Friday, October 19, 2007

kenisah : cepat tua

CEPAT TUA
 
...kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. Langit(pun) menjadi pecah belah pada hari itu... (QS.Al-Muzzammil).
 
 
Maksudnya menjadikan anak - anak beruban itu adalah anak - anak menjadi cepat menjadi tua, rambutnya beruban. Orang jaman sekarang banyak yang menderita sindrom --kekhawatiran. Yakni khawatir cepet tua, kuatir keriput, kuatir beruban. Saya-pun juga kuatir renta, walau sedikit banyak gak tentu. Ketika tanpa diduga melihat ada dua lembar uban di rambut kepala, saya kaget. Oh, saya sudah tua. Ha.. Ha.. Ha....
 
Belajar menafsirkan dari kutipan di atas. Surat Al-Muzzammil mengatakan bahwa ada suatu kejadian dimana anak - anak bisa beruban karena dahsyatnya kejadian tersebut. Mendadak sontak beruban. Padahal kan secara normal tidak secepat itu proses uban-isasi seseorang. Kejadian yang dahsyat nan mencekam  itu disebut hari kiamat dimana langit terpecah berkeping - keping.
Begitu dahsyatnya kekacauan yang terjadi saat itu. Juga begitu mengerikan sehingga membuat anak - anak menjadi segera beruban karena takutnya. Apalagi yang tua ini, pasti jadi langsung peyot dan dengkulnya menjadi lemes.
 
Apa hubungannya hari kiamat dengan proses penuaan ?
Dalam hari kiamat, seorang anak terlepas dari orang tuanya, sehingga dia harus bisa menyelesaikan sendiri persoalannya. Dimana dia harus berlindung, bagaimana bila dia terluka, dan bagaimana dia menyelamatkan nyawanya sendiri. Problem sedemikian besar yang harus dihadapi oleh seorang bocah pada hari kiamat. Padahal siapapun tau bahwa tidak seorangpun bisa meloloskan diri dari hari kiamat. Besarnya problem dan kehampaan kesempatan dan harapan inilah yang membuat bocah menjadi beruban cepat tua. Ini baru tebakan saya pribadi.
 
Oh, ya. Saya tidak sedang hendak membicarakan masalah kiamat. Saya hendak membicarakan masalah 'aging' atau penuaan. Namun bukan tua secara usia, tapi tua atau kelihatan tua secara fisik  seperti keriput, ubanan, atau rabun. Sekali lagi belajar dari kutipan di atas. Tentunya banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menjadi tua atau kelihatan tua. Kutipan di atas menyiratkan bahwa salah satu faktor adalah tingkat problem yang harus dihadapi oleh seseorang. Artinya, proses penuaan bisa sejajar seiring dengan besarnya problem yang dihadapi seseorang. Apalagi bila semakin kecil kemungkinan untuk meloloskan diri dari problem tersebut. Boro - boro menyelesaikan, lolos aja susah. Semakin tinggi intensitas problem tak terpecahkan ini, maka semakin cepat proses penuaan seseorang. Itu bila mengacu pada kutipan di atas. Jelas sekali bahwa sedemikian dahsyat problem kiamat sehingga membuat seorang bocah bisa beruban dengan cepat. Tolong koreksinya bila saya salah tafsir.
 
Nah, kalau seseorang yang menderita penuaan lantas dia me-re-make wajah-nya, itu sih cuma tindakan penanggulangan. Mungkin tindakan pencegahannya lebih tepat bila dia harus menyelesaikan problem - problem yang dihadapinya. Ya bukan berarti menghindar dari masalah, karena menghindar dari masalah tidaklah menyelesaikan masalah, malah masalah itu terus memburu kita laksana hantu gentayangan. Dia ada, tapi kita gak ngerti cara menghadapinya. Waduh, saya kok jadi sok konsultan gini, ya ?
 
