Tuesday, March 02, 2010

kenisah : memperingati apakah merayakan

MEMPERINGATI APAKAH MERAYAKAN

Mungkin inilah dua kata yang bisa membuat debat kusir, bahkan konon sampai saling menuduh bid'ah dikalangan umat Islam. Wah, mungkin kali ini kayaknya saya agak berlebihan. Okelah. Sepanjang pengalaman saya memang pernah timbul debat kusir di beberapa perbincangan mengenai perayaan dan peringatan - peringatan dalam kalender agama Islam. Bahkan saya pernah menjumpai sebuah struktur organisasi kepengurusan masjid harus dirombak habis - habisan karena harus meniadakan beberapa struktur kepanitiaan perayaan hari besar Islam. Peniadaan ini tentunya melewati perdebatan seru. Beberapa kitab dibuka, beberapa dalil dikemukakan, tak lupa kopi hitam diseruput. Musyawarahnya dominan di permulaan, tetapi acara debat kusir juga ada tentunya. (Saya kurang faham dengan istilah debat kusir. Mengapa kusir yang berdebat. Dan apakah selain kusir, kudanya mungkin juga berdebat ? Trus, dokar-nya diparkir dimana ?).

Perdebatan ihwal apa ? Jadi ceritanya begini. Ini sebagai contoh saja. Mungkin masih tidak terlalu lampau, beberapa hari lalu kalender nasional kita mematok tanggal merah pada tanggal 26 Februari 2010. Maksudnya adalah untuk menandai peringatan hari lahir Nabi Muhammad. Istilahnya adalah Maulid Nabi Muhammad. Bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1431 Hijriyyah.

Pertanyaan yang kadangkala menimbulkan pro-kontra adalah kegunaan kode merah untuk tanggal tersebut. Apakah untuk memperingati, apakah untuk merayakan. Dalam sejarah Islam hari yang dirayakan ada dua, yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Kurban. Sebagian kelompok yang mengadakan acara di luar dua hari raya tersebut, semisal hari Maulid, kadangkala disebut dengan bid'ah. Karena dipandang me-'raya'-kan selain hari Raya yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

Memang urusan me-'raya'-kan sesuatu di dalam ajaran islam adalah hal yang penting. Tidak boleh sembarangan merayakan sesuatu. Konon, jaman dahulu kala, ketika ajaran Islam tengah mulai bersemai di sepanjang Hejaz, masih banyak perayaan - perayaan animisme dinamisme yang ikut berbaur di dalam masyarakat. Dan sahabat Umar bin Khaththab sangat tegas dalam hal ini, yakni tidak ada perayaan selain Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Kurban. Umar mengangkat pedang untuk menertibkan perayaan dalam masyarakat Islam. Begitulah singkat ceritanya, bahwa dalam ajaran Islam hanya mengenal dua hari raya itu.

Nah, inilah perkaranya. Memang secara otentik, hari Maulid Nabi Muhammad bukan hari raya, jadi kurang pas bila di-'raya'-kan. Tetapi,  tanggal kelahiran Nabi Muhammad bukan berarti harus disingkirkan dan dilupakan begitu saja, untuk itu hendaknya diperingati.

Memperingati mungkin sedikit berbeda dengan 'merayakan'. Dalam kamus bahasa Indonesia, 'merayakan' artinya adalah "memuliakan (memperingati, memestakan) hari raya (peristiwa penting)".
Sementara 'memperingati' artinya menurut kamus bahasa Indonesia adalah "mengadakan suatu kegiatan (seperti perayaan, selamatan) untuk mengenangkan atau memuliakan suatu peristiwa".

Tengoklah, masih ada semacam kebingungan di dua definisi di atas. Supaya tidak ikutan bingung maka menurut saya ada garis yang cukup jelas untuk ditarik antara 'merayakan' dan 'memperingati'. Yakni bahwa apa yang disebut dengan merayakan suatu perayaan berarti memiliki penekanan kepada kegiatan fisik berupa ungkapan rasa senang karena memang merayakan sesuatu. Kata dasarnya adalah 'raya'.
Sementara 'memperingati' kata dasarnya adalah 'ingat'. Dan jelas bahwa sebuah peringatan tidaklah seperti 'perayaan', mungkin malah kebalikannya. Kegiatan yang dilakukan dalam peringatan justru cenderung perenungan guna memaknai kejadian yang sedang diperingati.

Maka, menurut saya, alangkah salahnya bila umat Islam tidak memper-"ingat"-i dan tidak ingat tanggal kelahiran Rasul Muhammad. Karena bagaimanapun seorang yang mengaku Islam seharusnya mengidolakan Muhammad di atas tokoh idola yang lainnya. Dan untuk mengetahui seluk - beluk hikmah ajaran Muhammad, salah satu jalannya adalah tentunya harus hafal biografinya, harus ingat tanggal lahirnya. Untuk menjadi seorang yang sholeh, tidak dengan cara menghafal tanggal kelahiran Mick Jagger. Inilah mengapa Maulid Nabi Muhammad menjadi suatu hal yang patut diperingati, namun tidak untuk diraya-rayakan dengan pesta pora berhumbalangan nggak tentu rimbanya. Dan pada tataran operasional, tinggal bagaimana cara dan tabiat kita memperingatinya dengan baik dan benar. Begitulah menurut hemat saya. Sekali lagi, ini menurut saya. [] haris fauzi - 2 maret 2010




salam,

haris fauzi

No comments: