Friday, July 24, 2020

KONTROVERSI (BUKAN) COVID 19 : DUA MASJID

Awalnya, jaman dahulu kala ada sebuah area di dalam kota Corduba --di dataran Spanyol,-- yang bangunan di atasnya difungsikan sebagai kuil Romawi. Entah pada tahun berapa --sekitar tahun 400-an-- seiring perkembangan pesat agama Kristen di Eropa dan tergulingnya kekaisaran Romawi Barat karena vandal dan chaos, area tersebut dialih-fungsikan dari kuil menjadi gereja katolik oleh kelompok Visigoth San Vicente.

Pada tahun 711 saat bangsa Islam Moor menaklukkan dataran Spanyol, penguasa baru itu mengambil alih Cordoba. Mengubah nama kota Cordoba menjadi Andalusia dan membeli sebagian kuil tersebut. Lantas sang penguasa, Abdul ar-Rahman I, membagi kuil tersebut menjadi dua bagian sesuai area yang telah dia beli. Sebagian digunakan sebagai tempat ibadah sholat Jumat oleh umat Muslim dan sebagian lagi tetap menjadi gereja bagi umat Kristen Katolik.

Pada tahun 784, Abdul ar-Rahman I kembali membeli sisa sebagian gereja Visigoth tersebut sehingga total semua lahan tersebut telah dia beli. Kemudian atas perintah Emir Abdul ar-Rahman dimulailah pembangunan sebuah masjid baru. Pembangunan berjalan bertahun - tahun, sekitar dua abad. Pada pemerintahan Abdul ar-Rahman II dibangun menara dan pada masa pemerintahan Al-Hakam II diperluas dan dibangun mihrab megah. Pembangunan dianggap selesai pada masa pemerintahan al-Mansur Ibn Abi Aamir tahun 987 dengan membangun penghubung dengan istana. Masjid Agung / Jami Cordoba menjadi salah satu masjid terbesar dan termegah di dunia.

Pada 1236, Cordoba ditaklukkan oleh Raja Ferdinand III. Dan pada abad ke enam belas raja-raja Kristen berikutnya mengubahnya menjadi Katedral dan menambahkan beberapa fitur altar ke masjid tersebut tanpa menghancurkannya. Bahkan kaligrafi masjid tidak dihapus. Alhasil, Masjid Cordoba berubah menjadi Katedral Cordoba. Hingga sekarang.

Hagia Sophia, artinya Santa Sofia atau "Kebijaksanaan Suci" adalah nama dari sebuah gereja Kristen Ortodoks. Semula hanya gereja sebagaimana umumnya, dibangun oleh Konstantinus Agung pada tahun 330-an berbahan dasar kayu. Sepeninggal Konstantinus, bangunan ini kemudian dipugar oleh Konstantius pada tahun 346 hingga menjadi sebuah basilika, gereja besar dengan banyak fungsi penting. Pada tahun 404 terjadi kerusuhan yang membuat gereja basilika ini habis terbakar.

Pada tahun 415, di area tersebut kemudian dibangun lagi sebuah gereja basilika atas perintah Kaisar Theodosius II. Basilika ini memiliki atap kayu dan dibangun oleh arsitek bernama Rufinus. Pada masa Kerusuhan Nika, gereja ini terbakar (lagi) pada 13–14 Januari 532. Berbeda dengan kebakaran sebelumnya, kali ini tidak habis tuntas, tiang - tiang batu dan ornamen marmer masih tersisa.

Pada 23 Februari 532, hanya beberapa pekan setelah hancur kedua kalinya, Kaisar Yustinianus I memerintahkan pembangunan gereja ketiga kalinya dengan rancangan yang lebih luas dan megah dari sebelumnya.Tiang-tiang dan marmer lain didatangkan dari segala penjuru kekaisaran seluruh Mediterania. Bersama dengan Patriark Menas, kaisar meresmikan basilika ini pada 27 Desember 537, lima tahun sepuluh bulan setelah pembangunan dimulai. Sedangkan mosaik yang terdapat di dalam gereja baru selesai pada masa Kaisar Yustinus II yang memerintah pada tahun 565–578 M. Disinilah nama Hagia Sophia dikenalkan secara luas. Hagia Sophia menjadi pusat kedudukan Patriark Ortodoks Konstantinopel dan tempat utama berbagai upacara Kekaisaran Romawi Timur, seperti penobatan kaisar.

Pada 726, Kaisar Leo III mengeluarkan serangkaian keputusan yang melarang masyarakat untuk memberikan penghormatan kepada gambar-gambar, memerintahkan tentara untuk menghancurkan semua ikon, sehingga mengantar pada periode ikonoklasme Bizantium. Pada masa itu, semua gambar dan patung keagamaan disingkirkan dari Hagia Sophia. Setelah gerakan ini dibendung pada masa Maharani Irene yang berkuasa pada tahun 797–802, ikonoklasme kembali merebak pada masa Kaisar Theophilos yang melarang penggambaran makhluk hidup.

Basilika ini mengalami kerusakan dalam kebakaran besar tahun 859 dan gempa bumi pada 8 Januari 869 membuat sebagian kubahnya runtuh. Kaisar Basilius I memerintahkan agar gereja ini diperbaiki.