Sadar atau tidak, salah satu problem yang dominan menguasai hidup manusia adalah ambisi akan cita - cita. Beberapa cita - cita yang diburu manusia kebanyakan adalah urusan dunia. Istilahnya adalah ambisi keduniawian. Lepas dari kriteria cita - cita itu sendiri, biasanya bukan cita-cita itu sendiri problemnya. Tetapi lebih kepada daya - upayanya. Dan bila harapan itu tidak berhasil di dapatnya, cita - cita tidak tercapai, maka orang tersebut akan setengah mati berupaya menegakkan kembali usaha meraih cita - citanya tersebut. Berat dan bikin frustasi. Frustasi bisa menjebak seseorang untuk berbuat neko - neko.
Dan apabila dia menempuh jalan haram untuk mencapai tujuannya, maka dia menambah problem yang dia hadapi. Belum tentu ambisinya tercapai, malah  bikin ulah lain lagi. Double trouble. Makin banyak problem, makin banyak tekanan. Makin banyak tekanan identik dengan akumulasi stress. Bisa jadi makin keriput.
 
Harusnya memang cita - cita itu tercapai. Harusnya teraih segala harapannya. Tetapi bila setengah mati usaha tetep aja tidak tercapai musti gimana lagi ? Jawabnya gampang : bersyukur. Jawaban gampang, tapi aktualnya sulit. Saya sadar bener akan hal ini. Ihwal bersyukur ini yang dicontohkan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ketika dia sudah berusaha keras, namun apa yang dijumpainya tidaklah sesuai apa yang dicita -citakan, maka Ali akan bersyukur. Bayangkan. Tidak tercapai saja dia bersyukur, gimana bila tercapai cita-citanya ?
Kalo mengikuti bujukan setan mungkin bila tidak tercapai harapan, maka seseorang akan mengumpat. Setelah mengumpat maka dia akan menempuh jalan haram. Dan bila tercapai cita - cita itu, maka dia akan berjalan dengan congkaknya. Haa.. Ha... Ha....Waduh... audzubillah.. mudah - mudahan kita nggak seperti itu.
 
Cara bersyukur ini diakui oleh Ali sendiri menjadikan hatinya tenteram dan hidupnya lapang. Bersyukur kepada Tuhan membuatnya merasa lega. Karena dia tau bahwa tujuan hidupnya adalah restu Tuhannya, ridha Tuhannya. Apabila sebuah cita - cita tidak kesampaian, mungkin seseorang belum diijinkan oleh Tuhannya mendapatkan hal tersebut. Gitu pendapatnya.
Apakah Ali akhirnya awet muda ? Saya tidak tau hal ini. Tapi yang jelas, Ali bin Abi Thalib menawarkan suatu solusi untuk menghadapi cita - cita yang tidak kesampaian.
 
Ya. Salah satu penyelesaian masalah bila ternyata masalah itu tidaklah kunjung selesai  adalah dengan bersyukur. Dengan begitu, beban kita akan problem ambisi tidak akan terlalu berat. Itu yang saya rasakan sendiri. Ya bagaimanapun saya sebagai manusia yang hidup di jaman bejat ini pastilah memiliki ambisi keduniawian. Dan sering pula cita - cita atau kehendak saya tidak tercapai. Dan hal ini seringkali membebani diri saya yang bodoh ini.
 
Jelek - jelek gini, sedikit - sedikit saya mempelajari apa yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib. Bahwa keterkaitan ambisi dan metode bersyukur itu erat sekali. Semakin bersyukur dan pasrah, eh.. bener.. beban itu sedikit - sedikit berkurang. Dan saya makin lega. Ya itu. Pokoknya memang sebaiknya tidaklah usah neko - neko punya ambisi dan keserakahan keduniawian. Dan yang tidak kalah susah adalah berusaha menempuhnya dengan cara halal, sehingga mencegah adanya double trouble. Dan palang pintu terakhir setelah tidak tercapai adalah dengan bersyukur. Puji Tuhan. Ssyarat utama bersyukur adalah kita harus memiliki dan mengakui keberadaan Tuhan.
 
Ber-teori memang gampang. Saya sendiri mencobanya setengah mati. Ambisi dan sifat serakah itu lho nongol - nongol terus. Kemaruk bendawi. Susah memang jadi orang ingkar kayak gini. Tapi yang penting --jargon hiburan--  saya sedikit demi sedikit mencoba. Dan walau baru tercapai nol koma nol-nol-nol-nol sekian banyak nol persen, saya sudah merasakan manfaatnya. Lebih enteng begitu.
Nah, pertanyaannya sekarang adalah  apakah saya tidak mengalami penuaan ? Mungkin anda yang bisa menilai saya.[] haris fauzi - 18 Oktober 2007


salam,
haris fauzi
 


Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos & more.