Tuesday, July 31, 2007

kenisah : so sorry, pak ustadz

SO SORRY, PAK USTADZ
 
Pernah dalam suatu pengajian, disampaikan oleh Pak Ustadz bahwa adalah ihwal penting untuk mempelajari ilmu agama Islam. Ya kebetulan karena saya beragama Islam jadinya ikut pengajian agama Islam. Yang saya 'cerna' disini apa yang disampaikan Pak Ustadz sebagai ilmu Islam adalah ilmu sholat, warisan, cara membaca Al-Qur'an, dan sebangsanya yang banyak kita jumpai di sekolah - sekolah madrasah, pondok, dan atau di pengajian - pengajian. Katanya sih ilmu seperti ini lebih utama bagi ummat Islam.
 
Sempat timbul pertanyaan dalam hati bahwa dalam pertimbangan saya dikotomis eksklusivitas ilmu seperti itu tidaklah terlalu menguntungkan, setidaknya menurut pemikiran saya pribadi. Paling tidak bila seluruh ummat Islam beranggapan ilmu seperti itu adalah yang utama, maka mereka berbondong - bondong semuanya mempelajarinya. Maka seluruh ummat berguru ke pondok pesantren, misalnya. Lha lantas, yang belajar ilmu kimia, fisika, dan matematika siapa ? Filsafat, sosiologi, sejarah ? Siapalagi ?
 
Sedikit banyak saya belajar dari beberapa orang dan beberapa hal. Menurut pribadi saya, ilmu adalah apa yang diketahui oleh seseorang, bisa dipelajari dan bisa diajarkan. Prinsip utama dari ilmu adalah 'pencarian hikmah'. Semakin banyak ilmu ditimba, maka semakin banyak pula hikmah yang bisa dipetik dan diajarkan. Karena ujung - ujung filosofi ilmu itu menuju ke keranjang hikmah. Apabila ada ilmu yang tidak ke arah situ, berarti ada yang salah. Ilmu 'ngerampok' misalnya, ilmu men-dukun contohnya.
 
Dengan bekal hikmah, kita bisa bergerak menuju perjalanan spiritual ke arah 'keabadian'. Dalam Islam, serpih - serpih hikmah akan menuntun manusia menuju Tauhid, Ke-Esa-an dan keabadian Tuhan. Ya menurut saya pribadi tegasnya begini : urusan ilmu itu akan membawa kita menuju perjalanan spiritual.
 
Mungkin yang disebut Pak Ustadz tadi juga ke arah tersebut, tauhid. Dalam arti ilmu agama itu selalu mengarahkan kepada keabadian Tuhan. Tetapi janganlah salah, ilmu fisika-pun mengarahkan peminatnya ke arah itu. Saya tidak menyalahkan beliau --yang bagi saya hanya kurang komplit penyajiannya--, tetapi, saya sebagai seorang lulusan teknik jadi merasa terpinggirkan. Bahkan rekan saya yang seprofesi sempat berbisik,"...Kalo memang tau gitu, sebenarnya kita dari dulu mending ke pondok saja. Gak usah ke universitas...".
 
Pak Ustadz juga menambahkan bahwa ilmu agama itu ilmu rohani untuk urusan akherat, sementara ilmu yang lain itu ilmu materi untuk urusan duniawi. Beliau juga sempat membagi dua, sebagai ilmu agama dan ilmu dunia. Jadi menurutnya, tetaplah prioritas itu ada di ilmu akherat--ilmu agama--, bila pengen masuk surga. Itu kata beliau.
 
Ya berbalik ke masalah 'pembelaan' pribadi saya sebagai seorang lulusan teknik, bagi saya ilmu apapun bisa jadi ilmu materi-duniawi atau ilmu rohani-akherati. Tinggal macam penerapannya laksana apa gerangan. Apabila ada seorang lulusan pondok, lantas dia pintar soal membaca Al-Qur'an, lantas dia banyak menerima tawaran manggung untuk mengaji dan menerima duit cukup banyak, maka ilmu mengaji itu bisa menjadi ilmu materi-duniawi. Dibalik itu tersedia juga kemungkinan fenomena bahwa  bisa jadi dia memang bisa membaca dan melagukan kitab suci dengan indah, tetapi makna dan penerapan sosialnya tidaklah sesempurna itu. Bagi saya, adalah lebih penting makna dan amalnya ketimbang keindahan lagunya. Tetapi, sebaiknya kedua - duanya.
 
