Wednesday, January 24, 2007

kenisah : hijrah

 
HIJRAH
 
 
'Hijrah' adalah kata yang populer. Mengacu kepada 'perpindahan' Rasul Muhammad SAW dari Makkah ke Yatsrib. Perpindahan ini adalah dalam rangka dakwah agama Islam, namun lebih tepat lagi dalam rangka hendak menyusun suatu masyarakat yang lebih bermartabat, masyarakat yang menghormati hukum sehingga lebih beradab. Seperti kita ketahui, suku - suku di Makkah kala itu hidup laksana dikubangan kebodohan hukum rimba, tepatnya hukum gurun. Saling garong dan saling embat adalah hal biasa. Dan Muhammad yang kala itu menetap di Makkah-- merasa tidaklah memiliki energi yang cukup untuk membuat masyarakat Makkah menjadi lebih baik. Lantas Muhammad memutuskan untuk berhijrah ke Yatsrib. Karena Yatsrib merupakan daerah 'merdeka' yang sangat memungkinkan Muhammad untuk membangun masyarakat dan mengembangkan dakwahnya. Kejadian ini diabadikan sebagai tonggak tahun baru Islam.
 
Di Yatsrib, perkembangan dakwah Muhammad  sedemikian pesat. Se-pesat kemajuan masyarakat daerah itu untuk menjadi lebih baik, lebih beradab, sehingga walhasil nama daerah Yatsrib-pun diubah menjadi Kota Madinah. 'Madinah' artinya masyarakat madani, masyarakat beradab, atau kala itu disebut masyarakat 'kota' yang memiliki aturan dan hukum. Madinah sendiri bisa juga diartikan dengan 'kota'.
Dalam konteks ini 'Hijrah' juga bisa diartikan perpindahan menuju masyarakat 'kota'. Namun arti ini jadi sedikit rancu sekarang, karena menjadi legitimasi untuk mendorong perkembangan kaum urban dari desa yang berbondong - bondong meluruk ke ibukota, Jakarta misalnya. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa bisa jadi tradisi urbanisasi ini ter-inspirasi oleh peristiwa Hijrah Muhammad.
 
Selain itu 'Hijrah' juga memiliki banyak arti dan sayap, bisa juga diartikan dengan 'transformasi', 'reformasi', 'kemerdekaan' dan lain sebangsanya, yang berdefinisi sebagai 'perubahan menuju yang lebih baik'. Karena spirit-nya memanglah itu. Ber-'hijrah' untuk menjadi lebih baik.
 
Ada hal menarik lain di balik peristiwa 'hijrah' ini, sebuah fenomena yang belum terlalu populer. Kebetulan saya sedang membaca buku karya Dr.Ali Syariati, dan buku ini memuat fenomena tersebut. Sekitar 2500 tahun sebelum peristiwa hijrah Muhammad ini terjadi suatu rentetan peristiwa yang seakan - akan bersifat kebetulan terhadap peristiwa hijrah-nya Muhammad.
 
Kejadian itu dimulai dengan di-'merdeka'-kannya dan dipersuntingnya seorang budak hitam asal Ethiopia oleh Nabi Ibrahim AS, leluhur para Nabi. Seorang budak yang lantas menjadi orang merdeka dan kemudian menjadi seorang istri Nabi. Budak ini bernama Hajar.
..... Dimana dituliskan pula oleh Dr. Ali Syariati bahwa  dalam bahasa Ethiopia kata 'Hajar' ini berarti : 'KOTA PERADABAN', ... berarti 'Madinah'.  Suatu kebetulan, kah ?
 
Nabi Ismail adalah buah hati pernikahan Ibrahim dengan Hajar.  Hajar adalah Ibu para Nabi. Hajar adalah teladan dan perlambang Ibu yang bertanggung jawab, dimana dia melakukan perjalanan dari Safa ke Marwa guna mencari dan mendapatkan air untuk bayinya, Ismail. Sebuah perjalanan ibadah yang kemudian diabadikan dalam ritual ibadah Haji dengan sebutan 'Perjalanan Sya'i'. Sebuah perjalanan ibadah  yang sejatinya mirip perjalanan hijrahnya Muhammad.
 
