Wednesday, April 27, 2016

nafsu shaf satu

Sholat terbaik adalah berjamaah, dengan posisi shaf pertama, atau shaf satu. Ada dua kali kejadian yang saya catat tentang betapa bernafsunya seseorang untuk mendapatkan predikat terbaik tersebut. Yang pertama adalah kasus yang tipikal sekali. Saya sudah berdiri di deretan pertama alias shaf satu. Saya bisa berdiri disitu ya karena saya datang lebih awal.
Ini ceritanya sholat belum di mulai, baru persiapan senyampang iqamah. Seiring iqamah dan instruksi imam ihwal merapatkan dan meluruskan shaf depan, maka berbondong - bondonglah para jamaah maju ke depan untuk mengisi ruang shaf depannya. Yang masih kosong, --atau lega-- segera diisi. Renggang - renggang begitu, bisa dirapatkan dengan baik. Idealnya demikian.

Selain itu, ternyata ada juga shaf yang sudah mepet, masih saja disisipi oleh jamaah. Maksud saya begini, shaf itu sudah relatif rapat, namun seseorang masih berusaha mengisi, dengan meminimalisasi jangkah kaki. Artinya kaki dia rapat, dan memaksa sebelah - sebelahnya untuk merapatkan kaki hingga pundak ini berselisih tumpang tindih saking rapatnya barisan. Ini sering saya alami sendiri. Bukan saya yang memaksa maju, tetapi kala itu ada jamaah yang memaksa untuk maju dari belakang saya, menyisip --atau meyusup ?-- masuk di sebelah saya. Okelah sesak sedikit tidak mengapa.

Namun seperti yang sudah saya duga, dengan berjalannya sholat rakaat demi rakaat, penyusup tadi mulai melebarkan jangkah kakinya sehingga memaksa saya untuk merapatkan jangkah kaki saya. Kenapa demikian ? Saya adalah tipikal orang yang "terlambat" dalam gerakan sholat. Maksudnya, saya baru bergerak ketika imam benar - benar usai mengucapkan "Allahu Akbar", sehingga saya terlambat gerakannya. Keterlambatan gerakan saya selalu didahului oleh para jamaah lain yang bergerak ketika imam baru memulai ucapan takbir-nya. Memang dalam hal gerakan ini ada dua versi, gerakan ketika takbir, atau gerakan setelah takbir. Saya berafiliasi dengan yang "gerakan setelah takbir". Tentunya jamaah yang bergerak duluan, dia bisa menentukan posisi dirinya lebih dahulu. Termasuk ketika bangun dari sujud, tentu dia lebih dahulu menjangkah-lebarkan jarak dua kakinya, sehingga semula di berjangkah sempit, kini giliran saya yang kebagian kesempitan.

Apa hasilnya ? Makin berjalannya rakaat, saya makin "terdesak", hingga akhirnya ketika duduk tahiyyatul akhir, saya benar - benar terjepit, dan akhirnya memutuskan maju sekitar dua puluh senti meter agar saya bisa duduk tasyahud akhir dengan benar. Walhasil, barisan saya sudah tidak lurus lagi. Jelas ini mengganggu kelurusan shaf, dan lebih jelas lagi, hal ini mengganggu kekhusyu'an sholat saya, karena saya kelalu kebagian "nggak enak-nya".

Itu kasus pertama. kasus kedua adalah ketika saya sudah datang duluan dan tentunya langsung bisa memilih lokasi. Pas itu anak saya Si Bungsu ikut. Walhasil saya dan Si Bungsu duduk di shaf terdepan, karena memang datang lebih awal, dan kami memilih di ujung kiri. Karena si Bungsu --yang masih berumur enam tahun-- memang pinginnya bersebelahan dengan saya dan tembok, dia tidak suka bersebelahan dengan orang asing.

Menjelang iqamah, ada seorang bapak - bapak berbaju gamis dengan prejengan ustadz menyuruh anak saya pindah ke belakang. Praktis Si Bungsu tidak mau, dia maunya di sebelah ayahnya. Orang itu terus "mengganggu"Si Bungsu hingga cemberut dan menggelandot di kaki saya.
Akhirnya saya ikut rembug. Saya memperingatkan orang itu --baik-baik-- bahwa Si Bungsu ogah berpisah dengan Ayah-nya. Entah karena bebal, orang itu tetap mengganggu Si Bungsu dan tetap saja dia menyuruh agar Si Bungsu mundur. Katanya," Shaf pertama buat bapak - bapak....anak - anak di belakang...".

Sedemikian bernafsunya bapak tadi untuk merebut shaf Si Bungsu menjadikan Si Bungsu sedikit rewel, hingga akhirnya beberapa detik menjelang sholat mulai saya memutuskan untuk mundur ke shaf paling belakang. Artinya saya dan Bungsu mundur ke belakang. Rupanya bernafsu sekali dia merebut sesuatu dari anak kecil, membuat saya mengalah jua.

Sekali lagi, kejadian ini mengganggu ke-khusyu-an sholat saya, hingga akhirnya saya nyaris memutuskan untuk tidak mau bersalaman dengan dia. Di masjid tersebut, usai wirid dan doa dilakukan salaman keliling, dan ketika saya bertatap muka dengan bapak tadi, nyaris saya tidak mau bersalaman.

Apa dampaknya ? Si Bungsu tidak mudah lagi diajak ke masjid, khususon wabil khusus ke masjid tersebut. [] haris fauzi, 27 april 2016

Thursday, April 21, 2016

Media Oh Media

Dua minggu lalu, saya membaca koran online. Ada judul top news. Ceritanya --kisah nyata-- tentang seorang pria selebritis namanya OU. Sebut saja begitu. Dalam berita itu diulas bagaimana OU memergoki pacarnya, sebut saja CE, sedang check-in di hotel dengan seorang pria.

