Saturday, May 30, 2015

mengejar waktu sholat

Suatu hari --entah sekitar 10 tahun lalu, mungkin,-- saya mendapat kabar bahwa seorang tetangga saya meninggal dunia karena kecelakaan kendaraan bermotor. Usut punya usut, akhirnya seorang temannya menceritakan bahwa almarhum memang kalo pulang kantor sering ngebut, katanya hendak mengejar waktu sholat jamaah di masjid kampung. Mendengar itu saya cuma menggulung jidat (bisa gitu yak ? nggulung jidat --ah, ini cuma nyoba istilah baru selain menekuk jidat). Apa gitu lho, mengejar sholat ?

Beberapa tahun setelah kejadian itu, saya lupa. Saya asik dengan beberapa hal, diantaranya, semenjak tahun 2006, pabrik dimana saya bekerja menghimbau kepada para karyawannya untuk berjamaah sholat di masjid. Nama masjid-nya Al-Amaal. Bahkan jam istirahat sore mengikuti jadwal adzan Ashar, serta waktunya diperpanjang dari 10 menit menjadi 20 menit, karena ada acara sholat jamaah. Sementara saat istirahat makan siang, diatur bagaimana caranya agar sholat bisa berjamaah rame-rame di masjid, setelah itu baru makan siang. Hal ini memicu saya untuk berusaha dan makin berusaha menggenapkan sholat wajib berjamaah di masjid. Misalkan, dalam perjalanan pulang kantor berusaha untuk mampir masjid saat menjelang adzan maghrib atawa isya.

Beberapa tahun menjalani hal tersebut, saya pindah kerja, dimana kantor baru tersebut tidak punya masjid, namun ada masjid berjarak sekitar 200 meter. Dari sinilah gundah gulana itu mulai terasa. Saya seperti kehilangan ritual dhuhur dan ashar di masjid yang selama ini saya jalani.

Suatu malam, sekitar lima belas menit menjelang sholat isya, kebetulan saya sedang dalam perjalanan bersama beberapa teman. Saya menyarankan untuk stay di masjid terlebih dahulu, menunggu isya, ba'da sholat isya barulah melanjutkan perjalanan. Ternyata usul saya tidak disetujui audiens, terutama karena rekan yang paling senior memang mengusulkan untuk go a head aja karena mengejar waktu. Dan kami-pun melanjutkan perjalanan. Lima belas menit kemudian kala kami semua sedang berkendara duduk di jok mobil, terdengar adzan isya, dan kami masih dalam perjalanan. Yang terjadi adalah hati ini merasa sangat bersalah, karena kehilangan kesempatan tersebut.

Kejadian kedua adalah ketika saya mengejar waktu maghrib, terburu - buru saya parkir, ganti sandal, lantas bergegas menuju arah asal adzan berkumandang. Dalam rangka itu, tak dinyana berjumpa dengan teman lama di area parkiran. Kita ngobrol sebentar, namun saya segera mengisyaratkan menuju panggilan adzan. Sang teman mengangguk, namun dia bersegera memenuhi urusan yang lain. Dan kami-pun bersimpang jalan.

Teman senior dan teman lama dalam dua paragraf sebelum ini, mungkin saja belum mengalami apa yang saya alami, bahwa hati ini kebat - kabit ketika ada adzan masjid, namun kita men-cuek-i-nya. Dari sini saya baru faham, mengapa tetangga saya ngebut hingga akhirnya mengalami kecelakaan. Apa-pun, mengebut itu tidak benar. Namun, setidaknya harus ada usaha untuk berusaha menepati janji dalam rangka sholat berjamaah di masjid tepat waktu. Karena itu sejatinya wajib bagi pria. Wallahu'alam. [] haris fauzi, 30 mei 2015

Wednesday, May 27, 2015

ngaji opo ndalang

Berhubung ini perihal ngaji langgam jawa, ya mungkin tulisan ini akan diselingi dengan boso jowo. Sakwijining dino, seperti kita ketahui, pada bulan Mei 2015, pak Presiden mengadakan acara peringatan Isra' Mi'raj di istana. Dan, yang ngaji adalah mas Arafat. Ngajinya pake logat jawa, istilah yang kemudian populer adalah ngaji langgam jawa.

