yang memiliki rumah tipe 21, mendermakan duitnya kepada pemilik rumah mewah.

Hal ini urusan ke-'ikhlas'-an. Disinilah kentara betapa luas dimensi ikhlas tersebut. Betapa banyak sudut padang dalam makna 'ikhlas'. Apakah itu 'ikhlas' ? Dalam al-Qur'an terdapat surat bernama Al-Ikhlas. Isi surat tersebut menggambarkan ke-'tauhid'-an. Walau cuma berisi empat ayat, surat tersebut bila dibaca tiga kali nilainya setara dengan membaca al-Qur'an keseluruhan. Maklumlah, tauhid merupakan ajaran utama al-Qur'an. Keikhlasan itu dekat dengan ajaran tauhid, penghambaan kepada Tuhan. Jadi tidak bisa dipungkiri lagi bahwa keikhlasan memiliki dimensi yang kompleks karena keterkaitannya dengan ajaran tauhid.

Berkaitan dengan urusan tadi, tentunya dimensi ikhlas ini termasuk berurusan kepada orang - orang yang kecele, orang - orang yang semula ikhlas penuh, akhirnya terhanguskan pahala ikhlas tersebut gara - gara ganjalan hati yang muncul kemudian karena kecewa dan kecele. Karena kecele dan kecewa, maka hilanglah poin keikhlasannya. Hal ini menurunkan derajat ketauhidan seseorang.

Sejatinya manusia yang baik adalah manusia yang bisa bertahan dengan jiwa ikhlasnya. Walau tentunya ini tidak gampang. Dan dalam analoginya, pahala ikhlas ini akan menyempurnakan ketauhidan seseorang apabila orang tersebut mampu mempertahankan jiwa ikhlasnya. [] haris fauzi - cijagra, 17 september 2011

-------------
gambar : mbaheman.blogspot.com

Saturday, September 10, 2011

kenisah : belajar dari Ali dan BJH

BELAJAR DARI ALI DAN BJH

Ali bin Abi Thalib memang relatif singkat memegang jabatan khalifah, hanya sekitar lima tahun. Mungkin tidak lebih lima tahun. Di masa yang singkat tersebut, banyak sekali hikmah yang bisa dijadikan pelajaran, termasuk dalam pertempuran dan perang yang harus dijalaninya. Setidaknya ada dua perang yang kerap disebut - sebut dalam masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, yakni perang Jamal dan perang Shiffin yang keduanya mulai terjadi sekitar tahun 658, di awal masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Dalam kisah pertempuran Shiffin, pasukan Ali bin Abi Thalib mendesak pasukan Muawiyyah hingga ke tepi sungai. Merasa kekalahan menjelang, mendadak salah satu punggawa Muawiyyah mengusulkan gencatan senjata dan perundingan. Punggawa tersebut bernama Amru bin Ash. Kejadian ini sangat populer, karena cara Amru bin Ash untuk mengusulkan gencatan senjata sangatlah unik, yakni dengan memerintahkan seluruh pasukannya untuk mengangkat tombak dengan Al-Quran terbuka di ujung - ujungnya.

Semula, Ali bin Abi Thalib tidak menerima usulan gencatan senjata ini. Sebagai ahli militer yang cendekia, Ali menginginkan untuk meneruskan pertempuran dan terus mendesak lawannya. Ada dua pertimbangan utama mengapa Ali berkeinginan meneruskan pertempuran, yakni kemenangan sudah di depan mata karena lawannya telah terdesak, dan yang kedua adalah adanya kekhawatiran munculnya tipu-daya dalam perundingan. Sifat teguh Ali ini mengundang perdebatan di kalangan orang-orang dekatnya. Entah berawal dari mana, beberapa pengikut Ali terus - menerus menghembuskan opini agar menerima usulan gencatan senjata tersebut. Aneh memang, ketika kemenangan sudah didepan mata, beberapa orang malah menghendaki menyurut. Kelompok ini terus memaksakan kehendaknya agar Ali bersedia menerima usulan untuk berunding. Walhasil Ali melunak dan bersedia menerima usulan gencatan senjata sekaligus mengirimkan utusan untuk melakukan perundingan.

Seperti apa yang telah diperkirakan Khalifah Ali, ternyata terdapat keganjilan dalam pelaksanaan perundingan, dan hasil perundingan tersebut akhirnya malah merugikan pihak Ali. Dalam perundingan tersebut Ali sebagai khalifah --singkat cerita-- malah harus menyerahkan ke-khalifahan-nya kepada Muawiyyah. Atas hasil perundingan yang buruk ini terjadilah pergolakan di pihak Ali. Hampir semua pengikut Ali menyalahkan rekannya yang me-'maksa'-kan kehendaknya untuk menerima usulan gencatan senjata. Sementara pengikut Ali yang semula getol meng-opini-kan gencatan senjata, akhirnya menyadari kesalahannya dan malah berlepas tangan keluar dari barisan.

Ali adalah sosok pribadi yang ksatria. Konon sifat kesatriaannya ini belum tertandingi oleh siapapun di muka bumi ini. Menyimak kerugian yang dideritanya dalam perundingan, Ali tetap menghormati hasil perundingan tersebut. Hampir seluruh pengikutnya tidak bisa menerima kekalahan ini, bahkan beberapa mereka yang semula ngotot meminta Ali memilih jalur perundingan-pun tidak bisa menerima hasil buruk ini.

Ringkas cerita, Ali hanya mengingatkan bahwa semula seharusnya pihaknya tidak perlu menerima usulan perundingan dari pihak Amru bin Ash. Namun Ali juga mengingatkan pengikutnya, bahwa ketika sudah memilih jalur perundingan, apapun hasilnya haruslah dihormati dengan bersedia menanggung segala resikonya.
Namun apa yang disampaikan Ali ternyata tidak mudah diterima oleh pengikutnya. Carut - marut terus terjadi hingga akhirnya Ali terbunuh ketika menjadi Imam sholat subuh. Pembunuhan inilah yang benar - benar mengakhiri kepemimpinan Ali.

----

Setidaknya ada kemiripan dengan masa pemerintahan Presiden BJ Habibie. BJ Habibie menjadi Presiden Indonesia dalam tempo yang relatif singkat, tidak lebih dua tahun rasanya. Dalam masa pemerintahannya yang pendek tersebut banyak agenda yang harus diselesaikannya, salah satunya adalah kasus Propinsi Timor - Timur. Konon BJ Habibie mendapat desakan sangat keras dari banyak pihak yang mengusulkan adanya Jajak Pendapat Propinsi Timor-Timur. Alasan utama para pengusul jajak pendapat itu adalah isu 'demokratisasi'. Bisa kita lihat bagaimana Jajak Pendapat itu dilaksanakan, yang mana hasilnya merugikan keutuhan Nusantara Republik Indonesia. Dengan terlepasnya Propinsi Timor-Timur tersebut, pihak - pihak yang semula mendesakkan keinginannya untuk pelaksanaan Jajak Pendapat akhirnya belakangan malah berlepas tangan. Dan 'kerugian besar' ini di-'timpa'-kan semata - mata menjadi kesalahan fatal Presiden BJ Habibie seorang diri.

Dalam kasus Shiffin dan Jajak Pendapat, ketika Ali ikhlas menyerahkan ke-khalifahan-nya, ketika BJ Habibie legowo tidak menjadi presiden lagi, ...kemana perginya pihak yang memaksakan usulannya itu ? Seperti pepatah bilang, 'para pengecut akan berlepas tangan dan melarikan diri dari gelanggang...'[] haris fauzi - 10 September 2011 - kepada tulisan "Wisdom Quotes of BJ Habibie" karya Lek Aji Surya
salam,
haris fauzi
kolomkenisah