Selain itu --bila menengok kebiasaan berbahasa bangsa Arab yang terbiasa dengan huruf konsonan--,  bukankah kata 'Hajar' juga memiliki identifikasi huruf konsonan dengan 'hijrah' ? Dimana ada sebutan 'muhajir' untuk kaum yang ber-hijrah mengikuti Muhammad. Istimewa bukan ? Sebegitu istimewa Ibu Hajar ini, sehingga 'rumah terakhir' Hajar sangat berdekatan dengan sebuah bangunan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Bangunan itu bernama Ka'bah , Rumah Allah.
 
Selamat tahun baru 1428 Hijriyyah. [] haris fauzi - 23 Januari 2007


salam,
haris fauzi


We won't tell. Get more on shows you hate to love
(and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.

Friday, January 19, 2007

kenisah : banks

BANKS

Saya pernah bilang kepada beberapa rekan kantor saya, bahwa dia itu orang yang bersahaja. Dua orang rekan wanita yang mendengar istilah saya itu saling melempar senyum, mungkin mereka ini tidak familiar dengan istilah 'bersahaja'. Pada saat itu --sekitar tahun 1996-- kita memang sedang rame - rame menyaksikan di televisi rekaman konser grup rock Genesis di Inggris, seingat saya di stadion Wembley. Yang saya maksud dengan 'bersahaja' terutama adalah sosok keyboardist-nya yang bernama Tony Banks. Walau terus terang saya tidak bisa memainkan alat musik, dalam arti saya hanyalah penikmat 'jelata' musik, tetapi jelas - jelas saya sungguh terkesima dengan kelincahan jejari Banks, dan juga ke-bersahaja-annya dalam manggung. Baju langganan tampil dia adalah celana panjang dan t-shirts yang dilapis jas ringan yang kerap dia gulung lengannya untuk mempermudah gerakan tangannya dalam menjangkau tuts - tuts keyboards yang berhamparan disekelilingnya. Seringkali kedua tangannya bersilang lengan, tangan kanan berada di sisi kiri dan tangan kiri sibuk di keyboard sisi kanan. Kanan - kiri - depan - belakang berjajar rapi duplikat ebony- ivory. Dan Banks memang lebih sering terendam puluhan --mungkin ratusan-- tuts yang penuh sesak itu. Sesekali saja spotlight mengenai wajahnya. Jarang. Apalagi dia lebih demen menunduk, atau mencermati dengan pandangan serius ke alat musiknya itu yang bagi orang awam seperti saya seakan nggak ada bedanya. Hanya berupa deretan bilah yang tersusun rapi berkelir sebagian hitam dan lebih banyak putihnya.


Penggemar musik art rock jelas sudah maklum, Banks memang jagoan keyboards, atau setidaknya pernah menjadi jagoan. Kita tidaklah perlu meragukan kemampuan dan karya Banks dalam album - album Genesis, setidaknya 'early' Genesis hingga tahun 75-an -- kunci mati album 'The Lamb Lies Down On Broadway'. Banks kala itu terlihat sebagai sosok keyboardist maha-sakti. Sang Empu dengan karya - karya yang spektakuler. Mungkin saingannya adalah Rick Wakeman --keyboardist kelompok Yes yang sering berdandan mirip dewa yang turun dari langit, atau juga Keith Emerson yang aksi panggungnya gila - gilaan, dimana tuts keyboards-nya berjajar dari ujung kiri panggung hingga ujung kanan panggung, dan Emerson terbang meluncur sambil jemarinya bersicepat memainkan tuts keyboards.

Itu adalah sekelebat kehebatan dua keyboardist progresif dunia, berikut gambaran singkat penampilannya di panggung. Tetapi untuk Banks, cukup mengenakan t-shirts dalam pertunjukan yang dia lakoni. Dan Banks tetaplah salah satu keyboardist progresif terbaik di dunia ini.


Kilas perjanalanan musiknya, Banks adalah salah satu pendiri kelompok musik progresif-rock Genesis bersama Peter Gabriel, dan ketika Gabriel hengkang, maka walhasil dia-lah yang paling senior. Penggemar musik art atau progresif rock jelas sudah maklum bahwa pergeseran musikalitas Genesis setelah hengkangnya Gabriel membuat karya Genesis mengendur dari sisi progresivitas-nya,-- berujud Pop-Rock. Ini mengakibatkan sebagian penggemarnya menggerutu, meninggalkan Genesis -- bisa jadi termasuk juga menggerutu kepada Banks. Setidaknya berujar bahwa 'kesaktian' Genesis telah lenyap -- 'kesaktian' Banks telah lenyap, seiring hengkangnya Gabriel.