Heboh ? Jelas. Walau model ngaji ini sudah pernah dilakukan beberapa tahun silam, tapi baru kegaduhannya ngetop sekarang ketika tampil di istana negara. Itu dia. Grup-grup diskusi dan dunia maya kontan dibanjiri posting pro - kontra ihwal ngaji langgam jawa yang dilakukan mas Arafat di istana. Pak menteri agama kondang ngetop mendadak. ini baru namanya kontroversial sesial-sialnya.

Yo uwis lah. Setelah membaca di banyak posting, menurut saya ada beberapa anggapan ihwal ngaji langgam jawa ini, tapi mengerucut menjadi dua pandangan pokok. Pandangan pertama adalah mereka yang beranggapan bahwa mengaji itu merupakan seni membaca yang bisa berbaur dengan budaya setempat. Penganut faham ini pasti tidak ragu - ragu ihwal pembauran budaya seperti halnya musik rock diselingi gamelan. Boleh jadi faham ini bertolak pikir dari penyelenggaraan lomba - lomba keindahan baca al-Qur'an. Karena yang dilombakan keindahannya, maka semakin atraktif dan inovatif, bisa jadi dianggap semakin indah. Untungnya belum ada ngaji dengan dilatari koreografi tari. Tapi kalo mengaji di-blend dengan orkestra, rasanya sudah pernah ada.

Ini oleh para pendukungnya, mengaji langgam jawa itu di-klaim sebagai masalah kultur, budaya. Konon, jaman dahulu, walisongo menggubah lagu - lagu jawa untuk mendakwahkan Islam. Ini memang kurang pas bila disamaratakan dengan men-dalang-kan mengaji al-Qur'an. Memang banyak lagu - lagu jawa gubahan walisongo. Isinya dakwah. Contohnya lagu 'lir-ilir', tetapi, belum ada saya temui lagu langgam jawa gubahan walisongo yang murni sebagai mengaji al-Qur'an.

Balik maneh nyang ukoro keindahan membaca, tentu tidak ada hubunganya dengan ritual ibadah. Tidak ada syarat harus wudlu dulu, atau bisa jadi dalam keadaan junub boleh saja membaca. Ini titik lemah pandangan yang menganggap mengaji adalah bukan ibadah, mengaji hanya sekedar seni membaca. Mengaji bukan hal sakral, bahkan bagi mereka mungkin lagu Indonesia Raya lebih sakral ketimbang al-Qur'an. Buktinya ketika saya lemparkan survey-survey-an tentang dangdutisasi Indonesia Raya, mereka membanjir kutukan.

Pandangan kedua adalah mereka yang beranggapan mengaji adalah ibadah, yang memiliki ritual tertentu, tidak boleh sedang berjunub (musti mandi dulu coy). Mangkanya, mereka yang berpandangan bahwa mengaji adalah ibadah tentunya lebih saklek. Bahkan, secara ekstrim, kalangan ini mengeluarkan statemen seperti," kalo mengaji gaya jawa, besok kalo mati dikafani batik aja". Hahaha... Ngguyu kemekelen aku. Lha bayangkan, betapa ngerinya bila ada yang dikubur pake kain mayit batik, atau dibungkus kain jeans sekalian. Hahaha.

Lepas dari pro-kontra, memang kecenderungannya lebih benar dan aman bagi mereka yang menganggap mengaji adalah ibadah. Pro kepada pandangan kedua. Namun jangan salah. Pedukung fanatik presiden Jokowi banyak perpihak pada pandangan pertama, yang menganggap bahwa mengaji adalah seni membaca. Dampak positifnya adalah, kasus ini menjadi ujian loyalitas pendukung Jokowi. Apakah mereka memang benar - benar mendukung semua yang terjadi di istana sebagai kebenaran mutlak,... atau mereka cuma berhenti sampai sini dan kemudian mulai menyadari bahwa idola mereka memang memiliki banyak kelemahan. Yo wis lah. Iki ora omongan soal presiden.

Lha saya ? Terus terang, saya penganut paham kedua, atas dasar dua alasan utama. Alasan pertama adalah, nabi Muhammad SAW pernah mencontohkan ibadah mengaji, walau tanpa melagu-lagukan. Dan ada beberapa sahabat Rasul yang mengaji dengan cara melagukan, namun direstui oleh Rasulullah. Sayangnya, semua sahabat yang melagukan pembacaan al-Qur'an, tidak ada yang memakai logat jawa. Maka, saya beranggapan bahwa sunnah mengaji yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah tanpa lagu, dan yang dicontohkan oleh sahabat adalah melagukan ala arab, bukan ala jawa. Ya, jelas, wong sahabat nabi gak onok sing seko jowo, opo maneh sing penggawean-e ndalang. Untuk itu, tauladan mengaji yang dilagukan adalah dalam model arab.

Alasan kedua mengapa mengaji harus dalam cara arab, adalah al-Qur'an itu bagian bacaan dari sholat. Kita sholat --mengikuti tauladan Rasulullah-- bacaannya bahasa arab. Untuk itu, maka mengaji juga dicontohkan dalam langgam arab. Karena mengaji dan sholat itu satu model. Apa jadinya jika kita misalnya, dalam sholat trus membaca al-Fatihah dalam langgam jawa ? Lak gak genah, sholat-e durung rampung, malah mari ngono metu wayang-e. Hahaha.... [] haris fauzi - 27 mei 2015

Wednesday, May 20, 2015

Rambu Mahasiswa

Jangan sampe gerakan mahasiswa berjalan menurut 3 rambu ini :

Rambu 1 : bersuara lantang
Rambu 2 : jamuan makan
Rambu 3 : balik arah


http://kenisah.blogspot.com

Tuesday, May 19, 2015

Saturday, May 16, 2015

Ini Cuma Misal Ihwal Lantai

Semisal kejadiannya seperti ini. Ada balai desa, yang lantainya terbuat dari keramik. Sebagian dari lantai keramik itu, sekitar dua puluh persennya, sudah pecah - pecah sehingga mengelupas di sana - sini. Pokoknya, berhubung sudah lima tahunan tidak diurus, balai desa itu jadi rungsep. Kondisi terparah adalah lantai.

Mendadak ada pak Aulia yang berinisiatif membersihkan balai desa tersebut. Setiap minggu pak Aulia menyempatan sambang ke balai desa. Minggu lalu dia menyiangi rumput, minggu sebelumnya memasang bohlam. Ulah pak Aulia ini akhirnya menarik perhatian aparat desa yang selama ini malah menelantarkan balai.

Minggu ini pak Aulia pagi-pagi membawa sak semen dan ember. Katanya bakal nyemen lantai yang mengelupas, tapi tidak dengan keramiknya. Dengar-dengar, pak Aulia sedang bersemangat mengerjakan semenan itu, karena dia mau pengajian sore-nya. Woro-woro pengajian kecil-kecilan sudah berhembus, atanya ba'da maghrib.

Siang hari bu bendahara desa mengunjungi balai desa, berikut beberapa stafnya yang lembur mendampingi bu bendahara. Pak Aulia tengah berkeringat memoleskan semen ke lantai.

