Friday, April 29, 2011

kenisah : belajar dari para orang tua

BELAJAR DARI PARA ORANG TUA

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari para sesepuh. Orang - orang  tua memiliki banyak pengalaman, sehingga memiliki koleksi data empiris yang cukup banyak. Dan bila para sesepuh ada yang berkemampuan lebih dalam hal penarikan kesimpulan, maka pelajaran yang bisa diambil sungguh bermanfaat. Karena merupakan untaian hikmah yang bisa diterapkan kapan-pun tak lekang waktu.

Salah satunya adalah pelajaran pengelolaan keuangan pribadi. Pengelolaan keuangan pribadi berbeda dengan pengelolaan keuangan bisnis, walau tentu unsur neraca positifnya sama. Apa yang didapat dari para sesepuh memang beberapa berbeda dengan teori keuangan modern, namun secara taktis sebenarnya teori para orang tua ini cukup bersaing dalam segala jaman. Salah satu yang berbeda adalah bahwa menurut para sesepuh, pemasukan itu bukan masalah utama. Pendapatan boleh besar atau kecil, yang penting pengelolaannya. Ini menunjukkan filosifi ke-bersahajaan. Berbeda dengan kondisi kini dimana para eksekutif modern senantiasa memprioritaskan dan berlomba – lomba dalam meraup pemasukan keuangan sebanyak – banyaknya.

Para orang tua sering bilang bahwa ekspenses untuk dana pribadi itu terdiri dari empat pos pengeluaran utama. Pos pertama adalah pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Ini mencakup belanja kebutuhan harian, pembayaran sekolah, ongkos berangkat kerja, dan sebangsanya. Pos ini merupakan keharusan. Belanja beras, bayar sekolah, beli bensin, misalnya. Menurut para orang tua, pos ini sulit untuk dimampatkan kecuali memang ada penurunan kualitas. Misalkan semula makan nasi tiga kali sehari trus beralih menjadi makan singkong sehari sekali. Semula sekolah di sekolahan favorit beralih ke sekolahan Inpres. Atau semula ke kantor naik mobil trus menjadi jalan kaki. Misalnya gitu. Pos pertama ini tidak memiliki ruang yang cukup untuk negoisasi.

Yang patut digaris-bawahi adalah pengeluaran dana untuk keperluan ber-amal dimasukkan dalam pos pertama. Beramal merupakan pos wajib. Sungguh cukup berbeda dengan manajemen keuangan modern dimana pengeluaran beramal bisa jadi malah berada para prioritas bawah. Bisa jadi malah tidak dianggarkan dengan alasan kehabisan dana.

Pos pengeluaran kedua adalah pos untuk pembayaran hutang. Orang jaman sekarang boleh-lah menyepelekan hutang sehingga banyak kasus debt-collector. Juga banyak perusahaan yang 'ngemplang' hutang dari bank. Namun, nasihat dari para orang tua berbeda. Hutang masuk pada pos kedua yang juga non-negoitable. Hutang dibawa mati. Harus dibayar. Mangkanya teori ini berbeda dengan kebanyakan orang sekarang yang dengan mudahnya berhutang, dan meletakkan prioritas yang rendah untuk membayar. Kalo mungkin malah melupakan.

Untuk mendukung teori ini, maka para sesepuh selalu mengemukakan dalil yang 'saklek'. Yakni menganggap hutang sebagai 'makruh'. Sebaiknya dihindari. Dengan menghindari berhutang, seseorang tidak disulitkan untuk membayar. Dan bila tidak berhutang, maka tidak ada kewajiban membayar. Artinya, pos untuk pembayaran hutang menjadi hilang. Dengan hilangnya pos pembayaran hutang, semakin longgar keuangan pribadi kita.

Pos pengeluaran ketiga adalah pos pengeluaran untuk tabungan. Menabung itu wajib. Namun kebanyakan kita sekarang boro – boro menabung, untuk menutup keseharian saja udah babak belur dan berhutang sana –sini. Ini sudah menunjukkan mis-management semenjak awal. Salah urus semenjak awal. Para sesepuh selalu menganggarkan setidaknya seperempat penghasilan untuk ditabung.

Ada hal unik tentang tabungan. Orang tua menyukai tabungan yang bisa menabung dengan sendirinya. Misalnya logam emas atau deposito. Maksudnya tentu adalah sebentuk tabungan yang mampu mempertahankan nominal tabungan itu sendiri. Jadi teori lengkapnya begini, apabila tidak bisa menambah tabungan, setidaknya tabungan itu tidaklah berkurang nilainya. Seperti kita faham, mata uang kertas selalu melemah dari tahun ke tahun. Patokan para orang tua adalah nilai logam mulia. Artinya, sesepuh mengajarkan untuk menabung dalam bentuk emas. Bila mungkin, tabungan itu terus ditambah dari masa ke masa, namun bila tidak kesampaian, setidaknya nilai emas itu tidaklah berkurang.

