Di dunia kartun, ada yang benar dan ada yang salah dan itu nampak jelas. Di dunia nyata, penjahat bisa membantu kaum miskin, sementara seorang protagonis lagi asik merokok (note : merokok merupakan sifat negatif). Dalam sinema, hal itu lebih didramatisir lagi. Bila kita menyaksikan film HEAT yang dibintangi Robert de Niro dan Al Pacino, maka kita bisa melihat bagaimana seorang Robert de Niro adalah penjahat yang ganteng, flamboyan, romantis. Sementara Al Pacino adalah polisi --pembasmi kejahatan-- yang ribut melulu dengan istrinya dan membuang televisi tabungnya di prapatan jalan.
Dunia ini bukannya tidak adil, melainkan tidak benar - benar adil. Lihatlah bagaimana Aa Gym yang menikah malah dikucilkan sementara Luna Maya malah tambah populer gara - gara kumpul kebo. Ini pola pikir.
Salah satunya kenapa demikian adalah adanya degradasi nilai. Baik nilai norma moral ataupun nilai hukum. Jaman dulu, maling itu jelek. Jaman sekarang maling yang mengaku itu baik, maling yang kabur itu jelek. Jaman sekarang, pembunuh yang mengaku itu kesatria. Hal ini karena memang dia memiliki sikap satria ketika mengakui tindakannya membunuh.
Yang paling kentara yakni kisah korupsi. Kisah koruptor kelas teri tertangkap (karena disini belum populer ihwal tertangkapnya koruptor kelas kakap). Dan dia mengaku. Dia dijebloskan dalam penjara. Dia tidak dianggap sebagai ksatria ---walau sebenarnya dia memiliki sikap yang sama dengan pembunuh tadi, mengakui perbuatannya. Bahkan koruptor kelas teri tersebut mau mengungkap korupsi kelas kakap. Namun tidak jua dipanggil sebagai pahlawan. Dia tetap dijeboskan dalam penjara. Dan hanya dia, kakap-nya tidak.
Bagaimana masyarakat memandang suatu kisah sebagai fenomena adalah berdasar nilai yang dianut. Dan bila terjadi degradasi --baik secara relatif maupun absolut,-- maka itu pasti mengubah sudut pandangnya. Tahun 2013 ini, bulan April, bisa jadi bila anda membunuh seseorang (baik itu preman atau apapun --) dan lantas mengaku, maka anda bisa dipuja sebagai ksatria. Walau menurut saya ini kurang masuk akal, tapi ini masuk di akal banyak orang, bahkan para pejabat-pun memiliki paradigma seperti itu. Terserahlah. Dalam kasus itu, disebut degradasi nilai. Dan mengapa relatif ? Karena sebagian masyarakat tidak merasa terdegradasi, masih menganggap nilai - nilai yang mereka anut stabil. Padahal sebagian orang sudah mencibir hingga 'mleyot' bibirnya. [] haris fauzi - 9 April 2013 ilistrasi : bangka.tribunnews.com
1 comment:
Pokoke ojok sampek Arema melok keno degradasi,yo, Ris!
Post a Comment