Wednesday, June 23, 2010
Thursday, June 17, 2010
kenisah : mungkin tidak hanya jenggot
MUNGKIN TIDAK HANYA JENGGOT Baiklah. Mudah - mudahan tidak ada salahnya saya mencoba menulis tentang sesuatu yang menurut sebagian orang sangat penting, namun menurut sebagian yang lain merupakan urusan sepele. Namun, apapun, saya menulis sesuatu yang memang ada dalam benak. Itulah.Salah satunya tentang jenggot. Banyak sudah dalil --dalam ajaran agama Islam-- yang menganjurkan untuk memelihara jenggot. Bahkan beberapa komunitas pengajian menganjurkan dengan sangat kuat, karena mengikuti sunnah Rasul Muhammad. Maka tak ayal, pengikut pengajian tersebut --yang laki - laki-- semua memelihara jenggot. Tidak hanya memelihara, namun memanjangkan tanpa pernah sekalipun memotongnya. Mereka merawat dengan mengusap air, dan kadang memberi pewarna. Begitulah Sunnah Rasul Muhammad ihwal jenggot. Seingat saya, sunnah yang dalam bentuk 'tampilan' atau sosok yang kerap dibicarakan dalam pengajian - pengajian ada beberapa hal, diantaranya adalah sunnah untuk memelihara jenggot --ada yang menganjurkan untuk memanjangkan sepanjang - panjangnya jenggot--, mencukur kumis, dan ihwal penampilan lain seperti mengenakan pakaian gamis dengan celana tidak melebihi mata kaki. Juga beberapa ada yang membicarakan ihwal memelihara gigi dengan siwak, namun pembahasan ini dalam pengamatan saya tidak sesering urusan jenggot dan celana. Dari sisi penampilan yang di-sunnah-kan, ihwal jenggot dan celana itu tidak ada salahnya diikuti. Baik malahan, karena sunnah-nya demikian. Walau memang dalam beberapa tempo bisa terjadi kendala, seperti norma kepantasan di dunia profesi ataupun bentuk - bentuk kelaziman dalam masyarakat umumnya. Pertanyaan - pertanyaan seperti,"..apakah pantas mengenakan jas dan dasi tetapi celananya di atas mata kaki ?". Atau seperti,"...waduh...jenggotan panjang sekali di militer apa iya pantes ?". Seperti itu-lah. Hal ini karena beberapa hal yang...,-- saya tidak hendak membahasnya disini.Tulisan ini tak hendak membahas hal tersebut. Masing - masing insan tentunya mampu mewacanakan kondisi masing - masing. Bila memang di pergaulannya merasa tidak tidak bermasalah, maka ya silakan saja bagi yang menerapkannya. It's oke - oke saja. Kasus norma kepantasan dan kelaziman juga berdampak pada tampilan rambut. Muhammad --dalam sebuah riwayat-- dikisahkan bahwa beliau memotong rambutnya dengan menggunakan pisau. Artinya, tidak berambut cepak. Karena rambut cepak notabene hanya bisa dipotong dengan menggunakan gunting atau pisau cukur mekanis. Dengan menggunakan pisau atau belati, rasanya mustahil memotong rambut dengan cepak merata. Dengan begitu bisa jadi rambut beliau agak gondrong. Dan bila Muhammad demikian, kenapa tidak ? Tentunya inipun --seperti halnya jenggot-- sesuai wacana masing - masing. Salah satu hal yang penting adalah Muhammad menampilkan tubuh atau badan yang ideal. Hal ini menjadi penting karena bentuk fisik sangat dipengaruhi oleh pola hidup. Dan seperti kita ketahui, Muhammad sangat tekun untuk mengajarkan ihwal pola hidup ini kepada pengikutnya. Sejatinya 'sunnah' artinya adalah 'jalan', atau 'way'. Jalan yang dituntunkan oleh Muhammad, yang dicontohkan dan hendaknya diikuti oleh pengikutnya. Tentunya tidak hanya jenggot, celana, atau rambut yang merupakan sunnah dan atau dicontohkan oleh Rasul Muhammad. Banyak sekali. Melingkupi semua aspek dalam peri-kehidupan, mulai urusan pribadi, tata masyarakat, profesi, peribadatan vertikal dan horizontal dan sebagainya. Memberi tauladan mulai