Saturday, December 03, 2016

212

Mobil yang kami tumpangi beranjak dari Jatiasih sekitar pukul enam pagi. Kurang sedikit. Menuju silang Monas. Sepanjang mengukur jalan, kami bermain tebak perkiraan. Karena menurut perkiraan kami, mereka yang berada di jalanan kala itu, separuhnya hendak menuju lokasi yang sama, Monas. Tak bisa dipungkiri bahwa mereka ternyata demikian banyak, sebagian terinspirasi dengan longmarch para ulama dan santri Ciamis yang fenomenal itu.

Menjelang menuju akses tol dalam kota, jalan tol lingkarluar kondisi lalu-lintas sudah merayap. Rupanya tol dalam kota arah Semanggi sudah mengantri panjang sekali. Kebanyakan peserta aksi 212 memang merencanakan hendak melalui tol Grogol menuju kawasan Sudirman, lantas menuju Monas. Melihat gelagat ini, kami memutuskan untuk menempuh jalan lain, yakni tol dalam kota arah Priuk. Rencananya akan menuju silang Monas melalui pintu tol Cempaka Putih, Jalan Soeprapto, Senen, Kwitang.

Turun tol Cempaka Putih, kami beriringan dengan banyak peserta aksi 212. Akhirnya kami semua tertambat di bilangan Galur. Memarkir kendaraan. Turun. Dan lantas melanjutkan perjalanan menuju Monas dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan berjalan kaki dari Galur menuju Kwitang, partisipasi warga sekitar begitu tinggi kepada para peserta aksi. Semua warga mendukung aksi 212, yang ingin menyuarakan "Hukum Penista Al-Qur"an". Wajah - wajah penuh harap dari warga sekitar dipancarkan dengan tulus sambil menyodorkan minuman dan makanan, berharap diambil oleh para peserta aksi yang tengah berjalan berombongan. Para mujahid menerima dengan suka cita, bahkan ada beberapa mujahid yang tetap menerima uluran tangan para warga yang terus menyodorkan air minum, walau sudah keberatan membawanya. Mereka enggan menolak uluran ikhlas para warga yang mendukung aksi ini.

Pergerakan mujahid ini mulai terhambat memasuki area simpang Kramat karena bertemu dengan peserta yang datang dari arah Salemba menuju Kwitang. Dan jalanan makin sesak di silang Tugu Tani. Massa semakin rapat. Rombongan kami tertahan di depan screen Gambir. Tidak bisa maju lagi. Dan akhirnya menggelar sajadah membentuk shaf sholat jum'at di situ. Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.30. Saat itu ustadz Abdullah Gymnastiar memberikan tausyiah.

Tak lama setelah do'a bersama dipimpin oleh ustadz Arifin Ilham yang demikian fenomenal, maka dikumandangkan adzan. Ketika ini terkabar informasi bahwa jamaah mujahid dibelakang kami sudah mengular hingga Kwitang dan Cempaka Putih. Subhanallah. Semula kami tak percaya hal ini. Namun ketika kami pulang sekitar pukul dua siang, barulah kami percaya. Bis - bis yang membawa peserta aksi 212, berparkir ria terhampar sepanjang jalan Soeprapto dari Galur hingga Sumur Batu ! Ratusan bis terjajar rapi disitu.

Bila dibelakang saya terhampar shaf hingga Kwitang, sementara ujung Semanggi hingga mencapai Thamrin, bisa dibayangkan berapa banyak manusia mujahid mujahidah melauti Jakarta. Konon mencapai 5-6 jutaan. Mereka berdo'a dengan damai. Berdo'a agar Si Penista dihukum dengan setimpal.

Pada opini koran Republika 3/12, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menulis kolom berjudul "Pesan Aksi Damai 212". Dalam tulisan tersebut Nashir berpesan, bahwa Si Penista Agama seyogyanya dihukum dengan setimpal. Jadi, walau sekarang atmosfirnya adalah berdo'a dan berzikir, tetap saja pesannya adalah tuntutan hukuman kepada Si Penista. Tetap. Sesuai dengan fatwa MUI yang harus dikawal.

Seperti saya tuliskan di atas, kami mulai membubarkan diri usai berjamaah sholat jama' ashar, sekitar pukul setengah dua siang. Dan pergerakan mujahid mujahidah ini baru terurai sekitar pukul empat sore. Dan itu semua terjadi dengan damai, tenang, tertib, indah. Media - media islamphobia yang semula sinis, kini berbalik meng-"klaim" keberhasilan Umat Islam ini. Banyak media yang sebetulnya tersadar akan damainya Islam, tapi masih malu - malu mengakui. Mungkin masih butuh waktu. Jadi Aksi Bela Islam III-
212 ini mengirimkan pesan dua hal, pertama adalah pembuktian Islam Damai, dan kedua adalah tuntutan hukum setimpal kepada penista Al-Qur'an.

Bila membahas mengenai penerapan hukum kepada pelaku penistaan Al-Qur'an, kali ini negara sepertinya tidak siap. Dan, akhirnya Umat Islam harus membantu menyadarkan para pejabat negara bahwa pelakunya harus dihukum setimpal. Lihat saja bagaimana Majelis Ulama Indonesia harus mengeluarkan fatwa agar para pejabat sedikit melek kepada kasus ini. Bagaimana para Ulama harus bertentangan dengan para backing - backing berkekuatan dana besar yang tidak menyukai rilisnya fatwa MUI. Mereka kemungkinan adalah para cukong yang memiliki kepentingan tertentu. Ini masalah serius. Dan rangkaian Aksi Bela Islam, jilid I-III ini berusaha menyadarkan kepada para pejabat bahwa Islam itu damai, dan juga bahwa kasus penistaan itu serius. Total jenderal dari tiga aksi yang telah di gelar, insya Allah sekitar 8 juta suara rakyat Indonesia. Kedelapan juta suara itu masuk ke telinga pejabat negara. Insyaa Allah terdengar. Suara 8 juta orang yang turun jalan dan berteriak, apakah mungkin tak terdengar ?

Bayangkan. ketika Al-Qur'an dinista, dan ketika si pelaku seakan kebal - bebal dan bebas berkeliaran. Maka jutaan umat Islam melakukan protes turun jalan. Protes turun jalan yang pertama, kemudian kedua --diikuti sekitar 2,3 juta mujahid.  Dan paska Aksi Bela Islam II ternyata si Penista masih saja gentayangan, maka Aksi Bela Islam III pada 212 pesertanya membengkak menjadi lebih dari lima juta orang, membengkak 100%. Ada yang bilang lebih dari 7 juta. Jumlah peserta itu terus saja membesar dan terus membesar, menuntut si Penista dihukum. Apakah pejabat negara menunggu membesar hingga meledak ? Wallahu'alam. Saya jelas tidak faham bagaimana sensitivitas gendang telinga pemerintah. Yang saya yakin adalah bahwa para mujahid dan mujahidah itu siap jiwa raga membela Al-Qur'an. Saya sangat yakin, apapun resikonya. [] haris fauzi, 3 desember 2016.

