Wednesday, December 12, 2012

mursi

Muhammad Mursi, presiden kelima Mesir yang terpilih sekitar Juni 2012, memiliki nuansa yang unik di mata saya. Mursi merupakan tokoh dari organisasi pergerakan Ikhwanul Muslimin. Lewat Partai Kebebasan dan Keadilan, Mursi melaju menjadi calon presiden setelah calon utama dari Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) terganjal regulasi perundangan, terkena diskualifikasi, atau semacam itulah. Organisasi Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi yang kerap disorot tajam oleh pemerintah, pun-pula selama kepemimpinan presiden ke-4, Husni Mubarak. Maklum, Ikhwanul Muslimin tergolong vokal. Beberapa pemimpinnya, bahkan founder-nya, Hassan Al-Banna, diwartakan wafat tahun 1949 secara misterius.

Setelah pergolakan rakyat Mesir menjungkir - balikkan pemerintahan Husni Mubarak, semula Ikhwanul Muslimin seakan enggan mencalonkan presiden. Hal ini bisa jadi karena pergolakan rakyat kerap ditunggangi kepentingan lain, kapitalisme amerika misalnya. Demikian juga dengan di Mesir. Kejatuhan Husni Mubarak sering di-klaim sebagai kemenangan demokrasi, sebuah jargon yang berselubung kepentingan amerika serikat. Kejadian serupa menimpa beberapa negara lain. Ikhwanul Muslimin, dalam pengamatan saya, mengambil sudut pandang bahwa kejatuhan Husni Mubarak bukan karena dorongan demokratisasi amerika serikat, melainkan karena ke-otoriteran-nya yang juga dilihat sebagai sudut pandang negatif oleh Ikhwanul Muslimin.

Singkat ceritera, Ikhwanul Muslimin akhirnya mendorong penggantian calon presiden, dan menyodorkan Mursi hingga secara tidak terduga dia memenangkan pemilihan umum --yang disebut sebagai pesta demokrasi, dan ini membuat amerika tersenyum. Maklum, ketimbang calon utama dari Ikhwanul Muslimin semula, El-Shater, yang dinilai sangat pro-kanan. Demikian juga lawan pencalonan Mursi, Ahmed Shafiq yang juga demikian. Mursi, walau disodorkan oleh organisasi 'militan', Mursi memiliki track-record kuliah dan lama menetap di amerika. Seperti hal-nya Nurcholish Madjid di Indonesia. Amerika menganggap Mursi merupakan solusi demokratisasi Mesir 2012.

Buktinya memang amerika sempat menyambut gembira hasil pemilu Mesir 2012 ini. Pun pula ketika Obama memenangkan pemilu amerika serikat, Mursi balas memberi sambutan. Namun entah kenapa, Mursi yang semula dianggap seperti Nurcholish Madjid yang cenderung lunak kepada kroni yahudi-amerika, pada nopember 2012 berubah lebih keras kepada zionis-amerika. Dalam skala domestik Indonesia, Mursi beralih menjadi seperti Amien Rais, yang juga pernah sekolah di amerika, namun sangat membenci zionis-amerika. Bahkan pro-Iran.

 
Tak lain adalah kala itu memang terjadi penyerbuan pasukan tempur zionis ke Gaza-Palestina, sehingga negara Iran bersuara lantang menentang hal itu. Ahmadinejad sempat memerintahkan angkatan bersenjata Iran untuk mengirim persenjataan ke Palestina guna membalas ke-dzaliman zionis. Demikian juga keberpihakan Mesir ke Palestina lewat presiden Mursi. Bahkan --diluar dugaan amerika-- Mursi memprakarsai perundingan gencatan senjata, yang pada akhirnya sangat merugikan pemerintahan zionis (tentunya merugikan kepentingan amerika juga). Amerika tentu meradang dengan sikap Mursi ini. Ummat islam juga sempat dibuat bingung dengan manuver mendadak dari Mursi ini.

Apa yang telah dilakukan Mursi, dalam pandangan saya sudah cukup elegan. Ketika Mubarak digoyang, dan amerika ikut campur, ketika itu Mursi faham bahwa periode euphoria demokrasi ala amerika tidak bisa dihentikan. Dan kejatuhan Mubarak membuktikan hal itu. Ikhwanul Muslimin mendapat berkah dari pencalonan Mursi yang diterima banyak pihak. Dan Mursi memenangkan pemilu yang disukai amerika. Namun apa lacur, setelah berkuasa sebagai presiden Mursi malah balik menendang zionis.

Belum genap seminggu setelah Palestina mendapat status negara di PBB, maka pemerintahan Mursi digoyang demonstrasi hebat. Banyak sebab di balik demonstrasi tersebut. Salah satunya karena Mursi merilis dekrit presiden. Namun, dalam paradigma saya, sebab lain Mursi diguncang adalah amarah zionis karena merasa ditikam oleh Mursi.  [] haris fauzi - 12 desember 2012