Juga kebalikannya bila ada seorang ahli fisika, yang di dalam laboratoriumnya selalu banyak menemukan ihwal penciptaan semesta, dan dari hari ke hari dia makin takjub dengan kebesaran Tuhan Pencipta alam semesta, maka bisa jadi ilmu fisika-nya itu menjadi ilmu yang bersifat rohani-akherati. Dibalik hal ini tersedia juga fenomena bahwa jangan - jangan ahli fisika ini malah nggak pernah membaca Al-Qur'an. Atau bisa jadi dia merupakan ilmuwan sekaligus seorang ulama, seperti Ibnu Sina misalnya.  Ini menurut pikiran saya pribadi lho ya.
 
Soalnya dalam Islam dikenal ada dua 'kalam' Tuhan, yakni Kalam Tuhan yang tertulis dan terjaga di dalam Al-Qur'an. Dan satunya lagi adalah kalam Tuhan yang terlukis lewat tanda - tanda alam semesta. Yang terakhir ini saya tidak mengada - ada dan hukumnya sah mutlak karena di dalam Al-Qur'an sendiri sering disebutkan dengan "....tanda - tanda bagi orang beriman" atau "...tanda - tanda bagi orang yang berpikir".  Jadi pendekatan kepada penjalanan spiritual menuju Tuhan itu bisa diambil dari kalam Tuhan di Al-Qur'an dan kalam Tuhan di alam semesta.
 
Memang sering terjadi kendala di urusan seperti ini. Misalnya ilmu fisika malah membuat kejahatan, ilmu kimia malah bikin bom nuklir. Dan repotnya, yang pintar mengajipun kadangkala dia pintar melantunkan tetapi tidak faham maknanya. Atau bisa jadi karena hafal dan jago hukum agama, dia malah memanfaatkan untuk kepentingan partai politik. Ihwal ini tidaklah syak lagi bakal berbalik kepada nurani manusia. Fitrah manusia memiliki sifat berkehendak. Kadangkala manusia bisa berkehendak ke kiri atau ke kanan, ... dan Tuhan secara demokratis membiarkan saja. Bahkan Tuhan membebaskan Iblis untuk mengajak manusia hendak kemana entah. Kalau sudah mencapai hal masalah ini, artinya merupakan masalah perseteruan antara manusia melawan iblis. Tidaklah masuk pembahasan dalam topik singkat kali ini.
Dan sebenarnya, --bila kita cari keterkaitannya-- maka rangkaian 'ilmu-hikmah-perjalanan spiritual' sejatinya  merupakan sarana untuk menuju Tuhan sekaligus sarana untuk mengenyahkan iblis. Sebenernya 'teori'-nya seperti itu. Prakteknya kita serahkan ke nurani masing - masing.
 
Jadi ? Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Pak Ustadz, saya tetap kurang sreg bila ada pembagian ilmu duniawi dan ilmu akherat seperti yang diajarkannya. So sorry pak Ustadz.[] haris fauzi - 31 Juli 2007


salam,
haris fauzi
 


Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.

Saturday, July 21, 2007

kenisah : pantulan cita

PANTULAN CITA

18.07.07 08:13pm Surjorimba
'Untuk claro & progrock chrisye, gue rekomen pantulan cita & percik pesona. 2 itu wajib'


Demikian pesan singkat yang masuk ponsel saya. Claro adalah akronim untuk classic rock, progrock adalah progresif rock.
Saya termasuk orang yang ketinggalan dalam meng-apresiasi karya - karya seniman yang bernama Chrisye. Soalnya dalam benak saya dia adalah musisi pop Indonesia. Dan saya belum punya cukup energi untuk meninjau jalur pop. Namun paradigma ini ternyata tidaklah komplit. Setidaknya setelah saya mendapat rekomendasi seperti di atas.