Tuesday, November 15, 2016

Awas Provokator Beraksi

Seminggu ini ada dua kejadian provokasi. Sungguh menyedihkan. Satu provokator beraksi ketika diadakannya Aksi Bela islam 411 di Monas Jakarta. Seorang pria provokator berteriak - teriak "Bakar gereja !" berulang - ulang. Untungnya peserta aksi berhasil mengamankan pria ini. Setelah dibekuk, pria provokator ini ternyata membawa KTP dengan identitas non-muslim. Aksi provokasi berlangsung juga pada malam harinya sehingga membawa korban meninggal dan luka - luka. Apakah ini bukan aksi provokator ? Pasti ini provokator, namun dia tidak sukses mengemban misinya. Bayangkan apabila ulah dia berhasil, maka akan ada bentrok besar - besaran di Monas kala itu. Sungguh kegilaan tak bernalar. Apapun, adanya korban meninggal dalam kasus provokasi ini mencatatkan kelakuan bengisnya.

Kejadian kedua adalah peristiwa pelemparan bom molotov di Samarinda pada Minggu 13 Nopember 2016. Dilakukan oleh gerombolan bengis Bom Buku, aksi ini mengakibatkan korban meninggal, diantaranya bocah. Tujuannya jelas, menciptakan provokasi dan  mencemarkan nama Islam. Menciptakan provokasi, karena hendak memecah persatuan. Mencemarkan Islam karena para pelaku teroris bayaran ini mengenakan baju berlabel Islam. Apa maksudnya coba ?

Bila kita bertanya maksudnya, maka dua kejadian provokasi diatas jelas terangkai. Dalam Aksi Bela Islam yang diikuti jutaan ummat Islam, provokator (yang katanya ber-KTP non Islam) malah menghasut untuk melakukan pembakaran gereja. Tujuannya jelas, menciptakan kerusuhan besar, menciptakan image buruk bagi Islam. Demikian juga maksud pengebom Samarinda yang sengaja mengenakan kaos bertulis "jihad".

Dua kelakukan bengis provokator itu, mencatatkan korban meninggal. Memang provokator yang hendak mencitrakan Islam buruk itu selalu seperti itu. Jangan lupa dunia masih digegerkan dengan ISIS yang juga melakukan hal serupa bukan ? Dan ingat, ISIS itu binaan CIA dan Mossad, notabene bukan organisasi Islam. Dari skema nasional dan internasional ini, jelas ditarik garis merah, bahwa aksi teror, aksi provokasi, aksi ISIS adalah gerakan masif yang bertujuan dua hal, menciptakan teror dan kerusuhan, serta  untuk menyudutkan Islam. Targetnya menyudutkan Islam. Mereka tidak peduli mau berapa korban lagi. [] haris fauzi, 14 nopember 2016

Saturday, November 12, 2016

Kemungkinan Itu Islamphobia


Jangan kesampingkan kemungkinan ini. Lihatlah Aksi Bela Islam II yang digelar 4 Nopember lalu di seputaran Monas Jakarta. Itu adalah aksi damai. Salah satu aksi massa terbaik di dunia, setelah penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi. Itu fakta tak terbantahkan. Murni gerakan tulus rakyat. Namun belakangan, hingga tulisan ini dibuat, yakni seminggu setelah aksi tersebut, bertaburan informasi simpang siur ihwal peristiwa tersebut.

Banyak analisa bertaburan berkenaan dengan hal tersebut. Mangkanya jangan kesampingkan kemungkinan adanya fenomena islamphobia. Selama ini, selama belasan --mungkin puluhan tahun, informasi dari dunia barat banyak mengintrodusir secara tidak berimbang ihwal betapa Islam dikonotasikan dengan terorisme dan hal - hal berbau brutalisme. Ini adalah gerakan opini yang digalang dengan intens oleh media sekuler. Masif sekali, dan tentunya ini menyudutkan Islam. Dan ini bukannya tidak berdampak. Apakah dampaknya ? Munculnya fenomena islamphobia.

Dari banyak dampak yang terjadi, setidaknya ada dua hal dampak yang nyata terlihat. Yang pertama adalah munculnya legitimasi islamphobia itu sendiri. Yakni ketakutan akan Islam. Skenario boneka ISIS membuktikan itu. Sandiwara boneka ISIS, yang sejatinya bentukan kaum kapitalis, berhasil menakut - nakuti nyaris sebagian besar penduduk dunia sehingga dunia takut terhadap gema "khilafah". Ini bentuk keberhasilan kaum sekuler menyudutkan Islam.

Dampak kedua adalah terbentuknya mindset bahwa Islam itu menakutkan, --dan tidak hanya itu-- sedemikian kuat mindset ini terbentuk sehingga mereka tidak akan percaya bahwa Islam itu penuh kedamaian. Mustahil, menurut mereka. Ini ketakutan yang sungguh berlebihan.

Dua fenomena islamphobia inilah yang dijungkir-balikkan oleh adanya Aksi Bela Islam 411 tersebut. Dengan penjungkir-balikkan opini tersebut, maka muncullah sinisme. Nada iri. Kaum islamphobia merasa seperti bermimpi, tidak percaya hal ini, dan berusaha mengaburkan fakta. Maka diciptakanlah provokasi yang bermaksud merusak citra aksi damai tersebut. Maka diciptakanlah opini ihwal kerusuhan. Media berperanan besar dalam hal skenario pemutar-balikan realitas ini.

Mengapa ini terjadi ? Harus dimaklumi bahwa islamphobia muncul dari bangsa Eropa, yang mana adalah bangsa sekuler yang berhasil melepaskan diri dari dogma agama dengan munculnya gerakan renaisans. Dogma agama pra renaisans sangat represif, membelenggu dan menakutkan mereka. Dan dengan adanya renaisans, hidup mereka terbebas dari kungkungan dogma tersebut. Itu alasannya mengapa bangsa Eropa, sebagai representatif kaum sekuler terindikasi mengidap anti agama. Rancunya, mereka menyama-ratakan Islam dengan dogma pra renaisans, sehingga muncullah fenomena islamphobia.

