Monday, January 24, 2011

kenisah : bundel

BUNDEL

Awalnya ada 400-an artikel dan terus bertambah, dan lantas coba disortir menjadi sekitar 200-an. Pada beberapa tahun lalu, senyampang kesediaan dari Bung Anwar Holid - kontributor Republika, untuk mengisi kata pengantarnya, Kakak saya, Ghufron Alfat bersedia mengatur tata-letak dan tipografinya. Izmi Noviarti sukarela menjadi editor amatiran. Menyortir artikel demi artikel.

Berjalannya waktu, beberapa 'metodologi' pencetakan buku dicoba, termasuk oleh mbak Indrayani yang mencoba mengikutkan kontes. Walhasil semuanya gagal terealisasi karena beberapa keterbatasan. Mas Hilman --temen saya jaman pers mahasiswa-- suatu hari mengusulkan untuk cetak dan distribusi ala indie, cuma sayangnya terkendala dana.

"All about Friendship". Bisa jadi saya tidak melakukan apapun. Semua dilakukan oleh dan atas dukungan orang lain. Termasuk banyak masukan dari teman alumni seperti mas Irvan Wirayudha, mbak Aslihatin, mas Win Sukardi, dan mas Wahjoe Wurjanto. Teman cyber seperti SeaVioletFish dan Hendry juga banyak memberi masukan.

Dukungan berupa testimoni juga muncul dari Jockie Suryoprayogo --musisi top itu, juga dari Heyder Affan --teman pers mahasiswa yang kini aktif di BBC. Dan tentunya dukungan dari Lek Aji Surya --diplomat yang kini bermukim di Moskow, yang telah merilis tetralogi buku-nya.

Suatu hari satu orang temen nongkrong bernama Kang Yayan mencoba untuk mereduksi menjadi 80 artikel, dan lantas bareng Reza melakukan penggandaan manual dengan sampul hard cover. Atas ulah Kang Yayan dan Reza inilah lahir master Bundel Kenisah setebal 300-an halaman. Ternyata lumayan juga kualitas penggandaan fotokopi manual ini. Hard cover warna putih pilihan teman saya, Agus Sp, memberi kesan eksklusif. Begitulah, atas peran semua orang, maka lahirlah 'Buku Putih Kumpulan Kolom KENISAH'. Dan jangan lupa juga, ucapan terima kasih kepada para teman yang telah memesannya... Hehehe...[] haris fauzi - 24 Januari 2011



Tuesday, January 18, 2011

kenisah : macam makna

MACAM MAKNA

Lama sekali saya tidak meng-'aplikasi'-kan kata 'Check-Out'. Maklum, saya nggak biasa travelling, jadi nggak biasa pula keluar masuk hotel. Karena di hotel itulah paling sering digunakan kata - kata tersebut. Kata ini harus dipahami dengan dua sudut. Sudut pertama adalah dari pengelola hotel, sudut kedua adalah penginap hotel. Dari sudut pandang pengelola hotel, artinya adalah saatnya untuk melakukan pemeriksaan karena sang tamu hendak pergi. Sementara dari sudut pandang sang tamu, check out berarti meninggalkan kamar yang disewanya. Dari sini, tentunya lebih cocok sudut pandang pengelola hotel, karena 'check' artinya adalah 'periksa'. Walaupun keduanya melakukan pemeriksaan bersama - sama. Pengelola hotel kuatir tamunya nilep inventaris kamar, sang tamu kuatir ada barang yang ketinggalan, karena memang saatnya untuk meninggalkan kamar tersebut.

Meninggalkan kamar. Ada kata yang cukup unik disini, yakni 'meninggalkan'. Ini suatu yang menarik. Dalam bahasa Inggris yang sering dipakai adalah 'Leave'. Atau yang sering terjadi adalah 'walk out'. Artinya 'meninggalkan' juga. Kalo di film - film, sering ada istilah "Take It Or Leave It". Sementara kalo di euphoria sidang sering muncul istilah 'walk out' di koran - koran. Kalo dalam istilah dunia maya, "Log Out' atau 'Sign Out' merupakan istilah yang lumrah untuk makna 'meninggalkan'. Hal ini karena dalam dunia maya dikenal istilah 'Sign In' untuk masuk, maka keluarnya ya kebalikannya,'Sign Out'.

Kata 'meninggalkan', --termasuk 'meninggal'--, umum digunakan untuk suatu kondisi yang menceriterakan terpisahnya dua hal. Misalnya 'Fulan meninggalkan mobil', ya pasti si Fulan yang semula tidak berjarak dengan mobil, lantas pergi menjauh dari mobil. Walau memang tidak hanya itu, bisa saja diartikan agak luas. Tergantung keterkaitannya dengan kata atau kalimat yang lainnya. Contoh yang mungkin bisa bikin bias diantaranya adalah kalimat 'Si Fulan meninggalkan mobil'. Kalimat ini juga bisa diartikan sebagai bahwa Si Fulan 'mewariskan' mobil'. Memang sih, tetap saja Si Fulan-nya 'pergi menjauhi' mobil. Tetapi penekanan kalimatnya adalah pada Si Fulan 'memberikan' mobil tersebut. Jadi ada pihak ketiga yang menjadi dominan, layaknya seperti 'meninggalkan warisan'.

Hal tersebut bisa berlaku juga untuk urusan lain seperti 'meninggalkan jejak' dan 'meninggalkan masalah'. Walau ada sedikit perbedaan. 'Meninggalkan jejak' artinya semula tak berjejak, dan lantas kedapatan ada jejak. Ini 'mirip - mirip tapi agak beda' dengan frasa 'meninggalkan masalah'. Yang terakhir disebut lebih kepada arti bahwa semula memang ada masalah, dan lantas ditinggalkan atawa diwariskan kepada yang tinggal disitu, sementara Si Fulannya entah kemana. Masalah tersebut akhirnya menjadi milik orang - orang yang ditinggalkan. Kurang lebih perbedaannya seperti itu. Jejak itu semula tidak ada dan kemudian muncul, sementara masalah sudah ada semenjak semula.

Ya tidak bisa dipungkiri memang ada beberapa sisi makna yang menggelitik ihwal kata 'meninggalkan' ini. Inilah kira - kira sisi yang lain itu. Seperti halnya makna dari 'menelantarkan'. Semula pastilah 'merawat', dan lantas 'menelantarkan'. Jadi pernah kedapatan merawat. Akan halnya kata 'meninggalkan' juga begitu. "Meninggalkan kursi", misalnya. Artinya ya berarti pernah singgah di kursi tersebut. Juga dengan "meninggalkan keluarga" dan lain sebagainya. Lantas bagaimana juga dengan kata "meninggalkan sholat" ? Bukankah ini juga condong bahwa kedapatan berlaku kepada orang - orang yang semula melaksanakan sholat, dan lantas pada akhirnya tidak menegakkannya lagi ? []haris fauzi - 18 Januari 2011