dari peribadatan hingga hal - hal pernik keseharian. Urusan mandi, makan, olah-raga, kebiasaan membaca, belajar, istirahat, dan sebagainya. Sunnah Muhammad, atau 'Muhammad Way' untuk sosok penampilan manusia,-- laki - laki,-- juga mencontohkan untuk memiliki badan yang ideal. Menurut penuturan banyak orang, Muhammad memang berjenggot,-- namun, lebih banyak lagi yang bertutur bahwa Muhammad memiliki badan yang ideal. Hal ini dikuatkan dalam Al-Qur'an sendiri yang mencantumkan bahwa Muhammad adalah insan yang sempurna, baik jasmani maupun rohani. Top abis pokoknya. Bahkan ada kisah yang mengisahkan bahwa semasa mudanya Muhammad pernah ditantang berkelahi oleh preman pasar, dan dalam perkelahian itu Muhammad berhasil mengalahkan preman tersebut. Tentunya tidak mungkin mengalahkan preman pasar bila perawakan Muhammad ceking atau obesitas. Dengan badannya yang atletis, Muhammad mampu melawan sang preman. Tentang kisah preman pasar ini, mengingatkan kepada kisah Abraham Lincoln, salah satu presiden Amerika Serikat, yang semasa mudanya pernah berkelahi melawan begundal kampung. Perkelahian yang ditonton banyak orang. Dan Abe memenangkannya. Semasa kecil, saya pernah mengikuti dongeng - dongeng rohani di mesjid kampung sana. Salah satu ceritanya adalah soal kegantengan laki - laki. Konon, bila Tuhan menciptakan seratus kegantengan untuk diturunkan ke alam semesta, maka yang lima puluh itu dianugerahkan-Nya kepada Muhammad. Yang dua puluh lima dianugerahkan kepada Nabi Yusuf. Dua puluh lima sisanya dibagi kepada seluruh laki - laki yang pernah ada di dunia ini. Dibagikan kepada milyaran orang. Konon seperti itu. Dalam cerita kanak - kanak itu, artinya jelas sekali bahwa nabi Muhammad itu ganteng, dan tentunya berbadan ideal. Walau terus terang kita tidak boleh menggambarkannya, karena sosok yang sempurna itu tidak mungkin digambarkan melalui rekayasa imaji yang terbatas. Oke-lah, masalah visualisasi Muhammad ini juga tidak perlu dibicarakan. Bagi saya 'Muhammad Way' menganjurkan banyak hal. Termasuk bagaimana ummat pengikutnya harus menjalani kehidupannya. Kalo istilah orang sekarang adalah 'pola hidup'.Tentunya sangat penting untuk mengikuti pola hidup ala Muhammad ini. Karena inilah sunnah Muhammad --dan tentunya 'menyehatkan'. Dan juga jangan lupa, pola hidup ikut menentukan bentuk fisik orang yang menerapkannya. Saya pernah membaca perilaku hidup Ayatullah Khomeini. Dalam buku itu dituturkan bahwa Khomeini menu sarapan paginya adalah sepotong roti tawar. Dan --seingat saya-- kadang dilengkapi dengan segelas air dan bila ada maka bolehlah sebutir jeruk ikut menjadi menu sarapan. Konon, Khomeini mencontoh sarapan ala Muhammad.Pola hidup Muhammad --terutama dalam urusan makan-- membentuk tubuhnya yang ideal. Dengan tubuh yang ideal, bisa jadi urusan yang bisa dituntaskan akan semakin banyak. Salah satunya ya urusan melawan preman tadi. Walau tentunya tidak hanya itu. Pola hidup yang baik bisa menenangkan jiwa dan pikiran. Singkat cerita, setidaknya, bila kita kembali dalam wacana hal penampilan yang di-sunnah-kan oleh Muhammad, mungkin tidak hanya jenggot panjang, baju gamis, dan atau rambut panjang. Menurut hemat saya, bentuk tubuh ideal-pun bisa jadi merupakan sunnah Rasul. Karena bentuk tubuh bisa jadi menggambarkan 'hasil' dari penerapan pola hidup. Bila seseorang menerapkan pola hidup sesuai sunnah Muhammad, maka Insya Allah akan memiliki tubuh yang setidaknya mendekati proporsional nan ideal. Mungkin seperti itu ? [] haris fauzi - 16 juni 2010 |
Subscribe to:
Posts (Atom)