Mungkin ihwal peralihan aliran bermusik ini bisa dimaafkan, setidaknya dari sisi Tony Banks. Saya mencoba menawarkan untuk kita agar menyimak lebih mantab lagi goyangan jejari keyboardist Inggris yang bernama asli Anthony George Banks ini. Album - album Genesis paska 'The Lamb Lies Down on Broadway', mulai 'Wind & Wuthering' 1977 hingga 'Calling All Stations' 1997 yang sering dikategorikan menjurus ke 'pop-rock' itu --seharusnya-- masihlah menyisakan keperkasaan Banks.


Di album 'Duke' 1980 keperkasaan keyboard Yamaha dan Hammond organ racikannya nampak benar terutama di lagu - lagu 'Heathaze' dan 'Cul-De-Sac'. Amazing. Ketika rilis album 'Abacab' 1981 saya harap kita semakin tidak sangsi lagi dengannya pada meddley 'Dodo-Lurker', walau karya itu tidak semegah seperti halnya Meddley 'Cinema Show' yang sungguh populer di panggung konser itu.


Setidaknya ada tiga lagu di album 'Invisible Touch' 1986 yang sejatinya menunjukkan betapa hebat jejari Banks mengelus Yamaha, Korg, atau perangkat midi lainnya. Demikian juga dengan rilis album 'Calling All Stations' 1997 dimana Banks lebih banyak berperan --mungkin karena Phil Collins juga sudah undur diri dari Genesis,-- maka album Genesis yang satu ini lebih mirip album solo Tony Banks. Sekali lagi, andai kita simak lebih khusyuk lagi, mungkin tidak ada alasan bagi kita untuk berkata bahwa Banks 'tidaklah sakti lagi'.


Bagaimana dengan album solo Tony Banks ? Setidaknya tujuh album sudah dia telurkan. Dan setidaknya pula --seingat saya-- album 'The Fugitive' 1983 yang populer dengan lagu 'This Is Love', album 'Soundtracks' 1986 dimana Fish (vokalis Marillion) ikut urun suara di lagu 'Shortcut to Somewhere' , dan album 'Bankstatement' 1989 yang demikian dahsyat menunjukkan bahwa Banks adalah salah satu keyboardis terbaik yang ada di dunia ini. Beruntung Inggris memiliki aset seperti dia, yang telah konsisten berkarya lebih dari empat puluh tahun.[] haris fauzi - 19 Januari 2007



salam,
haris fauzi





It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.

Wednesday, January 17, 2007

kenisah : masyarakat spiritual

MASYARAKAT SPIRITUAL : 
ANTARA RELIJIUSITAS DAN KLENIK
 
Kemaren - kemaren, pas sholat Iedul Adha, ada beberapa catatan pribadi yang saya bukukan. Kebetulan saya melaksanakan sholat Ied di Solo, dimana sholat Ied dilaksanakan di jalanan raya yang dibikin perboden. Ada dua ruas jalan yang paralel, sehingga satu ruas bisa dibikin tertutup, sementara jalan satunya tetap dibuka dan walhasil jadi penuh sesak dan 'nguwatiri' karena rame banget mobil berseliweran berjejal - jejal.
 
Dari pagi berkokok ayam, --sebetulnya sejak malam hari--  telah kedengaran bunyi takbir lewat pengeras suara yang dipasang para panitia.'Allahu Akbar...Allahu Akbar.. Allahu Akbar'.
Selesai beberes, saya dan keluarga segera berangkat karena arus jalanan mulai penuh orang hendak sholat juga. Jalan kaki seperti saya juga.
 