Bu bendahara bilang," gak ditutup keramik, pak ?".
Pak Aulia menjawab," belum ada duitnya saya, bu. Saya semen saja. Saya rasa itu cukup".
"Wah, jelek doooong".
"Ya gimana lagi, bu ?".
"Besok-besok deh saya bawain keramik. Minggu depan saya ambil dana kas.".
"Harus sekarang, bu. Biar cepet kering. Kan ntar sore dipake pengajian".
"Minggu depan saja. Sekarang dibiarin saja, pak. Jangan disemen dulu, biar besok-besok gampang kalo masang keramik".
"Lha pengajian ntar gimana, bu ? Masa lantainya ancur".
"Ah.... Gimana ya ? Gapapa lah...." [] Haris Fauzi, 16 mei 2015
http://kenisah.blogspot.com

Friday, May 15, 2015

klenik modern

Dalam abad serba internet ini, sepertinya cerita - kisah dukun, tuyul, perewangan, jin, dan lain sebagainya dianggap dianggap sebagai cerita kuno, akut dianggap sebagai cerita jaman dulu. Jaman dulu, kalo mau kaya, pelihara tuyul. Kalo mau nyolong beras, pelihara keblag Kalo mau nyolong dan menjarah rumah, maka pelihara ilmu babi ngepet. Kalo mau usaha laris, pelihara jin perewangan (rewang, dalam bahasa jawa berarti pembantu). Itu anggapan klenik, yang katanya marak di jaman dulu.
Jaman kini ? Katanya, jaman internet ini, tidak ada hal - hal begituan. Apalagi di dunia barat, Eropa, yang super modern. Mana ada dunia klenik. Bahkan agama-pun semenjak renaisans sudah tersisihkan. Dalam media - media pro-barat, jamak kita tau bahwa di Eropa sudah tidak lagi mengenal agama kecuali sebagai kegiatan ritual terpisah, sekuler. Dalam kondisi seperti itu, jangankan mengerti sosok setan,  apalagi per-tuyul-an. Tuyul sepertinya dinyatakan sudah punah di Eropa.

Padahal, sejatinya dalam fitrah manusia, --manusia sebagai wujud dunia nyata,-- rasanya tidak mungkin terpisah dari dunia ghaib. Banyak fakta membuktikan itu, sayangnya manusia sok modern itu selalu mengingkari dan mengingkari serta malu mengakui keterlibatan dunia ghaib dalam peran hidup manusia. Tuhan, malaikat, dan keajaiban para nabi membuktikan hal itu. Itulah yang dimaksud elemen ghaib dalam agama, percaya kepada hal ghaib.

Jadi, sebenarnya manusia itu tidak bisa lepas dari dunia ghaib, tidak peduli secanggih apapun gadget dan laptop yang dia gunakan. Tinggal bagaimana setiap individu manusia bercengrama dengan dunia ghaib-nya. Ada manusia yang merumput ke dunia ghaib dengan  cara dan kaidah yang "benar", ada juga yang memilih menuju rimba dunia ghaib yang "salah". Dalam Islam, dunia ghaib itu harus diyakini. Ini salah satu kecenderungan manusia yang benar dalam menjalani perannya di ranah ghaib. Yang salah adalah, bila terperosok ke dalam rimba ilmu hitam dan berkolaborasi dengan iblis, maka manusia itu mengikuti alam ghaib yang "salah". Ya perdukunan, pertuyulan, atau perewangan tadi.

Trus, bila di Eropa kini, alam ghaib yang berasal dari agama ternyata sudah disisihkan dengan sekulerisasi, bagaimana pula kelanjutannya ?
Jadi begini, menyisihkan faktor agama, ternyata bukan langkah yang tepat. Manusia, secanggih apapun, ternyata masih butuh dunia ghaib. Agama menyediakan ranah ghaib secara positif. Apa jadinya bila manusia yang seharusnya memang membutuhkan dunia ghaib, ternyata alam ghaib positif-nya dicampakkan ? Yang bakal terjadi adalah mereka bercengkrama dengan dunia ghaib negatif. Itulah ilmu hitam. Bagaimana sebenarnya dengan alam ghaib yang negatif ? Mereka adalah dunia ilmu hitam, seteru agama dalam dunia ghaib - meng-ghaib.

Sebentar....  mari kita ulang... Benarkah di dunia Barat yang identik dengan modernisme itu ternyata ada dunia ghaib ? Ada praktek dunia hitam ?
Tidak perlu repot menelisik jauh. Itulah yang terjadi walau tidak semuanya secara langsung terlibat ilmu ghaib hitam. Kita bisa menengok kiprah dari organisasi rahasia Eropa - Amerika terbesar bernama 'illuminati'. Organisasi illuminati juga dikenal dengan faham "Freemasonry". Mungkin, organisasi ini merupakan organisasi rahasia terbesar pengaruhnya di dunia saat ini. Ide yang ditawarkan organisasi ini adalah membentukan orde baru, masa depan yang tanpa agama --alias meniadakan agama, dan dunia baru itu ditentukan oleh kebijakan organisasi illuminati. Mereka berencana menguasai dunia.

Format organisasi itu bisa digambarkan dengan tiga lapis model. Secara garis besar, lantai dasar organisasi yang menyorongkan ide kesatuan di bawah logo "mata satu" itu dihuni oleh penguasaan bidang media dan hiburan. Mereka menguasai banyak saham radio, stasiun televisi, dan media cetak. Secara perlahan, siaran - siaran mereka mengekspresikan ide - ide organisasi illuminati. Jaman informasi seperti ini, media dan entertainment merupakan sarana yang hebat untuk kampanye. Baik kampanye politik maupun hiburan.

Dalam konteks dunia hiburan, walau secara rahasia, illuminati jelas - jelas mencoba melakukan pengkaderan entertainer - entertainer baru, dengan janji masa depan yang cerah di dunia selebritas. Hal ini masuk akal, penguasaan media yang demikian besar, memungkinkan mengkatrol pencitraan artis atau politisi sehingga bisa terpoles terang - benderang.

Dalam ketatnya persaingan dunia hiburan, banyak artis yang berlomba - lomba mengharap dukungan organisasi illuminati. Beberapa syarat diterapkan oleh organisasi illuminati untuk rekruitmen artis kader-nya. Tentunya tidak mudah, dan tidak semua artis bisa masuk. Salah satu sarat yang diterapkan organisasi kepada artis peminat yakni kesediaan artis untuk meng-endors ide - ide organisasi illuminati, diantaranya dengan melakukan sosialisasi logo organisasi, Mata Satu dan Segitiga. Pada level dasar ini, media dan entertainment, yang nampak dominan adalah murni persaingan bisnis popularitas.

Papan tengah organisasi adalah praktek bisnis, politik dan hukum. Politik demokratisasi merupakan metode yang digunakan sebagai senjata oleh organisasi ini untuk melumpuhkan model politik lainnya. Tidak hanya itu, papan tengah illuminati dikuasai oleh jago - jago politik berbasis politik demokrasi barat. Konon, invasi - invasi yang dilakukan oleh tentara negara barat kepada negara - negara Arab, invasi itu disokong oleh illuminati yang memang tidak menghendaki pemimpin - pemimpin kharismatis Arab. Pemilu - pemilu presiden di seluruh dunia tak ada yang bersih dari peran organisasi illuminati. Mereka berada dibalik skenario penggulingan presiden Mursi, Mesir, misalnya. Tak heran, karena misi organisasi ini adalah menguasai dunia, membentuk dunia baru, menghilangkan hukum yang ada, dan lantas mengganti dengan hukum illuminati. Illuminati membutuhkan sebanyak - banyaknya pion kepala negara.

Bidang hukum juga merupakan lahan yang harus mutlak dikuasai oleh organisasi illuminati. Sudah jelas, bahwa organisasi bisa lancar mencapai tujuan bila mampu menguasai jalur hukum. Para tokohnya pandai bersilat hukum sehingga bisa meloloskan diri dari jebakan hukum, mampu memenjarakan lawan organisasi, dan mampu membuat perubahan - perubahan hukum agar hukum bersinergi dengan tujuan organisasi. Ini lahan strategis.