Sejatinya ini logika yang salah. Karena begitu mindset mereka adalah negatif, maka mereka akan memungkiri fakta positif. Apapun itu. Dan ketika bertindak, terjadi kecondongan untuk berusaha agar fakta positif itu lenyap, dikamuflase menjadi negatif sebagaimana mindset yang telah ada dalam otak mereka. Maka diciptakanlah opini dan pencitraan yang terbalikan dengan kenyataannya. Atas dasar pola inilah maka dalam aksi damai 411 tersebut terjadi provokasi - provokasi. Provokasi yang sumbernya adalah ketidakrelaan terhadap fakta --realitas yang terjadi-- bahwa Aksi Bela Islam 411 berlangsung dengan sangat bermartabat. Kaum islamphobia tidak rela Islam yang selama ini mereka opinikan sebagai teroris itu ternyata mampu membawa dua juta massa turun ke jalan dan berlangsung sangat santun. Ini mengobrak-abrik pemikiran mereka, merusak tatanan pola pikir mereka. Maka dalam menganalisa Aksi Bela Islam 411, sepertinya patut dipertimbangkan kemungkinan bahwa pihak yang selama ini mendeskreditkan Islam-lah yang tidak rela bila ummat Islam mampu membuktikan kedamaian yang sesungguhmya. [] haris fauzi, 12 nopember 2016 - foto republika

Saturday, November 05, 2016

411

Unjuk rasa Aksi BELA  ISLAM  yang digelar pada 4 nopember 2016 di seputaran Monas Jakarta, sepertinya ada 2 sesi, sesi siang dan sesi malam. Sesi siang berlangsung damai, dihadiri sekitar 2,3 juta muslim. Sementara sesi  malam terjadi rusuh karena ada provokasi. Dugaannya masih semrawut, apakah HMI disusupi, dan siapa yang membakar mobil polisi.

Sesi siang, walau gagal bertemu Jokowi, berlangsung sangat tertib, provokator pembakar gereja tertangkap oleh para peserta aksi dan diamankan. Target aksi ini adalah tuntutan agar pemerintah menindak tegas Ahok dalam kasus penistaan Al-Qur'an. Menjelang senja pemerintah menjawab tuntutan peserta aksi. Jawaban pemerintah disampaikan oleh Wapres, dimana berjanji menangani kasus penistaan Al-Qur'an tersebut. Jawaban Jusuf Kalla ini sepertinya cukup memuaskan sebagian peserta unjuk rasa. Menjelang maghrib, --sesuai surat ijin unjuk rasa,-- para peserta aksi berangsur - angsur membubarkan diri.

Memang ada ganjalan. Entah kenapa Presiden malah meninggalkan istana hari itu, sehingga pengunjuk rasa gagal menemuinya. Padahal unjuk rasa yang diikuti jutaan orang ini sudah direncanakan nyaris sebulan sebelumnya, sehingga timbul kesan Presiden seperti menghindar. Ini blunder sehingga menjadi salah satu faktor pemicu kerusuhan yang terjadi pada sesi malam.

Sesi malam berlangsung karena ada sebagian massa yang tidak puas belum bertemu presiden, dan dengan duduk tertib mereka tetap menunggu Jokowi. Saat menunggu ini rentang maghrib terjadi provokasi sehingga ada kericuhan. Ada beberapa bentuk kejadian yang disinyalir menjadi pemicu. Bentuk provokasi tersebut diantaranya adalah masuknya gerombolan berbendera HMI yang kemudian mengadu petugas. Entah HMI tulen atau gadungan. Provokasi kedua adalah terbakarmya kendaraan yang belum jelas siapa yang memulai, dan adanya tembakan gas air mata yang beberapa pihak menilai terlalu dini dan kurang terarah.

Semakin larut situasi semakin genting ketika provokator semakin menemukan jalannya, sementara aparat mulai mengunakan senjatanya. Saat itu peserta aksi bertahan dengan berusaha diam, tidak meladeni kericuhan. Dalam babak ini disinyalir ada skenario intelijen bermain di samping skenario provokator yang menghendaki aksi berlangsung ricuh. Seorang teman bilang bahwa banyak yang tidak rela bila aksi ini berhasil dalam damai, sehingga dipaksakan oleh provokator agar terjadi kericuhan. Seakan ada permainan yang hendak memperlebar masalah sehingga ada aksi penjarahan --di area lain-- yang tak jelas ujung pangkalnya. Dan tentunya disertai pula pemberitaan yang simpang siur. Pemberitaan jurnalisme yang mengail di air keruh.

Pada malam itu, aksi yang semula adalah berurusan dengan penistaan Al-Qur'an, ketika malam ada pula infiltrasi kepentingan politik ketika terjadi kekecewaan demonstran karena tidak bisa bertemu presiden. Maka sepertinya target berbelok, dari Ahok menuju ke Jokowi. Wallahu'alam.

Babak rusuh berikutnya adalah kepentingan pers islampobia yang begitu riang gembira menemukan sudut ricuh aksi ini. Jelas jurnalisme mengail di air keruh. Pers islampobia ini lantas gencar mempublikasi sisi ricuhnya demi kepentingan mereka. Dan, para gerombolan pasukan siber bayaran beraksi untuk membuat berita makin simpang siur. Karena memang itulah keahliannya. [] haris fauzi, 5 nopember 2016


Thursday, October 27, 2016

ketika premium habis

ini adalah cuplikan dialog dalam rup WA...

berawal dari posting foto ihwal habisnya premium....
menurut yang jaga SPBU.... hal ini dikarenakan pengurangan stok,
dan digantikan oleh peningkatan kuota pertalite...

istilahnya, premium diganti pertalite.... gitulah...

maka jadilah chat yang "mbliyut" dari para pemuja ...

:D :D :D

Monday, September 19, 2016

Keadilan Dunia

Keadilan di dunia ini demikian terbatas.....
Bahkan korban-pun bisa jadi malah dihukum..,

Skenario

Sekte-sekte terus diciptakan oleh pemegang skenario pemecah belah Islam. Lima tahun mendatang, timur tengah akan banyak sekali sekte, dan tidak ada kedamaian di timur tengah. Akan banyak pertempuran antar sekte di sana. Ini skenario --plan B-- musuh Islam. Dan ternyata berhasil.

Skenario plan B ini dikhususkan untuk pemeluk islam fanatik. Sementara pemeluk islam yg tidak fanatik, cukup dengan sekularisasi dan materialisme saja mereka sudah melepaskan syariat.
Plan A dan B diolah di rapat - rapat Freemason. Wallahu'alam.

Di masterplan B, yg targetnya adalah kaum fanatik, diciptakan friksi provokatif, sehingga saling hujat dan saling menyalahkan. Dan skenario ini sudah berjalan lancaaaar sekali di banyak negara Islam dan timur tengah. Konon, semua friksi ini ditargetkan untuk memuncak menjadi civil war di negara-negara islam. Sehingga umat Islam sibuk berperang dengan  saudara sesama Islam.

Di Indonesia, plan A berjalan melalui media, pemilu, dan terutama sekolahan. Skenario IAIN jadi Universitas itu salah satunya. Dengan menjadi universitas, nilai-nilai sekuler lebih bisa masuk.

Plan B ? Juga gencar habis. Setelah orba berhasil memelihara konflik NU vs Muhammadiyah, kini konflik itu ga berlaku, konflik yg berlaku adalah friksi antar sekte..... Selalu dipelihara adanya ketegangan dalam masalah umat Islam, selalu harus ada ! Mangkanya dalam pemilu, Kalo perlu calon dari umat Islam banyak dimunculkan shg memecah belah suara.....termasuk golput.,.

