Thursday, November 22, 2012

Gaza


Sejenak setelah Presiden Obama memenangkan persaingan Pemilihan Umum Presiden AS, tak lama setelah itu Israel menggempur Gaza. Alasannya adalah roket Hamas. Hamas Palestina memang suka usil dengan melontarkan roket - roketnya, namun serbuan Zionis itu tidaklah sepadan dengan roket Hamas. Mengapa tidak sepadan ? Jelas dari sisi dampak pengerusakannya, kandang sapi saja tidaklah mengapa bila tertimpa roket Hamas. Namun kalo serbuan angkatan udara Zionis jelas - jelas memporak-porandakan perkampungan, mencabut nyawa bayi, wanita, dan orang yang naas.


Apa yang terjadi dengan Obama ? Dalam koran Republika disebutkan bahwa Obama menyatakan bila serangan udara Zionis merupakan bentuk beladiri. Namun setelah Zionis makin lama semakin menggila, Obama mulai merancang strategi yang lain.

Apa urusannya pemilu presiden dengan zionis ? Bukan khayal bila dalam kemenangan pemilihan presiden tersebut, dana kampanye Obama berasal dari lobi yahudi yang demikian kuat ideologi zionis-nya. Namun bukan berarti pesaing Obama, Romney adalah bukan lobi yahudi. Sudah umum bahwa untuk mencapai kepentingannya, lobi yahudi selalu membiayai semua calon presiden, dengan deal - deal tertentu. Lobi yahudi tentunya juga menitipkan pesan agar presiden USA bisa menyetir PBB untuk kepentingan Zionis. Ini terbukti dalam beberapa generasi, bahwa setiap ada usulan di forum PBB yang merugikan zionis, --kritik-kritik dari Ahmadinejad misalnya, maka Sekjen PBB cenderung menahannya, dan bila terjepit maka veto presiden AS akan digunakan. Ringkas ceritera, dalam hal ini setidaknya lobi yahudi berusaha dengan dua kartu, presiden AS dan PBB sebagai pemain utama. Pemain figurannya bisa jadi jutaan orang.

Pernyataan Obama bahwa serangan udara Israel merupakan bentuk 'beladiri' tersebut jelas - jelas merupakan bukti jual beli pengembalian bantuan lobi yahudi tersebut. Namun Obama tentunya tidak demikian saja dengan mudah meng-iya-kan, apalagi serangan Zionis memakan banyak sekali korban sipil. Akhirnya Obama menyusun strategi diplomatik. Dan ini langkah benar, karena bila Obama senantiasa mengatakan sebagai "beladiri" dan tidak segera mengirim Hillary di jalur diplomatik, maka apa yang diprediksi oleh Noam Chomsky akan terwujud, yakni Zionis akan mengadakan "serangan pamungkas" untuk membersihkan etnis Palestina. Program pembersihan etnis Palestina ini sudah dirancang cukup lama oleh Benjamin Netanyahu. Dan, serangan ini harus segera dilaksanakan, karena bila terlambat maka Palestina dengan peningkatan status-nya di PBB, di depan Pengadilan Internasional akan bisa menuntut Zionis sebagai "penjahat perang". Ini yang tidak dikehendaki oleh Zionis. Kalau ini sampai terjadi maka nasib Israel bisa seperti Serbia yang mirip maling ayam dikejar - kejar hansip.

Namun lobi yahudi yang hanya mengandalkan sosok presiden Amerika rupanya kurang tepat. Karena Ban Ki Mon -Sekjen PBB-, ternyata tidak terlalu bisa dipengaruhi oleh sosok presiden USA. Walau-pun terkesan sulit mengambil keputusan, Ki Mon ternyata mendengarkan suara dari dunia Arab, terutama dari Mesir. Walhasil, program diplomatik yang berjalan  --hingga diberlakukannya gencatan senjata pada hari ini-- malah lebih menguntungkan Gaza. Selain mencantumkan gencatan senjata yang diawasi oleh Internasional, maka dalam hasil misi diplomatik tersebut malah mencantumkan adanya pembukaan blokade Gaza yang selama ini menjerat warga Gaza. Tentunya Netanyahu tidak terlalu suka dengan hasil buruk ini. Seorang pengamat politik Tel Aviv menyatakan bahwa Zionis pasti gusar dengan hasil yang berada diluar prediksi mereka. [] haris fauzi - 22 Nopember 2012

ilustrasi : latuff2

Thursday, November 08, 2012

Terlihat Tua

Umumnya, orang paruh baya lebih suka terlihat lebih muda daripada umur sebenarnya. Untuk usia 40-an, banyak yang merubah penampilan agar nampak lebih muda dan lebih segar. Sebetulnya, kalo boleh menyombong dikit-- saya termasuk orang yang nampak lebih muda dari usia saya sebenarnya, jadi saya tidak perlu melakukan usaha apapun agar terlihat muda. Bahkan saya kadangkala menginginkan berpenampilan nampak lebih tua dari kelihatan sekarang, setidaknya saya ingin nampak seperti umur saya sekarang.

Ini pengalaman saya yang menghendaki hal itu. Tahun 2001, usia saya 29 tahun. Saya mengikuti proses rekruitmen suatu perusahaan. Yang datang hari itu banyak orang dengan asist berbagai level. Kebetulan saya di asist untuk level manajemen. Di ruang tunggu saya berkenalan dengan beberapa orang, dan kebanyakan mereka mengira saya di-rekrut untuk posisi worker, yang kebanyakan diisi remaja usia 19 tahunan. Saya tidak perlu membuka 'kedok' saya, karena saya berprinsip cukup pihak yang akan melakukan interview kepada saya yang faham posisi saya. Walhasil, saya ditempatkan menunggu bareng para calon worker, sementara calon manajer berada di ruang lain, yang pastinya lebih nyaman. Setelah beberapa menit, akhirnya saya dipersilahkan memasuki ruang tunggu calon manajer.

Yang kedua, saya mendampingi direktur ke Taiwan. Kunjungan bisnis. Saat itu usia saya sekitar 33 tahun. Sebagai urusan bisnis, mungkin kurang tepat ketika itu saya tidak memotong rambut. Rambut belakang saya nyaris mencapai separuh punggung, depan panjang lurus seperti pemain sepak bola Argentina, Claudio Caniggia. Dan kala itu remaja Taiwan sedang demam Meteor Garden, sinetron remaja yang bintangnya berambut gondrong. Dan akibatnya adalah otomatis saya diposisikan sebagai remaja, bukan sebagai manajer yang mendampingi direktur. Kondisi ini membuat urusan bisnis jadi lumayan kikuk, walau saya mengenakan jas lengkap sekalipun.

Sudahlah, suatu ketika kita ingin terlihat tua, suatu saat ingin terlihat lebih muda, suatu saat lebih wise nampak sebagaimana usia sebenarnya. [] haris fauzi - 8 nopember 2012