Dua kapling tersebut menjanjikan perputaran dana yang tidak sedikit. Sepertinya dana dari dua kapling itu sudah cukup untuk memutar roda organisasi. Sebagaimana praktek hukum, ada kemungkinan praktek bisnis terletak diantara papan tengah dan puncak segitiga organisasi. Bisnis menghasilkan uang, dan rugi juga mungkin menimpa. Nah, disinilah jelas - jelas ada peran dunia ghaib. Supaya bisa untung besar, maka banyak pebisnis, lawyer, bahkan politisi yang membutuhkan bantuan kelompok pemuja alam ghaib praktek ilmu hitam. Ini semacam perewangan di ranah dukun jawa. Baiklah, memang hal perewangan ini belum pernah bisa terbukti secara hukum, bisa jadi karena memang susah dikejar evidence-nya, bisa juga karena ranah hukum sudah dikuasai organisasi illuminati, sehingga selalu ditutup - tutupi.

Siapa sajakah yang berperan sebagai dukun perewangan di abad milenium ini ? Mereka menghuni papan atas organisasi. Kelompok - kelompok dukun seperti pemuja pentagram, luciferian, dan sebangsanya hingga detik ini masih berjaya dengan ke-misterius-annya. Mereka oleh organisasi illuminati dikesankan seperti terpisah tersendiri, tetapi sejatinya mereka memiliki konektivitas dengan dunia bisnis, hukum, dan politik yang berada dipapan - papan lain organisasi. Kelompok dukun - dukun ini meminta bantuan iblis untuk memuluskan jalan politik, bisnis, dan hukum dari rekan - rekan mereka. Coba bayangkan. bila seorang pebisnis didukung seekor tuyul mungil aja sudah bisa mengeruk kekayaan melimpah, bagaimana dengan mereka yang bekerjasama dengan iblis yang notabene berjuta kali lebih sakti ketimbang tuyul gunung kawi ?

Dari fasa inilah terlihat jelas konektivitas logo "mata satu" sebagai lambang iblis terkait dengan kiprah mereka di layer papan bawah, seperti pemunculan video mata satu, atribut segitiga mata satu, dan sebagainya. Demikian juga dengan kiprah beberapa politikus yang sibuk menguasai dunia politik dengan bantuan para dukun illuminati. Antara dunia hitam dengan dunia nyata terkait secara jelas dari implementasi - implementasi ilmu hitam seperti di atas.
Pernahkah anda membaca berita ihwal seorang politikus hebat yang ternyata di belakang mereka berdiri para dukun illuminati ? Mereka merupakan pion yang diletakkan oleh organisasi yang berkolaborasi dengan iblis, dijadikan alat demi keuntungan iblis. Dan, sejatinya iblis memanfaatkan mereka. Bukan mereka memanfaatkan iblis. [] haris fauzi 14 mei 2015.

Sunday, May 03, 2015

Quba

Quba terletak sekitar 5 kilometer dari Madinah. Dalam rangka hijrah, Rasul Muhammad SAW berdua bersama Abubakar Asshiddiq RA memasuki Madinah dari arah Quba. Karena mereka memakai baju putih, penduduk Quba bingung mana yang nabi. Mengetahui kebingungan ini, Abubakar RA menyematkan selendang ke tubuh Muhammad SAW. Dan, sadarlah penduduk Quba, mana yang Rasul.

Masjid Quba didirikan oleh Muhammad SAW kiblatnya menghadap Baitulmaqdis. Kemudian malaikat jibril mengirim informasi bahwa qiblatnya harus digeser menghadap ke Baitullah Ka'bah di Makkah. Konon malaikat jibril membantu "proses pemindahan" arah qiblat tersebut.

Masjid Quba disebutkan dalam al Qur'an sebagai masjid Taqwa ( at-taubah 108). Dalam hadits diriwayatkan bahwa sholat di masjid quba berpahala setara umrah.

Di masjid Quba terdapat sumur air tawar bernama "sumur khatam". Disebut demikian karena cincin (khatam) Rasulullah kecemplung di sumur tersebut. [] haris fauzi - 3 mei 2015
http://kenisah.blogspot.com