Lihat sekarang di sekeliling kita, masjid A sekte A, masjid B sekte B, dst.... Dan puncaknya, ketika sholat ied, masing - masing masjid mengadakan sholat ied... Dalam skala kecil - kecil.,. Ini skenario B..,... Sekte....pemecahan..... Pelemahan..... Konflik..... Habislah energi islam untuk berkonflik ria.... Skenario ini berjalan mulus bin lantjar djaya..... Wallahu'alam.

Konflik sunni - syiah memuncak pada perang Iran vs Iraq. Didasari dendam revolusi Iran, Amerika membela Iraq. Isyu ini oleh freemasonry skrg disulap... menyublim menjadi generalisasi rafidhah syiah. Padahal dlm beberapa referensi ibn Taimiyyah jelas - jelas membedakan antara syiah dan rafidhah. Yg masuk ke Indonesia, jelas rafidhah. Mana yg mau dipercaya ? Definisi ibn Taimiyyah ? Atau freemasonry ? Kembali ke diri masing-masing.

Soal demokrasi, ini mesin untuk megalahkan pemimpin islam. Amien Rais jelas terjungkal melalui pola demokrasi. Dan yang paling norak adalah digulingkannya Mursi Mesir, walau sudah jelas menang pemilu demokrasi. Jadi, rule demokrasi ini diciptakan untuk legitimasi kekalahan pemimpin islam. Kalo toh menang, harus digulingkan.

Lantas, kita mau bagaimana ?





Wednesday, August 17, 2016

Terkubur

Aku bersyukur,
punya kesempatan ikut bertempur,
walau akhirnya terkubur.

Itu tidaklah mengapa.....
Setidaknya anak cucuku mewarisi kisahnya...
Sebagaimana kisah leluhur disana.


Tuesday, June 21, 2016

Sudut Pandang Kesempurnaan


Manusia merupakan makhluk yang sempurna, dalam al Qur’an surat Shaad ayat 72 disebutkan :
 Yang artinya :
“Maka, apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya, dan telah Ku tiupkan ROH-Ku kepadanya, maka hendaklah kalian tunduk dan bersujudlah kepadanya”.

Dari ayat ini, setelah Allah SWT menyempurnakan penciptaan manusia, maka Allah SWT memerintahkan kepada segenap makhluk untuk bersujud.
Dalam ayat ini juga bisa disimpulkan bahwa kesempurnaan menurut versi Allah SWT adalah ketika ROH telah ditiupkan kepada manusia. ROH adalah JIWA. Jadi, menurut Allah SWT, kesempurnaan manusia adalah pada “jiwa”-nya. Jiwa ini yang menjadikan manusia menjadi makhluk yang sempurna. Ini adalah sudut pandang “kesempurnaan” dari perintah Allah SWT.


Dari sudut pandang lain, yakni sudut pandang iblis, bisa dirujuk dari al Qur’an surat Shaad ayat 76 :

Yang artinya :
“Iblis berkata : Aku lebih baik dari manusia. Kau ciptakan aku dari materi api, dan kau ciptakan manusia dari tanah liat”.

Dalam ayat tersebut, yang merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya, merupakan bantahan iblis terhadap nilai kesempurnaan yang telah diutarakan oleh Allah SWT. Bila menurut Allah SWT, kesempurnaan adalah dari “JIWA”, maka menurut Iblis, kesempurnaan adalah bertolok-ukur dari “MATERI”. Perhatikan kata – kata iblis dalam ayat tersebut,” Kau ciptakan aku dari MATERI api.....”.

Dua hal yang sangat berbeda dalam memandang nilai kesempurnaan. Allah SWT merujuk pada jiwa, dan Iblis menjadikan “materi” sebagai tolok ukur kesempurnaan.

Dalam umumnya manusia, masih banyak orang – orang yang seringkali memandang nilai kesempurnaan orang lain dari sisi materi. Baik dari sisi kekayaan, rupawan, serta apa yang dikenakan / dipakainya. Bila kita melihat dari dua ayat di atas, maka apa hal tersebut berarti mengikuti apa yang telah dilakukan oleh iblis dalam berbantah menyelisihi dengan Allah SWT.

Semoga kita semua terhindar dari perbuatan ini.[] haris fauzi, 21 juni 2016

Sunday, June 12, 2016

KUTIBA

"kutiba..." bukan "fardhu".... Dijelaskan dgn keterkaitan QS al Baqarah 183 dgn frasa "......imanan waihtisaban"

Monday, May 16, 2016

Botol Miring

Aku kemarin bertemu seorang teman. Dia buka warung bensin. Aku puji dia karena dia menggunakan botol kaca untuk wadah bensin-bensin yg dia jual. Mirip penjual bensin eceran jaman dulu. Sekedar info, jaman sekarang, penjual bensin eceran kerap menjual dalam wadah botol plastik spt bekas air mineral, mirip air aki, terkesan kurang profesional gitu.
Setelah puas saya mengagumi deretan botol kaca tersebut, barulah dia menjelaskan, bahwa botol kaca tersebut adalah bekas botol minuman topi miring.... 😅😆



Wednesday, April 27, 2016

nafsu shaf satu

Sholat terbaik adalah berjamaah, dengan posisi shaf pertama, atau shaf satu. Ada dua kali kejadian yang saya catat tentang betapa bernafsunya seseorang untuk mendapatkan predikat terbaik tersebut. Yang pertama adalah kasus yang tipikal sekali. Saya sudah berdiri di deretan pertama alias shaf satu. Saya bisa berdiri disitu ya karena saya datang lebih awal.
Ini ceritanya sholat belum di mulai, baru persiapan senyampang iqamah. Seiring iqamah dan instruksi imam ihwal merapatkan dan meluruskan shaf depan, maka berbondong - bondonglah para jamaah maju ke depan untuk mengisi ruang shaf depannya. Yang masih kosong, --atau lega-- segera diisi. Renggang - renggang begitu, bisa dirapatkan dengan baik. Idealnya demikian.

Selain itu, ternyata ada juga shaf yang sudah mepet, masih saja disisipi oleh jamaah. Maksud saya begini, shaf itu sudah relatif rapat, namun seseorang masih berusaha mengisi, dengan meminimalisasi jangkah kaki. Artinya kaki dia rapat, dan memaksa sebelah - sebelahnya untuk merapatkan kaki hingga pundak ini berselisih tumpang tindih saking rapatnya barisan. Ini sering saya alami sendiri. Bukan saya yang memaksa maju, tetapi kala itu ada jamaah yang memaksa untuk maju dari belakang saya, menyisip --atau meyusup ?-- masuk di sebelah saya. Okelah sesak sedikit tidak mengapa.