Alkisah rekomendasi tersebut muncul ketika saya berada di toko musik, lantas saya bertanya ke beliau, Mas Surjorimba namanya, seorang pengamat musik internasional yang cukup beken di kalangan art-rock dan progresif rock. Saya menurut saja atas rekomendasi itu, membeli album 'Pantulan Cita' dan 'Percik Pesona'. Dan akibatnya adalah, setelah saya memutar berulang kali album Chrisye 'Pantulan Cita', maka saya menggeser paradigma saya sendiri. Bahwa ternyata bisa jadi album Pantulan Cita ini, --yang saya tidak temukan informasi di sampul albumnya kapan album tersebut dirilis-- memang bertautan dengan aliran musik klasik rock dan progresif rock.

Pertama adalah dari sampul albumnya, yang bergambar puzzle foto Chrisye, mencerminkan ke-khas-an album musik Indonesia yakni foto penyanyinya. Hampir semua penyanyi Indonesia selalu membuat sampul album seperti itu. Namun yang ini dibuat lebih advance : berupa serpih puzzle.
Yang bikin yahud adalah logo Chrisye sendiri, berwarna gradasi kuning -oranye-hitam, dengan pemilihan font-art mirip karya Roger Dean. Roger Dean adalah seorang seniman yang membuat logo dari kelompok musik YES, artikel musik progresif yang belum tertandingi hingga kini.

Pemilihan komposisi suara juga amat mencerminkan ciri khas album musik Indonesiana : suara vokal yang menonjol, suara musiknya dikecilkan. Saya harus ekstra keras mencoba menyusur suara musiknya. Apalagi saya seorang pendengar musik proletar sahaja,--tidak bisa memainkan alat musik.
Dari sektor keyboard, Yockie Suryoprayogo (yang aktif sebagai keyboardis grup GODBLESS) memilih untuk membuat karya yang manis. Yockie adalah musisi rock tulen yang serba bisa dan serba luar biasa, namun bukan berarti musti keras terus - menerus.
Demikian juga representasi musik album ini. Kita bisa saja menganggapnya sebuah karya yang bukan beraliran rock karena memang tidak ada unsur 'kekerasan' sama sekali. Tetapi kita janganlah lupa bahwa grup rock besar selalu menjadi legenda lewat lagu slow-nya. Dan, banyak grup klasik rock dan progresif rock yang ternyata tidak 'keras-keras' amat. Dan kita bisa melihat bayang - bayang grup art rock lawas KAYAK di album ini.
Pemilihan model lagu - lagunya dan kekuatan vokalnya mirip album 'Starlight Dancer'-nya KAYAK. Bukan hanya itu, permainan drum Yaya M dan sayatan gitar Jerry juga mengingatkan saya kepada kebesaran grup KAYAK. Ketika saya pertama kali memutar CD ini --sepulang membelinya-- di player mobil, saya langsung teringat dengan KAYAK yang terkenal dengan lagu manis 'Ruthless Queen'.

Oh ya. Bila ternyata dalam tulisan ini saya membuat penilaian, maka poin ini adalah sangat subyektif. Karena dalam mengupas dan melakukan apresiasi, nilai subyektif bisa jadi malah lebih mudah dilakukan lantaran lebih bebas mengekspresikannya. Dan saya memang pengen gampangnya saja. Bayangkan betapa lamanya bila saya hendak menulis hal ini tetapi saya musti belajar maen gitar dulu. Lupakan saja.

Bila kembali ke permainan keyboard Yockie, mungkin bagi saya dialah yang paling kreatif di album Pantulan Cita ini, mengalahkan peran vokal Chrisye sendiri. Saya akan mencoba membuat permisalan untuk peran Yockie di album ini. Andai kita mendengarkan karya - karya grup art rock ALAN PARSON'S PROJECT, lantas kita menghapuskan kedahsyatan bunyi synthesizernya, maka Yockie banyak melakukan hal seperti itu di album ini. Aura bunyi keyboardnya ALAN PARSON'S PROJECT yang kehilangan synthesizer seperti itu sangat menonjol di lagu 'Hening'.
Tidak hanya itu, di lagu 'Desah Kalbu' yang bagi saya sangat mengingatkan lagu - lagu ala KAYAK, Yockie juga menyisipkan permainan keyboard ala Rick Wakeman. Jelas sekali disini bahwa Rick Wakeman terlalu populer untuk tidak diikuti oleh musisi art-rock dan progresif.Bagi saya Wakeman memiliki ciri salah satunya yakni sering membuat suatu bunyi yang bisa 'bercerita'. Rick Wakeman --bagi yang belum tau-- adalah keyboardis kelompok musik YES. Ciri ini kentara lebih kuat lagi di pembukaan lagu 'Kala Mega Kian Mendung'. Dua lagu ini menjadi idola baru saya ternyata.