Pada masa pendudukan Konstantinopel pada Perang Salib Keempat, sekitar tahun 1200-an, gereja ini dijarah dan berubah menjadi Katedral Katolik Roma. Setelah direbut kembali pada 1261 oleh bangsa Bizantium, gereja ini menjadi gereja Kristen Ortodoks kembali dalam keadaan bobrok. Pada 1317, Kaisar Andronikus II memerintahkan pembangunan empat piramid. Kubah gereja mengalami keretakan setelah gempa bumi bulan Oktober 1344, dan beberapa bagian bangunan runtuh pada 19 Mei 1346; alhasil gereja ini ditutup sampai 1354 saat perbaikan dilakukan oleh arsitek-arsiteknya, Astras dan Peralta.

Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani pada 29 Mei 1453. Muhammad II bergelar Al-Fatih atau juga dikenal dengan Mehmed II, berhasil masuk jantung Konstantionopel, setelah kurang lebih 53 hari pengepungan dan peperangan dahsyat di kota tersebut dengan tentara Byzantium. Pada hari itulah, untuk kali pertama Mehmed II memasuki  Hagia Sophia. Hagia Sophia diubah menjadi masjid kekaisaran Utsmani, dengan nama Aya Sofia. Konstantinopel berubah nama menjadi Istambul. Walaupun begitu, keberadaan Gereja Kristen Ortodoks tetap diakui, sebagaimana dalam sistem millet Utsmani yang memberikan agama non-Islam kewenangan khusus dalam mengatur urusan masing-masing. Gennadius Scholarius lantas ditetapkan sebagai Patriark Konstantinopel pertama pada masa Utsmani, kemudian menetapkan kedudukannya di Gereja Rasul Suci,yang kemudian berpindah ke Gereja Pammakaristos.

Paska penaklukan, Mehmed II memerintahkan perbaikan dan pengubahannya menjadi masjid agung. Mehmed menghadiri ibadah Jumat yang pertama kalinya di masjid pada 1 Juni 1453. Aya Sofia menjadi masjid kekaisaran pertama di Istanbul. Pada wakaf yang bersangkutan dianugerahkan sebagian besar rumah yang saat ini berdiri di kota tersebut dan daerah yang kelak menjadi Istana Topkapı.

Aya Sofia terus dipugar. Pada tahun 1481 sebuah menara kecil telah didirikan di sudut barat daya bangunan di atas menara tangga. Kemudian Sultan Bayezid II (1481–1512), membangun menara lain di sudut timur laut. Salah satu dari menara itu runtuh setelah gempa bumi pada tahun 1509, dan sekitar pertengahan abad keenam belas keduanya diganti dengan dua menara yang dibangun di sudut timur dan barat bangunan.

Pada masa Sultan Selim II, dikarenakan mulai menunjukkan tanda-tanda kerapuhan, Aya Sofya diperkuat dengan dukungan struktural untuk bagian luar. Proyek ini dikepalai arsitek Utsmani saat itu, Mimar Sinan, yang juga dikenal sebagai salah satu insinyur gempa pertama di dunia.Sinan membangun dua menara besar di barat yang awalnya ruang khusus sultan, dan türbe (bangunan untuk makam di Turki) untuk makam Selim II di tenggara bangunan pada 1576-7 M / 984 H. Selain itu, lambang bulan sabit emas dipasang di atas kubah.

Pada 1717, Sultan Ahmed III (1703–1730) melakukan renovasi. Pada 1739 masa Sultan Mahmud I juga memerintahkan perbaikan Aya Sofia dan menambahkan sebuah madrasah, imaret atau dapur umum untuk kaum miskin, dan perpustakaan. Pada tahun 1740, pondok sultan (sultan mahfili) dan mihrab baru ditambahkan di dalam bangunan.

Kesultanan Utsmani runtuh pada November 1922 M dan digantikan oleh Republik Sekuler Turki. Presiden pertamanya, Mustafa Kemal Atatürk memerintahkan penutupan Aya Sofya pada 1931 M untuk umum, dan dibuka empat tahun setelahnya pada 1935 M sebagai museum. Karpet untuk ibadah shalat dihilangkan, plester dan cat-cat kaligrafi dikelupas, menampakkan kembali lukisan-lukisan Kristen yang tertutupi selama lima abad. Sejak saat itu, Aya Sofia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul. Karena berhaluan sekuler, maka peribadatan di Aya Sofia yang diperbolehkan adalah hanya adzan dari menara saat dhuhur dan ashar, serta ruangan doa untuk pemeluk Kristen.

Pada bulan Ramadhan 1437 H / 2016, pemerintah Turki di bawah Presiden Erdogan yang condong relijius memulihkan beberapa fungsi Aya Sofia sebagai masjid kembali selama bulan Ramadhan. Ayat dari kitab suci Al Quran akan dibacakan di Aya Sofia setiap harinya pada bulan suci Ramadhan. Pembacaan dimulai sejak awal Ramadhan dan juga disiarkan secara langsung di saluran religi Turki. Pada tanggal 10 Juli 2020, Pengadilan tinggi Turki membatalkan keputusan 1943 yang mengubah status Aya Sofia menjadi museum. Seiring dengan keputusan tersebut, pada tanggal yang sama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan dekrit yang berisi "Hagia Sophia kembali ke fungsinya semula sebagai tempat ibadah umat Islam. Ibadah pertama dilakukan mulai 24 Juli." [] haris fauzi, 24 Juli 2020


sumber : wikipedia; republika; suara muhammadiyah; kompas; dan sumber lain