Namun seperti yang sudah saya duga, dengan berjalannya sholat rakaat demi rakaat, penyusup tadi mulai melebarkan jangkah kakinya sehingga memaksa saya untuk merapatkan jangkah kaki saya. Kenapa demikian ? Saya adalah tipikal orang yang "terlambat" dalam gerakan sholat. Maksudnya, saya baru bergerak ketika imam benar - benar usai mengucapkan "Allahu Akbar", sehingga saya terlambat gerakannya. Keterlambatan gerakan saya selalu didahului oleh para jamaah lain yang bergerak ketika imam baru memulai ucapan takbir-nya. Memang dalam hal gerakan ini ada dua versi, gerakan ketika takbir, atau gerakan setelah takbir. Saya berafiliasi dengan yang "gerakan setelah takbir". Tentunya jamaah yang bergerak duluan, dia bisa menentukan posisi dirinya lebih dahulu. Termasuk ketika bangun dari sujud, tentu dia lebih dahulu menjangkah-lebarkan jarak dua kakinya, sehingga semula di berjangkah sempit, kini giliran saya yang kebagian kesempitan.

Apa hasilnya ? Makin berjalannya rakaat, saya makin "terdesak", hingga akhirnya ketika duduk tahiyyatul akhir, saya benar - benar terjepit, dan akhirnya memutuskan maju sekitar dua puluh senti meter agar saya bisa duduk tasyahud akhir dengan benar. Walhasil, barisan saya sudah tidak lurus lagi. Jelas ini mengganggu kelurusan shaf, dan lebih jelas lagi, hal ini mengganggu kekhusyu'an sholat saya, karena saya kelalu kebagian "nggak enak-nya".

Itu kasus pertama. kasus kedua adalah ketika saya sudah datang duluan dan tentunya langsung bisa memilih lokasi. Pas itu anak saya Si Bungsu ikut. Walhasil saya dan Si Bungsu duduk di shaf terdepan, karena memang datang lebih awal, dan kami memilih di ujung kiri. Karena si Bungsu --yang masih berumur enam tahun-- memang pinginnya bersebelahan dengan saya dan tembok, dia tidak suka bersebelahan dengan orang asing.

Menjelang iqamah, ada seorang bapak - bapak berbaju gamis dengan prejengan ustadz menyuruh anak saya pindah ke belakang. Praktis Si Bungsu tidak mau, dia maunya di sebelah ayahnya. Orang itu terus "mengganggu"Si Bungsu hingga cemberut dan menggelandot di kaki saya.
Akhirnya saya ikut rembug. Saya memperingatkan orang itu --baik-baik-- bahwa Si Bungsu ogah berpisah dengan Ayah-nya. Entah karena bebal, orang itu tetap mengganggu Si Bungsu dan tetap saja dia menyuruh agar Si Bungsu mundur. Katanya," Shaf pertama buat bapak - bapak....anak - anak di belakang...".

Sedemikian bernafsunya bapak tadi untuk merebut shaf Si Bungsu menjadikan Si Bungsu sedikit rewel, hingga akhirnya beberapa detik menjelang sholat mulai saya memutuskan untuk mundur ke shaf paling belakang. Artinya saya dan Bungsu mundur ke belakang. Rupanya bernafsu sekali dia merebut sesuatu dari anak kecil, membuat saya mengalah jua.

Sekali lagi, kejadian ini mengganggu ke-khusyu-an sholat saya, hingga akhirnya saya nyaris memutuskan untuk tidak mau bersalaman dengan dia. Di masjid tersebut, usai wirid dan doa dilakukan salaman keliling, dan ketika saya bertatap muka dengan bapak tadi, nyaris saya tidak mau bersalaman.

Apa dampaknya ? Si Bungsu tidak mudah lagi diajak ke masjid, khususon wabil khusus ke masjid tersebut. [] haris fauzi, 27 april 2016

Thursday, April 21, 2016

Media Oh Media

Dua minggu lalu, saya membaca koran online. Ada judul top news. Ceritanya --kisah nyata-- tentang seorang pria selebritis namanya OU. Sebut saja begitu. Dalam berita itu diulas bagaimana OU memergoki pacarnya, sebut saja CE, sedang check-in di hotel dengan seorang pria.

Kisahnya kurang lebh seperti begini. Pada suatu hari, OU mengaku mengantar CE hingga ke suatu tempat. CE turun dari mobil OU, dan berencana untuk melanjutkan acaranya bersama teman - temannya. Pas ditanya, CE nggak ngaku acara dan tujuannya. Mangkanya OU berniat menguntit. Apalagi kemudian CE 'jalan-jalan' dengan kendaraan temannya, pria pula. Tentu OU curiga. Sepanjang penguntitan, OU berkomunikasi dengan CE. Tentunya CE tidak menyadari aksi penguntitan ini.

Sempat ditanyakan lokasinya, dan CE menjawab 'on the way' ke wilayah EA. Tapi jalannya mobil ternyata menuju area U. Ini tentu dianggap OU sebagai kebohongan. Dan OU makin curiga. OU makin bernafsu menguntit, hingga akhirnya mobil yang ditumpangi CE masuk hotel. OU terus menguntit dan akhirnya mengetuk pintu kamar hotel.

Dalam berita itu dikisahkan betapa geramnya OU memergoki pacarnya, si CE, sedang sekamar dengan pria lain.

--------------

Tak selang seminggu, muncul berita berikutnya. Selebritis di atas, OU dan pacarnya, CE, diberitakan sedang datang ke kantor polisi. Mengadukan kelakuan seorang pria. Pria ini dituduh melakukan rencana pemerkosaan terhadap CE, lokasinya di sebuah hotel kawasan U, minggu lalu.

-------------

Manakah yang jujur ?
Media oh media........




Thursday, April 07, 2016

reklamasi


......pedjabat dan pengoesaha soeka reklamasi laoet,
rakjat djelata soeka reklamasi soengai....

Friday, April 01, 2016

Ketika Iluminati Menghendaki Peperangan

Dalam kitab suci dikisahkan bahwa kelak akan terjadi pertempuran besar antara kubu Dajjal ( iblis bermata satu ) melawan pasukan muslim Imam Mahdi. Dajjal akan turun untuk memimpin pasukan yang berniat melenyapkan ajaran Islam. Dajjal dan pasukannya bergerak cepat, hingga akhirnya muncullah Imam Mahdi untuk menyelamatkan ajaran Islam. Imam Mahdi memimpin para umat Islam dalam menghadapi peperangan tersebut.  Ini disebut - sebut dengan peperangan akhir jaman. Perang yang sangat besar, dimana segala perangkat peperangan berbalik jaman menggunakan peralatan kuno, pedang - panah - kuda, sementara peralatan canggih kala itu mendadak shutdown. Dalam kitab suci tersebut dijelaskan bahwa pada akhirnya pertempuran dimenangkan oleh pasukan Imam Mahdi.

Itu kelak, entah kapan. Pertempuran akhir jaman. Bangsa Yahudi sepertinya meyakini kisah tersebut sebagian saja. Hal itu karena dalam kitab suci dijelaskan bahwa bangsa Yahudi berada di pihak yang kalah, alias berada di belakang bendera Dajjal. Ya, dalam kitab suci dijelaskan ihwal kepunahan pengikut Dajjal, kepunahan bangsa Yahudi. Oleh soal inilah, bangsa Yahudi tidak percaya akan skenario takdir kekalahannya. Prinsipnya, bangsa yahudi meyakini dengan sangat akan bakal adanya pertempuran dahsyat tersebut, namun tidak mempercayai takdir kekalahan yang bakal menimpanya. Trus apa yang dia lakukan ?

Coba tebak. Ternyata untuk merubah takdir tersebut, bangsa Yahudi merencanakan skenario kemenangan bagi kubu Dajjal. Salah satunya adalah membentuk serikat bernama iluminati, yang bertujuan untuk "menata dunia baru" menurut versi mereka. Dengan ending peperangan di kubu Dajjal, kubu mereka.

Langkah menuju cita-cita kemenangan ini dilakukan dalam tempo puluhan tahun, mungkin ratusan. Dan hingga sekarang masih berjalan. Yakni dengan melemahkan sendi-sendi kaum muslim. Lewat segala cara. Iluminati menguasai dunia hiburan, politik, hukum, hingga pemilihan kepala negara. Lihatlah fenomena yang terlihat. Sedemikian terus - menerus sehingga kaum muslim makin lemah dan mencapai titik terlemah.

Masalah muncul dalam kubu umat Islam. Dikarenakan dalam kitab suci itu dijelaskan akan janji kemenangan, maka umat Islam cenderung terbuai hingga sangat lemah. Setelah kaum muslim di dunia ini terbuai dan sangat lemah, maka beraksilah gerakan iluminati tersebut. Dipanggil-lah si Dajjal oleh iluminati. Yahudi menghendaki peperangan terjadi di saat pasukan Imam Mahdi lemah se-lemah-lemahnya. Dengan terjadinya peperangan yang mereka kehendaki, mereka mengharap meraup kemenangan. Kaum Yahudi merasa "pasti" akan kemenangannya. Karena muslim dalam kondisi paling lemah.

Dan bilamana terbukti Yahudi mampu merubah skenario kitab suci, setelah Yahudi menang, Yahudi akan "menata dunia baru". Inilah skenario Yahudi hendak merubah skenario kitab suci. Tapi mereka salah, mereka terlalu gegabah. [] Haris Fauzi, - 1 april 2016


Wednesday, March 23, 2016

Sunday, March 20, 2016

Ashar hingga Maghrib

Syahdan, ada beberapa persepsi ihwal sholat sunnah diantara ashar hingga maghrib. Bagi yang berhati - hati, biasanya tidak melaksanakan sholat sunnah diantara waktu usainya sholat ashar hingga menjelang sholat maghrib. Dalil yang menyiratkan hal ini adalah adanya larangan ihwal hal tersebut. Beberapa pendapat dengan jelas mengharamkan pelaksanaan sholat sunnah ba'diyyah (seusai) ashar dan qobliyyah (sebelum) maghrib.

Hal ini berdasar kepada petunjuk dari Rasulullah yang melarang solat di tiga waktu, yakni ketika matahari terbit ( ba'da subuh hingga dhuha ), ketika matahari tepat di atas ubun-ubun (menjelang waktu dzuhur ), dan waktu ketika matahari menjelang tenggelam ( antara ashar hingga maghrib ). Konon, para penyembah matahari melakukan ritual di tiga waktu tersebut, makanya dikenakan hukum haram.

Salah satu versi tentang persepsi tentang tiga waktu "haram" tersebut memberikan sedikit kelonggaran bagi para muslim yang hendak menunaikan sholat sunnah di antara ashar dan maghrib. Dengan beberapa dalil yang cukup kuat.

Yang pertama, dalam hal sholat ba'diyyah ashar, beberapa hadits menyampaikan bahwa Rasulullah SAW melakukan sholat ba'diyyah ashar di rumah sepulang berjamaah ashar di masjid. Maka hadits tentang pelaksanaan sholat ba'diyyah ashar ini berujuk dari para keluarga Rasul, bukan dari para sahabat. Karena jelas keluarga Rasul faham aktivitas Rasul di rumah, sementara sahabat faham aktivitas Rasul di masjid.

Dalam hadits tersebut disampaikan bahwa Rasul menjalankan sholat ba'diyyah ashar di rumah dengan dalil "khawatir akan memberatkan ummat".

Dalam pendapat ini, masih berlaku haramnya sholat sunnah sebagai penyerupa penyembah matahari yakni saat matahari nyaris tenggelam, beberapa saat menjelang waktu maghrib, bukan tepat seusai sholat ashar. Apabila kita sholat ashar tepat awal waktu, tentu masih punya waktu sekitar dua jam sebelum masuk waktu yang di-"haram"-kan tersebut.

Dari kondisi ini, jelas, ada sunnah yang menjelaskan di-contoh-kannya pelaksanaan sholat ba'diyyah ashar.

Bagaimana dengan qobliyyah maghrib ? Bila merujuk kasus di atas, usai adzan maghrib, maka hilang sudah larangan sholat penyerupa penyembah matahari. Jadi, bisa diasumsikan waktu larangan itu sudah lewat.

Hal ini diperkuat juga dengan adanya dalil yang menyampaikan tauladan ihwal sholat qobliyyah maghrib dari Rasulullah SAW yang memerintahkan melaksanakan sholat sunnah dua rakaat sebelum sholat maghrib. Konon perintah itu diulang oleh Rasulullah SAW hingga tiga kali, dan lantas diakhiri dengan pernyataan Rasulullah,".... bila kalian mau". Hal ini bertujuan sebagai bentuk "tidak mewajibkan". Jadi, secara holistik, ini lebih berupa anjuran dibanding sebagai perintah. Wallahu'alam. [] Haris Fauzi, 20 Maret 2016
http://kenisah.blogspot.com

Thursday, March 17, 2016

Tiga Niat


Pernahkah anda mengamati sekira tiga macam orang bergelagat berniat hendak memulai sholat ?
 
Gelagat yang perkara pertama, adalah seseorang yang menyegerakan melaksanakan sholat. Langkahnya begini, beliau berjalan memasuki masjid, kemudian berhenti pada suatu shaf, dan sekonyong berhenti, beliau segera mengangkat tangan bertakbiratul-ihram, seakan tiada jeda antara langkah dia berjalan, berhenti, kontan langsung ber-takbir. Niat-nya dibaca dalam hati, bahkan ketika kakinya masih melangkah memasuki masjid. Biasanya pengikut jamaah salafi yang melakukan hal ini, menyegerakan sholat, dan tidak melafadzkan niat.

Perkara kedua, seseorang memasuki masjid, kemudian berhenti berjenak, barulah ia menunaikan takbiratul-ihram. Jadi ada berjarak antara kaki dia berhenti berjalan, biasanya merapikan posisi, berdiam memusatkan perhatian, kemudian berniat --ada yg dilafadz-kan ada pula yang tidak-- dan lantas baru mengangkat tangan secara perlahan bertakbiratul-ihram. Pada umumnya, jamaah muhammadiyah dan nahdatul ulama melakukan hal ini, cuma bedanya muhammadiyah tidak melafadzkan niat, sementara nahdatul ulama melafadzkan.

Perkara ketiga adalah adanya orang yang berlama - lama menjelang sholat. Tidak bersegera bertakbiratul-ihram. Membaca surah an-Naas tiga kali, ayat kursi, dan al Ikhlas, barulah beliau mengangkat tangan secara lama, seperti mencari posisi pernafasan. Bahkan beberapa kali tidak sreg dan mengulang hal serupa, barulah bersedekap tangan. Saya kurang faham dengan tepat jamaah apa yang melakukan hal ini, beberapa jamaah tarikat dan pengajian kitab kuning melakukan hal tersebut, tapi saya tidak yakin benar, karena saya jarang melihat hal tersebut. Konon semua yang dilakukan menjelang takbiratul-ihram itu bertujuan untuk menjauhkan dari godaan setan, ingin berkonsentrasi, sehingga mencapai puncak kekhusyu'an dalam ber-sholat.

Bila saya membaca gelagat antara perkara pertama dan perkara kedua, keduanya memiliki nilai positif. Dalam perkara pertama, yakni menyegerakan takbir artinya menyegerakan menunaikan sholat. Ini jelas benar.
Sementara yang perkara kedua, melakukan konsentrasi sejenak, tujuannya supaya bebas dari urusan yang lain, fokus untuk menegakkan sholat, dan mencapai kekhusyu'an, sehingga terbebas dari hal - hal sepele seperti menggaruk, mengelus jenggot, menggosok hidung, dan tindakan lain yang acap dilakukan ketika sholat. Tentu bila itu dilakukan, --contoh menggaruk hidung-- akan menurunkan kualitas sholat. Saya sendiri cenderung menjalankan yang perkara kedua. Wallahu'alam. [] haris fauzi, 16 maret 2016

Sunday, March 13, 2016

Petakompli Sang Da'i

Suatu senja pulang kerja, saya berkesempatan mendatangi sebuah masjid di kisaran Cibubur berkehendak maghrib-an disitu.Usai maghrib-an, 'ndilalah' diumumkan bahwa bakal ada kajian. Rencananya seperti itu, tapi Sang Da'i belum datang. Pihak takmir mengumumkan bahwa jadwalnya ba'da maghrib langsung kajian, tetapi karena sesuatu dan lain hal, maka pengajian kali ini agak mundur, musababnya Sang Da'i belum tiba. Diiringi permohonan maaf atas kemoloran ini, Pak Takmir masjid menutup pengumumannya.

Seumum yang saya tau, biasanya bila ada kajian ba'da maghrib, --biasanya-- Sang Da'i datang sebelum maghrib, jadi sempat didapuk pula sebagai imam sholat maghrib. Untung - untung bila pengajiannya hingga menyentuh saat isya, maka Sang Da'i otomatis didapuk kali kedua jadi imam sholat isya. Itu biasa yang saya tau, bisa jadi kali ini mungkin beda. Senyampang menunggu kedatangan da'i yang sedang dalam perjalanan, para jamaah mengisi dengan tadarus.

Setengah jam kemudian, Sang Da'i tiba, menunaikan sholat --entah sholat apa saya tidak mengamati-- dan lantas membuka tausyiah dengan permintaan maaf atas keterlambatan gegara kemacetan lalu lintas.

Ada dua hal utama yang Sang Da'i sampaikan. Pertama adalah masalah pentingnya sholat di awal waktu. Ihwal kedua adalah pentingnya sholat sunnah demi menjaga tegaknya syiar Islam. Nah, disinilah letak beratnya sebagai Da'i. Bayangkan, dalam ihwal pertama, ketepatan waktu, Sang Da'i datang terlambat dan lantas berbicara --berteori-- tentang pentingnya sholat di awal waktu. Mungkin ini bukan masalah serius. Masalah berubah menjadi cukup serius dan agak menusuk hati ketika Sang Dai beberapa kali bertanya kepada audiens ihwal "prestasi sholat", sambil sedikit sinis melecehkan audiens yang ditanya. Untungnya audiens yang ditanya--sekaligus dijadikan bahan candaan itu-- tidak berbalik bertanya kepada Da'i ihwal keterlambatannya tadi.

Ihwal kedua adalah persoalan sholat sunnah. Sang Da'i dengan gaya lelucon dengan candaan yang agak melecehkan, kembali bertanya kepada para audiens ihwal "prestasi sholat sunnah" yang telah dikerjakan oleh masing - masing. Membandingkan betapa hebatnya prestasi sholat sunnah para pengikut nabi, diperbandingkan --dengan gaya melecehkan-- prestasi sholat sunnah para audiens. Lucu tapi menusuk. Dan Sang Da'i tertawa girang melihat muk malu para audiens yang di tanya. Untungnya, sang audiens tertolong masuknya waktu isya. Saved By The Bell. Kajian ditutup sementara dan sepakat dilanjutkan ba'da isya. Dan adzan isya-pun berkumandang. Sholat jamaah didirikan.

Ba'da salam sholat isya, barang sekitar sepuluh dua puluh detik setelah salam, Sang da'i mengambil mikropon dan segera duduk untuk memulai kajian. Sang Da'i membuka dengan mukadimah bahwa berkaitan dengan betapa pentingnya materi yang akan dia bawakan, maka kajian harus segera dilanjutkan. Sungguh sangat penting rupanya apa yang bakal beliau sajikan.

Ada yang aneh disini, setelah sebelumnya Sang Da'i menggojlok audiens dengan skak-mat ihwal sholat sunnah, tak berselang lama--- sekitar 10 menit kemudian, Sang Da'i malah mengajak audiens untuk bersama - sama meninggalkan salah satu sholat sunnah utama, ba'diyyah  isya. Entah maksudnya kenapa.

Dua fenomena yang terkesan in-konsistensi ini membuat posisi Da'i riskan dipertanyakan kredibilitas dan ke-istiqomah-annya. Dan untungnya, --alhamdulilah-- audiens tidak ada yang mempertanyakan hal tersebut. Sungguh berat jadi Da'i. [] haris fauzi, 13 maret 2016

Monday, February 29, 2016

B.E.A.T

how Japan beat America in automotive....
how Korea beat Japan in device....