Ada catatan tambahan, di lagu 'Perkasa Manusia' kita bisa mendengar bahwa bukan cuma Dodo Zakaria saja yang bisa membuat karya hebat nan kompleks seperti di album 'Mallisa'. Ini sih sepertinya saya hanya membandingkan dua karya asli Indonesia yang cukup representatif dibicarakan sebagai karya musik progresif.

Tentang olah vokal Chrisye sendiri di album ini, saya punya kesimpulan awam, bahwa beliau ini berusaha berkiblat ke album - album solo Jon Anderson --vokalis YES yang seringkali dianggap setengah dewa. Mungkin karena Jon dan Chrisye memiliki suara yang berciri sama, bening. Dan lagi, Jon Anderson dan kelompoknya : YES adalah grup musik besar yang tidak syak lagi madzab-nya telah dipanut banyak orang. Secara utuh, vokal Chrisye menjadi kekuatan untuk merangsek musik Indonesia, namun dia tidak berusaha untuk menjadi seperti Jon Anderson dalam YES. Chrisye lebih mirip solo album Jon Anderson. Lebih sederhana, lebih teduh, dan tidak bergemuruh. Resikonya adalah tidak spektakuler.

Saya cukup kagum dengan album 'Pantulan Cita' ini. Memang Chrisye tetap saja tidak sehebat Jon Anderson, demikian juga Ponaryo Astaman tidaklah sebesar Diego Maradona. Namun keduanya tetap saja membuat saya kagum, bahwa di tanah Indonesia ada mereka berdua : album 'Pantulan Cita' dan seorang Ponaryo Astaman.

Itulah apa yang baru bisa saya tulis tentang album 'Pantulan Cita' yang ternyata cukup mengejutkan saya. Sebentar lagi saya sedang menunggu giliran kejutan dari album berikutnya, 'Percik Pesona', dimana disitu ada idola saya bertugas memukul bedug dan drum : Fariz Rustam Munaf dan Keenan Nasution. Walaaaaaaahhh.[] haris fauzi - 21 Juli 2007

Tuesday, July 03, 2007

kenisah : tidak dijawab

 
TIDAK DIJAWAB
 
Salam itu maknanya 'selamat', doa keselamatan, gitulah gampangya. Dalam ajaran Islam, seseorang di-sunnah-kan atau dianjurkan sebaiknya untuk melontarkan salam dila saling bersua. Dengan harapan semua bisa saling mendoakan agar selamat sentausa. Melontarkan salam hukumnya sunnah, namun menjawab salam hukumnya malah wajib. Setiap salam yang terlontar, dalam Islam harus dijawab dengan salam yang sama, dan diusahakan lebih baik dan lebih panjang, sehingga doanya yang membalas salam akan lebih panjang dan banyak. Mangkanya pada saat ada kutbah, setelah khotib melontarkan salam, maka para pendengar wajib menjawabnya.  Ya ini kalo saya memperbincangkan term 'salam' dalam agama yang kebetulan saya anut.
 
Dalam pembukaan kegiatan sekolah, ketika guru masuk kelas, maka ada juga urusan melontarkan salam ini. Tetapi agak berbeda. Pas saya SD dulu, maka murid bersama - sama wajib melontarkan salam terlebih dahulu, lantas guru menjawabnya.  Mana yang terlebih dahulu mungkin kita tadaklah usah terlalu peduli, yang penting bertukar salam itu berbagi doa atau harapan akan kebaikan. Mulia bareng - bareng.
 