Kisahnya kurang lebh seperti begini. Pada suatu hari, OU mengaku mengantar CE hingga ke suatu tempat. CE turun dari mobil OU, dan berencana untuk melanjutkan acaranya bersama teman - temannya. Pas ditanya, CE nggak ngaku acara dan tujuannya. Mangkanya OU berniat menguntit. Apalagi kemudian CE 'jalan-jalan' dengan kendaraan temannya, pria pula. Tentu OU curiga. Sepanjang penguntitan, OU berkomunikasi dengan CE. Tentunya CE tidak menyadari aksi penguntitan ini.

Sempat ditanyakan lokasinya, dan CE menjawab 'on the way' ke wilayah EA. Tapi jalannya mobil ternyata menuju area U. Ini tentu dianggap OU sebagai kebohongan. Dan OU makin curiga. OU makin bernafsu menguntit, hingga akhirnya mobil yang ditumpangi CE masuk hotel. OU terus menguntit dan akhirnya mengetuk pintu kamar hotel.

Dalam berita itu dikisahkan betapa geramnya OU memergoki pacarnya, si CE, sedang sekamar dengan pria lain.

--------------

Tak selang seminggu, muncul berita berikutnya. Selebritis di atas, OU dan pacarnya, CE, diberitakan sedang datang ke kantor polisi. Mengadukan kelakuan seorang pria. Pria ini dituduh melakukan rencana pemerkosaan terhadap CE, lokasinya di sebuah hotel kawasan U, minggu lalu.

-------------

Manakah yang jujur ?
Media oh media........




Thursday, April 07, 2016

reklamasi


......pedjabat dan pengoesaha soeka reklamasi laoet,
rakjat djelata soeka reklamasi soengai....

Friday, April 01, 2016

Ketika Iluminati Menghendaki Peperangan

Dalam kitab suci dikisahkan bahwa kelak akan terjadi pertempuran besar antara kubu Dajjal ( iblis bermata satu ) melawan pasukan muslim Imam Mahdi. Dajjal akan turun untuk memimpin pasukan yang berniat melenyapkan ajaran Islam. Dajjal dan pasukannya bergerak cepat, hingga akhirnya muncullah Imam Mahdi untuk menyelamatkan ajaran Islam. Imam Mahdi memimpin para umat Islam dalam menghadapi peperangan tersebut.  Ini disebut - sebut dengan peperangan akhir jaman. Perang yang sangat besar, dimana segala perangkat peperangan berbalik jaman menggunakan peralatan kuno, pedang - panah - kuda, sementara peralatan canggih kala itu mendadak shutdown. Dalam kitab suci tersebut dijelaskan bahwa pada akhirnya pertempuran dimenangkan oleh pasukan Imam Mahdi.

Itu kelak, entah kapan. Pertempuran akhir jaman. Bangsa Yahudi sepertinya meyakini kisah tersebut sebagian saja. Hal itu karena dalam kitab suci dijelaskan bahwa bangsa Yahudi berada di pihak yang kalah, alias berada di belakang bendera Dajjal. Ya, dalam kitab suci dijelaskan ihwal kepunahan pengikut Dajjal, kepunahan bangsa Yahudi. Oleh soal inilah, bangsa Yahudi tidak percaya akan skenario takdir kekalahannya. Prinsipnya, bangsa yahudi meyakini dengan sangat akan bakal adanya pertempuran dahsyat tersebut, namun tidak mempercayai takdir kekalahan yang bakal menimpanya. Trus apa yang dia lakukan ?

Coba tebak. Ternyata untuk merubah takdir tersebut, bangsa Yahudi merencanakan skenario kemenangan bagi kubu Dajjal. Salah satunya adalah membentuk serikat bernama iluminati, yang bertujuan untuk "menata dunia baru" menurut versi mereka. Dengan ending peperangan di kubu Dajjal, kubu mereka.

Langkah menuju cita-cita kemenangan ini dilakukan dalam tempo puluhan tahun, mungkin ratusan. Dan hingga sekarang masih berjalan. Yakni dengan melemahkan sendi-sendi kaum muslim. Lewat segala cara. Iluminati menguasai dunia hiburan, politik, hukum, hingga pemilihan kepala negara. Lihatlah fenomena yang terlihat. Sedemikian terus - menerus sehingga kaum muslim makin lemah dan mencapai titik terlemah.

Masalah muncul dalam kubu umat Islam. Dikarenakan dalam kitab suci itu dijelaskan akan janji kemenangan, maka umat Islam cenderung terbuai hingga sangat lemah. Setelah kaum muslim di dunia ini terbuai dan sangat lemah, maka beraksilah gerakan iluminati tersebut. Dipanggil-lah si Dajjal oleh iluminati. Yahudi menghendaki peperangan terjadi di saat pasukan Imam Mahdi lemah se-lemah-lemahnya. Dengan terjadinya peperangan yang mereka kehendaki, mereka mengharap meraup kemenangan. Kaum Yahudi merasa "pasti" akan kemenangannya. Karena muslim dalam kondisi paling lemah.

Dan bilamana terbukti Yahudi mampu merubah skenario kitab suci, setelah Yahudi menang, Yahudi akan "menata dunia baru". Inilah skenario Yahudi hendak merubah skenario kitab suci. Tapi mereka salah, mereka terlalu gegabah. [] Haris Fauzi, - 1 april 2016