Sesampai lokasi, bahkan hingga menjelang sholat, bunyi takbir itu terus berkumandang --disela sesekali dengan pengumuman dan 'countdown'. Ya si panitia itu saja yang terus - menerus melantunkan takbir. Bisa dibilang dia sendiri yang ber-takbir, sementara jamaah yang hadir tidak memberikan kontribusi suara latar yang signifikan. Para jemaah masih berkesan malu - malu untuk membuka mulut ikut mengumandangkan takbir. Kalau dalam hitungan saya, lebih banyak yang mulutnya asyik merokok ketimbang yang mengumandangkan takbir.
 
Saya mencoba membandingkan dengan apa yang pernah saya alami pada saat saya masih berusia sepuluh tahun, berarti itu sekitar dua puluh tahun berselang. Jaman itu --di Malang-- saya kerap melaksanakan sholat Ied di tanah lapang rampal, tanah lapang milik angkatan darat. Perihal takbiran, seingat saya jaman dulu itu hampir semua  bocah ber teriak - teriak dengan semangat juang tinggi ketika menyahut takbir sholat Ied. Walhasil terjadi paduan suara yang gegap gempita dalam bertakbir. Pokok-nya bocah seusia saya malah jadi biang kerok karena kebanyakan terlalu keras dalam bertakbir, laksana vokalis rock sahaja. Kalau kaum dewasa mereka bertakbir secukupnya, namun cukup keras untuk menjadi suara yang utuh dan kompak. Kontribusi suara latar paling mantap biasanya diberikan oleh sekitar lima hingga sepuluh baris pertama. Lantang dan kompak berirama.
 
Selain beda di 'volume' suara takbir, baru kali ini saya melihat kejadian unik. Selain cukup banyak orang memutuskan untuk angkat kaki pulang begitu bubar sholat, kelihatan juga  beberapa jamaah yang tinggal ada yang menyalakan rokoknya pada saat sang khotib mulai berkhutbah. Ya itung - itung ngerokok sambil nunggu usainya khutbah. Ya baru kali ini saya melihat hal ini. Jadi  asap rokok mengepul di tengah jamaah sholat Ied. Kalau orang awam melihat, mungkin akan mengira bahwa ditengah - tengah jamaah ada yang menyalakan dupa atau kemenyan.
 
Perihal kepulangan beberapa jamaah usai sholat, mungkin ini hanya kejadian salah ngerti. Dalam panduan pelaksanaan sholat Ied, setahu saya isi khutbah itu jauh lebih penting ketimbang pelaksanaan sholatnya itu sendiri. Karena itulah pelaksanaan sholat didahulukan, baru kemudian dilaksanakan khutbah, karena memang sholat itu dimanfaatkan untuk mengumpulkan massa dalam waktu yang tepat dan cepat.
Untuk ini juga mengapa sholat Ied itu diprioritaskan dilakukan di tanah lapang, biar banyak orang bisa ngumpul. Perkara tidak bisa wudlu juga tidaklah terlalu penting. Yang utama adalah mengajak semua orang untuk berkumpul secepatnya dan sebanyak - banyaknya untuk mendengarkan khutbah.
 
Kata beberapa rekan, memang takbiran sudah nggak trend lagi sekarang. Lama kelamaan bukan hanya takbiran yang raib, keutamaan hari raya Iedul Fitri bisa jadi bakal berganti dengan gemebyar hari raya mudik, -- dan keutaman hari raya Iedul Adha bisa bergeser menjadi maraknya jual beli kambing dan sapi. Karena kali ini orang lebih memprioritaskan mudik ketimbang sholat Ied, lebih ramai pasar hewan ketimbang takbiran. Hal ini lazim seiring dengan kemunduran aspek relijiusitas suatu masyarakat modern.
Sampai dengan kalimat ini saya cukup setuju dengan ujaran teman saya. Tetapi ada fakta lain, bahwa ternyata nilai klenik masyarakat kita sekarang ini meningkat pesat. Terbukti dengan maraknya tayangan klenik di televisi. Belum obrolan mistik ngalor - ngidul bisa anda jumpai dimana saja mulai dari warung kopi, angkutan kota, pos gardu, omprengan karyawan, perkantoran, arisan ibu pejabat, hingga di restoran mahal. Fakta lain adalah gunung Kawi, gunung Merapi, dan pantai Selatan sekarang pamornya mulai bersinar kembali seiring dengan sulitnya perekonomian sehingga banyak orang minta pesugihan ke tuyul, dan dilengkapi dengan kejadian letusan gunung dan bencana ombak pasang yang membuat orang ketakutan dan melirik kekuatan jin penguasa setempat.
 
Dalam masyarakat, dikenal ada dua aspek utama yang paling populer yakni aspek material dan spiritual. Relijiusitas dan klenik adalah dua hal yang sebetulnya mirip, yakni sedikit banyak berkutat dengan hal - hal yang gaib spiritual. Relijiusitas identik dengan ilmu kanan, dan klenik dianggap ilmu kiri laksana sihir. Gampangnya gitu. Keduanya adalah 'member' dari ihwal spiritualitas, bukan material.
 
Bila diijinkan intermezzo sejenak,  mungkin akan muncul pertanyaan sebagai berikut :' tulisan ini sebenernya mau ngobrolin masyarakat spiritual ataukah spiritual masyarakat ?'.
Menjawab pertanyaan ini saya butuh waktu, walau saya nggak janji untuk menuliskannya. Namun, setau saya aspek spiritual masyarakat bisa mundur  (berkurang) bila aspek relijiusitas-nya mundur. Demikian sebaliknya juga bisa. Saya sebut 'bisa', karena ada aspek lain didalam aspek spiritual selain relijiusitas, yakni aspek klenik itu tadi, ilmu kiri. Aspek klenik juga bisa meningkatkan atau menurunkan nilai spiritual suatu masyarakat seperti halnya relijiusitas.
Bila begitu, bisa jadi aspek spiritual di masyarakat kita sebetulnya tidaklah hilang, bisa pula tidaklah berkurang -- kita ini masihlah masyarakat spiritual,-- hanya saja arahnya kali ini terkonsentrasi ke klenik, bukan ke relijiusitas.
Atau, .... timbul masalah yang membingungkan : jangan - jangan relijiusitas kita sudah bercampur - baur dengan asap kemenyan klenik ?
Ah, apalah itu relijiusitas, apalah itu klenik, apalah itu spiritual, .... sebetulnya saya juga tidak terlalu mengerti.... sekali lagi, saya butuh waktu, dan tidak janji untuk menuliskannya.... [] haris fauzi - 17 Januari 2007


salam,
haris fauzi


Don't be flakey. Get Yahoo! Mail for Mobile and
always stay connected to friends.

Thursday, January 11, 2007

kenisah : Ummat

UMMAT
 
Memang tanda awalnya sudah terlihat sejak jaman dahulu. Ayat - ayat Al-Qur'an telah banyak yang menyingkap bahwa salah satu keutamaan ajaran agama Islam adalah persatuan ummat. Ukhuwah Islamiyah, bahasa kerennya. Juga ketika Rasul Muhammad menjelang wafat, beliau mengkhawatirkan satu hal: Ummat Islam.
 
Khalifah Islam paska wafatnya Muhammad digantikan oleh para Khulafaur  Rasyidin yang notabene adalah orang - orang hebat, secara berurutan mereka pengganti Muhammad sebagai khalifah adalah Abubakar as-Shiddiq yang demikian bijaksana, Umar bin Khaththab yang berani dan teguh, Utsman bin Affan yang rajin dan penyayang, dan buntutnya adalah Ali bin Abi Thalib yang tegas, bersahaja, dan berilmu. Mereka ber-empat memang orang hebat, tetapi harus diakui, mereka bukanlah Rasul Tuhan dan tentunya  tidaklah sehebat Muhammad. Paska era Khulafaur Rasyidin, kemunduran persatuan ummat Islam makin mencolok. Hingga sekarang Ummat Islam terbelah pecah berkeping - keping dengan jutaan fitnah yang saling dilemparkan beriringan dengan saling gempur dan saling hujat. Yang paling dramatis adalah perpecahan dan pertempuran dua kelompok --yang nantinya mewujud bernama kelompok Sunni dan kelompok Syiah-- persis di-era akhir kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Pertempuran besar yang mengerikan terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan pasukan Muawiyyah dan dilanjutkan dengan pasukan Husein bin Ali melawan pasukan Jenderal Jazid. Tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah. Yang tersisa hanyalah luka yang tersayat karena terbelahnya ummat Islam yang terwarisi hingga kini. Getir.
 