Tuesday, January 12, 2016

maulid

Maulid Nabi Muhammad SAW dinisbatkan sebagai salah satu peringatan hari besar Islam. Mungkin, malah jaman tahun 70-90-an menjadi kerutinan di tiap - tiap komunitas pengajian atau masjid untuk menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Nyaris di semua masjid memiliki seksi PHBI, berkepanjangannya Peringatan Hari Besar Islam. Ini untuk menggarap acara - acara peringatan tersebut, diantaranya adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Qur'an, Isra' Mi'raj. Itu umumnya.

Kemapanan PHBI mulai terusik semenjak maraknya jamaah Salafi - Wahabi yang mengkritisi penyelengaraan PHBI, khususnya peringatan Maulid Nabi. Alasannya adalah telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW bahwa Islam memiliki dua Hari Raya, yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Menurut dalil Salafi - Wahabi, diluar dua hari raya tersebut, maka hari raya yang lain adalah bid'ah dan sesat. Dan lagi, selama masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, hingga para sahabat empat generasi, tidak pernah ada penyelenggaraan acara Maulid Nabi Muhammad SAW.


Beberapa rekan Salafi - Wahabi juga berpandangan bahwa peringatan maulid hanyalah kebiasaan peninggalan nenek moyang yang harus ditinggalkan, yang dimuat dalam Al Qur'an Al-Baqarah 2:170 sebagaimana artinya :


"...Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

Dua statemen utama dari Salafi - Wahabi tersebut sangat benar sekali, namun dalam pandangan saya, justifikasi perorangan-nya bisa salah. Contoh sederhana adalah statemen pertama tentang Hari Raya. Sebagaimana saya bertanya kepada rekan - rekan yang menyelenggarakan Maulid Nabi, mereka juga beranggapan sama, yakni hanya ada dua hari raya, sementara Maulid Nabi bukanlah hari raya, namun berupa "Peringatan" akan lahirnya Rasulullah SAW. Ihwal "peringatan" ini, senyampang tidak pernah dijalankan di masa para sahabat, dalam pandangan Salafi - Wahabi, berarti mengada - ada, dan itu bid'ah, dan semua bentuk bid'ah adalah dholalah (sesat). Sementara dari pihak penyelenggara, yang kebanyakan berbasis NU dan Muhammadiyah, beranggapan bahwa tidak semua yang mengada - ada adalah bid'ah, contohnya sholat tarawih berjamaah, pencetakan Mushaf al Qur'an, sekolahan, dan lainnya. Dalil kedua kubu cukup kuat.


Statemen kedua, ihwal "peninggalan nenek moyang", itu juga benar. Karena acara maulid sudah dilakukan turun - temurun semenjak jaman dahulu kala. Namun, sekali lagi, tidak semua peninggalan nenek moyang adalah salah. Sholat, Zakat, Haji, Puasa, itu semua peninggalan nenek moyang. Dan itu tidaklah salah. Ini adalah masalah pemahaman tekstual kontekstual secara perorangan.


NU dan Muhammadiyah memiliki ustadz-ustadz yang berkaliber tinggi. Salafi - Wahabi juga memiliki rujukan kuat dari para ulama dari Saudi. Yang satu pihak menyelenggarakan peringatan maulid, yang isinya kebanyakan adalah tausyiah, pengajian, pembacaan sejarah Rasulullah SAW, pembacaan al Qur'an, hafidz, santunan, dan seabreg kegiatan positif lainnya. Pihak lainnya tidak melakukan itu semua dengan dalil yang telah ditetapkan oleh ulama mereka. Manakah yang salah ? Bagi saya, kedua pihak merujuk kepada dalil yang kuat, dan tidak ada yang salah. Semua benar. Ini seperti pertanyaan : manakah yang salah, tarawih 8 rakaat atau 20 rakaat ? Mana yang salah ? Tentunya semua benar. Jalan menuju kebenaran itu tidak harus selalu sama. Sesuatu yang berbeda, tidak melulu salah, dan tidak boleh mutlak disalahkan. Mereka yang menyelenggarakan maulid bukan ahli-bid'ah. Mereka yang tidak menyelenggarakan juga bukan kaum takfiri.


Saya pernah punya pengalaman lucu ihwal seperti ini, yakni ketika saya kala itu sedang memelihara rambut panjang. Dalam sirah Rasulullah, Muhammad SAW memotong rambutnya mengunakan pedang pendek. Ini artinya rambutnya cukup panjang, konon sebahu. Hal ini diperkuat dengan dalil sebagai berikut :


Dari Bara’ bin Azib, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat rambut melampaui ujung telinga seorang pun yang lebih bagus dari (rambut) Rasulullah.”
Dalam suatu riwayat lain, “Rambut Rasulullah sampai mengenai kedua bahunya.” (Hr. Muslim: 2337)

Ihwal rambut, ketika rambut saya disindir oleh salah seorang dari mereka, sempat saya tanyakan kepada rekan - rekan dari Salafi - Wahabi, mengapa mereka kebanyakan memanjangkan jenggot, tetapi memotong rambut cepak. Alasannya adalah," Rapi itu ajaran Rasulullah". Tetapi, bukannya Rasulullah SAW berambut panjang dan rapi pula ? Ini jelas sekali pemahaman individual. Pemahaman yang akhirnya menggiring justifikasi individual, bukan komunal.


Ini adalah bentuk pola pikir. Menurut beberapa orang Salafi - Wahabi, berambut gondrong adalah tidak rapi. Cuma beberapa orang, bukan atas nama kelompok. Padahal berambut gondrong adalah dicontohkan oleh Rasulullah. Berambut gondrong tidak mutlak kemproh. Ketika saya berambut gondrong, beberapa rekan Salafi-Wahabi melakukan justifikasi bahwa saya tidak rapi, tidak mengikuti sunnah rasul yang harus rapi. Apakah gondrong saya tidak rapi ? Saya rasa, rambut saya rapi. Rambut saya tidak seperti Bob Marley. Sekali lagi, ini pola pikir, menganggap yang mengikuti sunnah rasul adalah yang mereka lakukan, sementara lainnya adalah menyimpang dari sunnah Rasulullah. Padahal tidak demikian. Pola pikir ini sifatnya individual, penilaian oleh perseorangan. Secara umum, gondrong berarti sunah Rasul, rapi berarti sunnah Rasul. Kedua-nya benar dan baik. Lebih mudah begitu.


Menyelenggarakan Maulid dalilnya kuat, demikian juga bagi yang tidak menyelenggarakan juga memiliki dalil yang kuat. Tinggal pola pikir individualnya seperti apa positif - negatifnya. Hemat saya, Muhammadiyah dan NU tetaplah tidak perlu dianggap ahli-bid'ah bila menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi. Demikian pula bila Salafi-Wahabi tidak menyelenggarakan Maulid tersebut, bukan berarti mereka kaum takfiri (kaum yang sering menuduh kafir kelompok lain). Bila ada yang menuduhkan bid'ah, bila ada yang men-cap takfiri, itu mungkin hal negatif individual semata, bukan mewakili komunitas. Itu pendapat saya. [] haris fauzi, 12 januari 2016.