Pos pengeluaran terakhir adalah pengeluaran untuk bersenang – senang. Untuk pos ini, nasihat beliau ada dua. Yakni, bersenang –senanglah dengan hobi yang produktif atau menghasilkan. Nasihat kedua adalah bersenang – senanglah dengan cara yang hemat. Tengoklah contoh hobi orang kuno. Banyak orang tua yang memiliki hobi puasa. Selain menyehatkan, hobi ini juga menghemat pengeluaran pembeli beras. Tidak sedikit pula orang tua yang bersenang – senang dengan menanam pohon buah – buahan, misalnya. Dan ketika panen, hobi ini malah menghasilkan. Apa hobi yang lain ? Dari tauladan nabi Muhammad, beliau punya hobi untuk menambal sendiri baju yang bolong. Juga selalu riang gembira ketika menyempatkan waktu untuk memperbaiki sendiri rumahnya—sepanjang mampu diperbaiki sendiri. Dengan menjadikannya hobi, setidaknya bisa menekan pengeluaran untuk membeli baju dan renovasi rumah. Gimana ? [] haris fauzi – 28 April 2011

Monday, April 18, 2011

kenisah : gerakan hewan

GERAKAN HEWAN

Ini tentunya bukan urusan adanya seekor hewan yang ikut serta dalam ritual sholat. Sebagai intermezzo, pernah ada kisah tentang seekor kucing dalam sholat berjamaah. Saking seringnya ikut sholat, lama - kelamaan keberadaan kucing tersebut menjadi blunder yang berakibat adanya bid'ah.
Ini juga bukan membicarakan serangga yang kadangkala mengganggu konsentrasi, semisal dengan berdenging di lubang telinga. Atau, bila di surau yang terbuka, pada musim laron sering kita jumpai laron yang jatuh dari lampu dan mendarat di kepala. Tapi sekali lagi bukan seperti itu yang saya maksud.

Ini kisah nyata yang cukup lama. Jadi ketika masih mengaji di masjid kampung --agak dulu banget, masa kecil-- saya ingat bagaimana guru ngaji -yang kala itu juga mengajarkan sholat-  mengatakan bahwa ketika sholat gerakannya tidak boleh seperti ayam. "Jangan seperti ayam mematuk jagung", begitulah katanya. Saya ingat betul. Maksudnya, memang dalam ruku' dan sujud gerakannya tidak boleh terburu - buru seperti ayam yang sedang mematuk jagung. Ya namanya masih biang ribut kala itu, ketika para bocah sholat sendiri - sendiri, biasanya memang ngebut dan melakukan gerakan sujud dan ruku' dengan cepat seperti seekor ayam yang sibuk mematuk jagung.

Sementara hewan bernama anjing, dalam sebuah pengajian saya pernah dengar bahwa ketika sedang bersujud, posisi lengan tidak boleh menempel total semuanya ke tanah. Siku harus diangkat, agar tidak seperti anjing penjaga yang sedang bersantai. Bagaimana posisi lengan anjing penjaga yang sedang bersantai ? Mungkin, contoh paling gampang adalah pose patung sphinx yang mana kedua kaki depannya yang menapak tanah di sepanjang lengan bawahnya. Ketika sedang bersujud, yang menapak tanah adalah telapak tangan, bukan hingga siku.

Apakah unta dalam gerakan sholat ? Saya pernah mendengar cerita bagaimana unta membanting dengkul-nya ketika hendak beristirahat. Berdebum. Gerakan ini menghasilkan debu yang menggumpal memenuhi udara seperti pasukan kuda melewati padang pasir. Dalam sholat, gerakan ini tidak diperbolehkan. Ya tentu saja tidak ada debu sebanyak itu di mushola atau masjid. Bukan masalah debunya, tapi gerakan spontannya yang tidak diperkenankan. Jadi, setelah i'tidal tidak boleh membanting dengkul untuk gerakan sujud. Musti dikerjakan dengan se-khusyu' mungkin. Gerakan khusyu' artinya adalah tidak membanting dengkul. Begono.

Sementara keledai termasuk memiliki gerakan yang tidak boleh ditiru dalam sholat. Yang dimaksud disini adalah ekornya. Seorang penceramah mengatakan bahwa gerakan ekor keledai yang harus dihindari adalah ketika selesai berucap salam dalam akhir sholat, seseorang membalik - balikkan telapan tangan kanan dan kirinya seperti ekor keledai. Ini kata penceramah dalam sebuah pengajian.

Bagi saya pribadi, gerakan ekor keledai lebih mirip dengan lambai-ayunan tangan. Beberapa orang kadang seusai i'tidal melepaskan turun tangannya lantas bergantung bebas dan mengayun kesana - kemari. Sekali lagi ini saya kaitkan dengan pembelajaran sholat yang saya terima. Pernah pula diajarkan oleh guru sholat, bahwa setelah i'tidal tangan harus langsung bersiaga lurus dan diam, tidak boleh mengayun - ayunkan tangan. Secara estetika, gerakan mengayunkan tangan ini memang kurang keren dipandang.

Tentunya banyak gerakan - gerakan lain yang tidak perlu juga. Semisal gerakan ayam berkokok, anjing berlari, unta minum, dan keledai nyengir juga harus dihindari. Maksudnya, dalam sholat juga gak boleh bercakap - cakap, nggak boleh sambil gerak apalagi berlarian kesana - kemari, nggak boleh sambil minum, dan nggak boleh bercanda. Selain itu --sekali lagi-- tentunya masih banyak lagi.[] haris fauzi - 18 april 2011