Sering sudah kita dengar dan saksikan adanya pertikaian dan berbenturan adu kepala antara kelompok Sunni dan kelompok Syiah. Saling bunuh kedua kelompok ini telah terjadi dimana - mana, yang paling berlumuran darah salah satunya adalah perang Iran - Iraq yang di-klaim sebagai perang 'resmi' Sunni versus Syiah. Padahal, mungkin tidaklah seperti itu, soalnya pemerintahan Iraq kala itu yang diwakili oleh Saddam Husein adalah pemerintahan semi-sosialis-fasisme, bukan partai Sunni.
Bagi saya pribadi, perang Iran - Iraq ini adalah kelanjutan dari dampak revolusi Islam Iran. Seperti kita ketahui, pemerintahan Reza Pahlevi di Iran yang didukung oleh Amerika ternyata terguling di tahun 1979 oleh revolusi Iran yang dikobarkan oleh Ayatullah Khomeini yang beraliran Syiah. Merasa tersingkir dari tanah Persia, Amerika mencoba menggoda tetangga Iran, Iraq. Iraq yang semi fasis tentunya berafiliasi dengan segala yang berbau militer. Maka Amerika-pun memperkuat persenjataan di Iraq, guna menandingi kedigdayaan Iran. Dan, pada puncaknya menghasut Iraq untuk menyerbu Iran, dengan berbagai cara. Maka meletuslah perang Iran-Iraq yang sebetulnya sia - sia itu. Ini versi saya.
 
Diramu dengan jutaan fitnah yang terlontar, kebencian dan pertikaian Sunni versus Syiah berlanjut hingga kini. Dan di manapun, terutama di kawasan Timur Tengah, salah satunya yang sedang hangat selalu adalah di Iraq. Mereka saling bunuh dan saling fitnah di tanah 1001 malam itu, mereka bertikai diantara pasukan multinasional yang juga mulai kecapekan dan kehilangan orientasi di sana. Seperti kita ketahui, tentara multinasional yang menggempur dan menduduki Iraq beberapa tahun lalu bertujuan untuk menghancurkan fasilitas atau pabrik bom yang 'katanya' banyak dibangun, ...... yang ternyata hingga kini tidak kunjung juga ditemukan.
 
Terfokus dari segala hal tentang perpecahan Ummat Islam, mungkin satu hal yang terpenting untuk di evaluasi. Perpecahan yang sudah kronis itu mungkin sekali terjadi berlarut - larut hingga sampai kapan-pun, dan akan makin parah, ..... selagi Ummat Islam sendiri selalu berpikir dan merasa bahwa kelompoknyalah yang terbaik dan paling benar. Dengan perasaan seperti ini, masing - masing kelompok amatlah mudah untuk diprovokasi agar menghajar kelompok yang lain.
Kita di tanah air-pun sudah sering disuguhi perbedaan antara dua kelompok besar Ummat Islam Indonesia, yakni kelompok besar Nahdatul Ulama dan kelompok cendekia Muhammadiyah, yang mana kadangkala mereka memiliki patokan hari raya lebaran yang berbeda. Dan perbedaan ini sebetulnya bukanlah masalah.
 
Segala perbedaan yang terjadi adalah warna, yang penting adalah paradigma bersama bahwa bahwa kaum muslimin yang jumlahnya sekitar satu milyar jiwa ini, yang setiap tahun dikumpulkan di tanah suci Mekkah dan ber-sholat ke satu Ka'bah ini, adalah satu kesatuan Ummat yang bersaudara dan saling mengisi. Ya. Tanah suci dan Ka'bahnya adalah acuan ibadah. Tidak hanya itu, juga merupakan acuan segala aktivitas. Di tanah suci inilah, segala perbedaan, segala warna, dan segala ketidakcocokan hendaknya bisa ditanggalkan. Mencampakkan semua fitnah. Bersama - sama menjadi tauladan bagi Ummat Islam se-dunia, untuk bersatu merenung di tandusnya Arafah, di dinginnya badai angin malam. Merasakan sakralnya Ka'bah, menjadikan satu tujuan dalam  satu persaudaraan, Ummat Islam. [] haris fauzi - 11 Januari 2007


salam,
haris fauzi


Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.