Dalam beberapa kasus salam ternyata ada anomalinya. Anomali itu perkecualian. Maksudnya begini, adakalanya salam itu malahan tidak perlu untuk dijawab. Ada banyak hal yang menyebabkan hal ini, mungkin juga sebanyak hal yang musti diperbincangkan juga sebagai wacana. Setidaknya seperti yang hendak saya ceritakan ini.
Saya dulu pernah berguru --maksudnya sekolah-- dengan seorang guru. Saya tidak perlu menyebutkan namanya. Beliau ini selalu mengucapkan salam dahulu sebelum membuka pelajaran. Salam secara Islam, lantas salam nasional. Dan kita para murid membalasnya juga sedemikian, namun tidak gegap gempita laksana saat SD. Dan setelah itu pelajaran-pun dimulai.
 
Beberapa teman datang terlambat memasuki ruangan kelas, dan saat rekan yang terlambat tadi memasuki kelas, dia mengucapkan salam juga.... dan kita membalasnya, demikian juga dengan Sang Guru. Satu orang terlambat, maka sekali kita membalas salam. Dua kali, tiga kali, dan demikian terus. Repotnya ada teman yang terlambat saat pelajaran sudah mulai intensif, sudah bukan saatnya basa - basi lagi, sudah serius. Nah, bila ada rekan yang terlambat masuk kelas dan kelas sedang tahap pelajaran serius, maka bila si telat tadi berucap salam, maka Sang Guru tadi malah menganjurkan untuk tidak usah menjawab salam yang dilontarkan. Sudah adabnya demikian, urai Sang Guru. Jadi, ada salam yang tidak terjawab. Tepatnya : tidak dijawab. Ini menyalahi dalil di atas, bahwa salam wajib bin musti dijawab. Ini yang saya sebut anomali tadi.
 
Saya punya pengalaman yang setidaknya menunjukkan keberpihakan kepada guru saya tersebut. Kebetulan pada suatu malam saya mengikuti pengajian, dan saya bukan peserta yang terlambat. Tak lama setelah saya menghabiskan sebutir jeruk, maka tibalah pak Ustadz. Guru ngaji. Dia melontarkan salam, dan kita membalasnya sambil beranjak berdiri hendak bersalaman. Beliau berkeliling menyalami peserta pengajian yang sudah asik dengan makanannya masing - masing. Tak lama setelah acara basa - basi sebentar, dimulailah pengajian tersebut.
 
Berjalan lima belas menit, masih ada saja peserta kajian tersebut yang terlambat. Namanya orang terlambat, beberapa orang, pastilah tidak bersamaan karena mereka tidaklah janjian telat. Satu persatu berucap salam dan masuk, lantas duduk. Ada yang memberanikan menyela pembicaraan sang Ustadz bahkan menyalaminya langsung didepan umum.
Setiap ada peserta terlambat yang berucap salam, maka pastilah terputus sejenak pula uraian pak Ustadz. Apalagi pake acara menjulurkan tangan segala bakal bersalaman. Saya sebagai peserta, sedikit terganggu dengan hal itu, apalagi bertubi - tubi. Raut muka Ustadz juga sering berubah ketika ada salam terdengar dimana dia menjawab dengan sedikit perbedaan nada, mungkin karena konsentrasinya terburai sejenak. Hal ini nampak jelas ketika beliau hendak melanjutkan khutbahnya, kadangkala beliau melontarkan pertanyaan,"..sampe mana tadi uraian saya ya..?".
 
Di lain kegiatan dan lain guru, saya pernah diajarkan sesuatu hal ihwal ucapan 'salam' ini. Bahwa bila kita terlambat masuk suatu forum, sebaiknya janganlah mengganggu jalannya pengajian, apapun termasuk janganlah melontarkan salam ketika pengajian sudah berjalan. Lantas yang harus dilakukan oleh peserta yang telat hanyalah mencari tempat duduk dan membisikkan salam kepada rekan sebelah. Bila perlu bersalaman jabat tangan. Gitu katanya. Entah bagaimana menurut ajarannya saya belum mencari lebih lanjut, yang jelas itu yang saya ikuti sekarang. Karena alasannya sangat logis dan jelas. Agar jalannya pengajian atau forum tersebut terkacaukan.
Dari sekian ceritera, mungkin saya harus mencari mana yang lebih akur dan mana yang lebih tepat. Namun, sejauh ini baru hanya itu yang saya tau.[] haris fauzi - 3 Juli 2007


salam,
haris fauzi
 


Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing.