Friday, July 07, 2006

KENISAH Juni 2006



KENISAH Juni 2006

( MENURUT SAYA ) ADA MASALAH
DENGAN IDENTITAS

Identitas adalah keterangan terhadap suatu benda. Kalau di pabrik, ada itentitas 'OK', berarti produk tersebut hasil ujinya OK dan siap jual. Kalau di dompet kita, untuk manusia umur belasan pasti sudah memiliki Kartu Tanda Penduduk sebagai identitas.
Sebagai karyawan pabrik, ada juga memiliki kartu identitas untuk di pakai di lokasi pabrik.

'Identitas' ini adalah pertanda. Tanda ini digunakan untuk memberi tanda kepada orang lain yang tidak mengerti identitas anda. KTP dibutuhkan saat pegawai bank tidak mengerti jati diri anda. Demikian juga bila ada razia kependudukan di jalanan atau kendaraan umum, maka KTP ini menjadi sang penyelamat. KTP tentunya tidak perlu digunakan di rumah, soalnya pasti keluarga kita tidak syak lagi tentang identitas kita.

Yang agak unik adalah identitas di kantoran, karena justru mutlak digunakan di lingkungan 'dalam'. Sebetulnya ini sih benar adanya, supaya tidak terjadi kesimpang-siuran kompetensi karena tentunya bisa jadi tidak semua karyawan saling kenal. Juga untuk tindakan pengamanan dari penyusup. Nah, penyusup ini tentunya tidak ada di lingkungan rumah kita.

Yang malah unik mungkin adalah identitas orang Islam. Perlu saya jabarkan dahulu bahwa sudah banyak identitas Islam yang telah digunakan sebagaimana mestinya, tetapi ada beberapa yang perlu untuk lebih dioptimalkan.
Kita sering mendengar ustadz - ustadz berceramah tentang perlunya menampakkan identitas Islam ini. Saya bisa ambil contoh adalah setelan busana baju koko, yang sudah menjadi trade mark-nya orang Islam berikut sarung dan kopyahnya. Kalau saya amati, busana ini paling sering dijumpai saat sholat jumat. Bagi saya, baju koko bukanlah syariat untuk sholat jumat, jadi entah pakai baju apapun --asal aurat tertutup-- maka sholat jumat itu-pun oke - oke saja.
Bagi saya, baju koko sangat efektif sebagai identitas muslim pada saat sang pemakainya berjalan dari rumah menuju mesjid. Setelah sampai mesjid, fungsi identitas itu sudah lenyap karena memang yang sholat jumat itu ya orang Islam semua. Semua dalam satu mesjid itu satu keluarga yang sudah mengerti kalau semuanya orang islam. Tidak perlu identitas islam di sini.

Lha memang kalau baju koko itu adalah salah satu identitas, mengapa hanya efektif selama 10 menit --saat perjalanan dari rumah ke mesjid ?
Merujuk dari perlunya menampakkan identitas tanpa pamrih, sebetulnya ada baiknya juga kalau busana keseharian orang Islam adalah ya busana Islam. Dalam kegiatan di kantor misalnya, sekarang ini kok jadi malah aneh bila ada orang ke kantor pakai baju koko. Nah yang mungkin memang aneh itu ya kalau ke kantor mengenakan sarung.
Atau jarang kita jumpai ada yang datang kondangan di hotel menggunakan baju koko tersebut (kalau peci sih sudah lazim). Padahal saat itulah kita butuh identitas. Contohnya, dalam resepsi kadangkala ada moslem meal (makanan halal Islam) dan bukan. Bagi saya malah di situasi seperti inilah mutlak identitas itu ditampakkan, bukan di mesjid - mesjid. Ke mesjid sih boleh saja mengenakannya.

Ini sih gamang antar perlu dan tidak perlu, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Dan bisa jadi sikap kita berbeda - beda. Soalnya, saya saja sampai sekarang cuma punya tiga potong baju koko....dan jarang sekali saya pakai, paling - paling saya pakai kalau sedang tamasya, acara RT, atau mengantar istri belanja. Kalau ke mesjid sih saya lebih suka menggunakan baju kemeja peninggalan almarhum Bapak saya.[] haris fauzi - 6 Juni 2006



ULANG TAHUN


'Hari ini hari ulang tahun adik Norma yang ke ......', saya membuka perayaan ulang tahun anak saya yang cuma dihadiri kami berempat.
'...Duaaa...!!!!', Si Sulung menyahut keras.
Setelah mengucap syukur dan memanjat doa, maka kami bebarengan membaca surat Al-Fatihah. Dan sebagai kado utama, Si Sulung membacakan surat Al-Ikhlas khusus untuk ulang tahun adiknya.
Habis itu berurutan dari Ibunya, Saya, lantas Si Sulung bergantian bersalaman dengan Si Monster Kecil Norma yang sedang berulang tahun.

Kado yang terkumpul ada empat bungkus, yang datang dari jauh yaitu dari Eyang Malang. Rupanya Eyang menghadiahi setelan baju. Sementara kado sisanya sesuai kesepakatan kami, berturut - turut buku gambar, buku mewarna, dan pastel warna. Sekarang ini memang Si Monster Kecil lagi demen-demennya mewarnai.

Ditengah acara membuka kado satu persatu dibantu Si Sulung, Istri saya membacakan kartu dan ucapan dari SMS yang masuk. Setelah semua selesai, maka Norma pengen ganti baju baru dari Eyangnya. Ya sudah, maka dipake sekalianlah itu baju.
Acara berikutnya adalah mewarna dan mencoret buku gambar semau - mau Monster Kecil. Sementara Istri saya menyiapkan makanan alakadarnya, yakni kreps coklat keju. Saya sebetulnya pantangan kolesterol, tetapi karena lapar, saya malah habis tiga lembar kue kreps tersebut. Sementara Norma habis selembar berikut coklat yang belepotan di baju barunya.

Sampai disitu saja rupanya rekaman klip ulang tahun anak saya. Durasinya sekitar duapuluh menit. Klip itu saya ambil hari Kamis minggu kemarin ketika anak kedua saya -- Si Monster Kecil Norma-- ulang tahun. Saya sampai nggak sadar kalo hari ulang tahunnya bersamaan dengan ulang tahun Pak Harto, mantan Presiden RI yang perayaan di sambut aksi demo segala. Saya baru ketahui hal itu sehari setelahnya di radio.
Dan pada hari Minggu ini memang sengaja saya membuat klip dalam keping disk untuk saya kirim ke Malang, soalnya via telepon Ibu saya bilang kalo pengen liat dokumentasi acara ulang tahun anak saya itu.

Walau sependek itu durasinya, saya yakin Ibunda akan dengan senang hati menerima dan menyaksikan klip tersebut, karena mirip seperti itulah perayaan ulangtahun kami yang sering dirayakan dan dipimpin oleh mendiang Bapak saya dulu. Juga hanya dihadiri oleh orang rumah saja. Pada ulang tahun - ulang tahun saya dan saudara dahulu 'kala', selalu Bapak memulai dengan sepotong kalimat,'...hari ini hari ulang tahun........'[]haris fauzi - 12 Juni 2006



BBC



Mungkin tidak banyak orang di Indonesia ini yang menyimak siaran – siaran dari radio BBC. British Broadcasting Corporation, kalau nggak salah itu singkatannya. Mengapa tidak ? Entahlah. Yang jelas saya pernah beberapa kali menyimaknya, --tentunya yang versi bahasa Indonesia—dan menurut saya cukup menarik karena mempunyai gaya penyajian yang unik. Walau terus terang ada beberapa sudut pandang yang kurang sesuai dengan maintream pikiran saya pribadi. Ini sih nggak masalah. Toh perbedaan di beberapa pola pikir itu pasti ada dan sah – sah saja hukumnya.


Beberapa hari di saat pagi hendak berangkat ke kantor bagi saya merupakan saat yang tepat untuk mencoba menyimaknya. Saya beberapa kali berkesempatan mendengarkan BBC siaran Indonesia yang disiarkan –direlay-- oleh radio lokal. Kick off pertama, impresinya pasti menarik, apalagi kalau bukan karena jingle musik mereka yang khas sekali. Dan setelah itu, saripati berita – berita yang dipenggal yang pasti membuat kita penasaran. Dan berikutnya adalah pembahasan mengenai beritanya yang sungguh nikmat untuk disimak.


Itulah yang saya dengarkan. Atau kadang juga saya menyimak berita fitur yang dilansir BBC. Atau berita olah raga, sepakbola tentunya idola saya.

Dalam penyiarannya, salah satu ke-khasan dari BBC adalah adanya pengulangan, beberapa kali –bisa jadi berturut – turut-- melansir sebuah topik berita. Entah karena memang berita itu dianggap penting menurut redaktur, atau memang ada kebijakan pengulangan pembacaan berita, yang jelas terjadi pengulangan pembahasan. Beberapa kali saya mendengarkan seperti itu. Ada yang memang menurut saya penting, namun ada juga yang –rasanya-- perlu nggak perlu.

Yang kali itu saya simak dalam beberapa kali penyiaran adalah tentang terjadinya aksi demonstrasi sehari di Teheran Iran. Saya nggak tau seberapa pentingnya aksi demonstrasi ini bagi dunia Internasional, sehingga kok BBC ini beberapakali memberitakan. Jadi, dikisahkan ada demonstrasi sehari yang dilakukan oleh dua ratusan wanita. Mereka mengusulkan agar poligami di larang. Sudah. Itu saja.


Nah, disinilah salah satu letak perbedaan sudut pandang itu. BBC melansir berita dengan pola sudut pandang dunia Eropa, sementara saya selaku pendengar adalah mutlak orang jawa tulen. Pasti berbeda. Bagi BBC mungkin penting melansir demonstrasi seperti itu, namun bagi saya cukup mendengarkan sekali saja. Karena saya memang tidak terlalu tertarik dengan urusan poligami. Dan kita harus bisa memandang bijak dari sudut ketiga, yakni dari lokasi obyek berita itu sendiri. Dalam kasus poligami ini adalah di Iran. Jelas – jelas Republik Islam Iran ini menerapkan hukum Islam yang memperbolehkan poligami dengan beberapa persyaratan.

Dari tiga sudut pandang ini; saya sebagai orang jawa, BBC selaku penyiar yang berbasis budaya barat, dan satu lagi obyek berita itu adalah masyarakat Iran, kita bisa belajar banyak. Selain kita dipadati dengan informasi dan berita, setidaknya dengan menyimak BBC akan melatih kepekaan kita untuk memahami bahwa perbedaan pendapat itu terjadi dimana – mana. Kita bisa belajar dari sisi ini, setidaknya itu. []haris fauzi - 14 Juni 2006



WHEN LOVE AND HATE COLLIDE

Aslinya memang judul lagu dari grup rock Def Leppard, rilisnya di album kompilasi 'Vault' --tahun 1995 (kalo gak salah). Salah satu favorit saya untuk lagu - lagu dari Def Leppard. Lha kok kebetulan ternyata Kakak saya juga demen banget. Buktinya adalah dia duluan beli album 'Vault'.
Dan di suatu hari, kakak saya mengajak saya masuk ke mobilnya, lantas dalam perjalanan dia putar klip video lagu - lagu Def Leppard. Setelah tingkap mini monitornya menyala, dia langsung melompat ke track lagu 'When Love and Hate Collide' tersebut. "Di klip ini, Def Leppard sudah jadi rocker tua seperti Van Halen di album Balance. Ini yang membuat saya demen....', gitu katanya.komentar kakak saya.

Sesampai rumah, disc tersebut saya nikmati satu persatu dari depan. Rupanya agak urut, jadi lagu tertua ada di track - track awal. Ini sadisnya. Di masa muda, ternyata Def Leppard berusaha menjadi rocker yang sangar. Penuh simbolik brutalisme dengan rantai, pedang, kerangkeng, serta dandanan seram. Salah satu cirinya adalah akting model penyaliban gitu. Konon nama Def Leppard adalah plesetan dari Deaf Leopard.

Hingga beberapa lagu, kesan sangar ini terus dipelihara, sampai akhirnya pada lagu yang di rilis tahun 90-an. Mulai era ini penampilan mereka mulai lebih berkesan sebagai orang modern, berteknologi, namun kadang sebagai rocker dia juga masih memakai celana jins dan sepatu boot.
Kesan sangar mulai mereka kurangi, namun rambut gondrong masih melambai - lambai. Sebagian mereka berambut keriting, termasuk vokalisnya, Joe Elliot.
Busana yang menjadi seragam mereka adalah kaos buntung atau rompi, celana jins belel lengkap dengan jaket kulit atau jaket jins, sepatu boot, dan perlengkapan glamming seperti ikat pinggang keling, kalung, gelang yang mencolok. Tapi sudah nggak ada pedang dan acara salib - menyalib.

Asesoris glamming ini mulai dikurangi seiring dengan keuzuran mereka. Mereka pada akhir era ini malahan beberapa kali berbusana pakaian santai, sepatu sport jogging dan hem kembangan seperti dipakai detektif Rick Hunter, yang diperankan Fred Dryer itu. Kesan saya adalah mereka pengen menjadi rocker 'biasa'. Kesan ini nampak pada lagu 'Miss You In A Heratbeat' rilis album 'Retroactive' yang menonjolkan kekuatan akustik.
Catatan tambahan untuk lagu 'Miss You In A Heartbeat' adalah shooting klip-nya dilakukan disebuah vila mewah yang sungguh menggiurkan. Indah sekali.

Selain perubahan dandanan dari rocker sangar menjadi rocker biasa, yang menarik pas awal era ini adalah takdir sang drummer Rick Allen yang karena kecelakaan, maka tangannya buntung sebelah. Istri saya sempat nggak percaya kalo ada drummer yang bertangan satu tetapi gebugannya mantab seperti itu. Saya sungguh terkagum - kagum sewaktu tahun 1996 (?) saya menonton langsung konser mereka di Ancol. Khusus terkagum - kagum dengan drummer tangan buntung ini.
Mungkin --bisa jadi-- kecelakaan ini menjadi inspirasi bagi mereka semua untuk lebih manusiawi, tidak sangar - sangaran kayak drakula. Premis ini sih baru tebakan saya saja.

Mereka jadi lebih manusiawi seiring keuzuran mereka. Nah, dalam klip lagu 'When Love and Hate Collide' ini, mereka tampil benar - benar apa adanya. Elliot sebagai front-man memakai sweater gombor hitam dan celana hitam. Itu saja. Tidak ada dandanan istimewa. Tidak sangar. Tidak glamming atau butut. Rambut Elliot diluruskan potong pendek walau tidak sependek gitarisnya, Phil Collen yang sudah mulai gundul. Seakan nggak percaya bila dalam permulaan karirnya mereka berdandan mirip drakula.

Saya sepakat dengan pendapat Kakak saya, bahwa penampilan mereka disini mirip penampilan grup hard-rock Van Halen dirilis album Balance, yang kalau nggak salah keluar tahun 1996-an. Def Leppard dan Van Halen boleh dikata seumur. Jumlah albumnya barangkali juga hampir sama banyak. Jadi ya maklumlah kalo sekarang mereka juga mirip proses evolusinya. Saya sungguh salut dengan prosesi pencarian diri mereka. Inilah yang membuat saya makin menyukai lagu - lagu mereka. Saya merasa sungguh beruntung pernah menonton langsung konser Def Leppard di Ancol sewaktu rilis album 'Slang'. Dan efeknya bagi saya sekarang ini adalah dalam dua minggu ini saya sangat sering mendengarkan lagu - lagu Def Leppard, khususnya 'When Love and Hate Collide' yang mempunyai coda yang indah sekali....
"...without you...
I can't stop the hurt inside,
when love and hate...
collide..."
[] haris fauzi - 14 Juni 2006



MENUNJUKKAN HAK
DAN HAK UNTUK MENUNJUKKAN

Hak. Bukan Haq. Kalau Haq artinya 'benar', seteru 'batil', 'salah'. Bisa jadi pula mereka se-asal-usul bahasa, soalnya maknanya nyerempet - nyerempet gitu. . Tapi yang saya maksud disini adalah HAK, hak adalah sesuatu yang menjadi milik kita --seharusnya menjadi milik kita.
Pada suatu kisah nyata di jaman keemasan tempo lalu, diriwayatkan bahwa ada seorang pimpinan negara yang memiliki dewan menteri yang kebanyakan mengatakan bahwa masyarakat negeri tersebut dalam kondisi tenteram dan sentausa. Khawatir dengan keterlenaan para menteri, maka pemimpin tersebut menyaru sebagai penduduk biasa, dan lantas menyusuri jalanan untuk mengecek langsung kondisi rakyatnya. Dan ternyata, di suatu malam beliau menemukan bahwa salah satu penduduknya dalam kondisi melarat dan kelaparan. Kontan sang pemimpin merasa berdosa dan beliau membayarnya dengan mengangkut sendiri karung beras untuk keluarga miskin tersebut. Alangkah mulianya sang pemimpin tesebut. Dan juga, alangkah tabahnya penduduk melarat tadi.

Kasus ini bisa jadi karena pejabat tidak teliti dalam memindai kesejahteraan rakyatnya. Atau malah sang rakyatnya --terutama yang papa-- malah tidak menunjukkan haknya.

Kaum melarat itu seyogyanya berhak mendapat jatah bantuan, dana sosial, atau zakat. Suatu saat dia menunjukkan diri bahwa dia berhak untuk mendapatkan hak-nya tersebut. Kaum papa menunjukkan haknya akan zakat atau apapun istilahnya tadi. Disinilah contoh, bahwa untuk mendapatkan hak, kita harus menunjukkan bahwa itulah hak kita. Kita harus menunjukan hak kita. Karena kadangkala memang tidaklah semua orang tahu dan mengerti bahwa itu adalah hak kita.

Itu kisah nyata jaman dulu, berbeda dengan jaman sekarang. Jaman sekarang ini jaman keterlaluan,--setidaknya menurut saya. Kita sering lihat kaum miskin --pengemis-- disepanjang jalan. Mereka sedemikian ekstrem menunjukkan ke-papa-an mereka. Seakan - akan untuk mendapatkan hak, mereka harus bersaing untuk menjadi 'yang paling 'papa', paling patut dikasihani. Repotnya lagi ditambah dengan orang yang berpura - pura jadi pengemis. Makin carut marut.

Jelas disini, bahwa 'donasi' dari kaum mampu (kaya) masih terlalu sedikit dibanding mulut kaum papa yang harus disuapi. Dan lagi ditambah dengan segerombol orang malas yang pura - pura jadi pengemis. Kaum pengemis ini berlomba - lomba menunjukkan diri sebagai yang paling berhak mendapatkan donasi. Mereka semua kaum yang miskin. Satu golongan adalah golongan yang benar - benar miskin dan tidak mampu. Sementara golongan lain adalah golongan yang miskin harga diri, hingga walau masih mampu bekerja, mereka memilih untuk menjadi pengemis.

Ya. Jaman keterlaluan. Itu yang saya sebut tadi. Hal ini masih ditambah pula, dengan adanya 'hak untuk menunjukkan miliknya'. Orang miskin nggak punya apa - apa yang ditunjukkan selain ke-papa-annya, tetapi orang kaya berhak dan boleh pamer. Kalau boleh saya potret disuatu pinggir 'traffic-light', maka hasilnya adalah : pengemis yang menunjukkan haknya, mereka ada yang kaum papa beneran, dan ada kaum yang miskin harga diri. Disebelahnya ada kaum mampu yang berhak menunjukkan miliknya. Ini potret dari kamera saya, mungkin kamera anda berbeda. [] haris fauzi - 19 Maret 2006



MEMANDIKAN TUGU


" Hampir sebulan lalu, ada dua mobil pick-up berisi gunungan sayur dan gunungan buah - buahan. Katanya kedua mobil itu keliling kota terutama ke pasar - pasar sambil menyebarkan edaran. Ibu nggak ngerti edaran apaan. Ternyata setelah keliling kota, dua mobil itu membawa gunungan tersebut ke alun - alun bunder kota Malang.
Malam harinya ada ritual di alun - alun bunder kota Malang yang ditonton cukup banyak oleh orang sekitar. Beberapa orang melakukan sholat disitu, trus memandikan tugu kota. Menurut orang pasar sih itu sholat ghaib mau memandikan tugu. Lha tapi sholat ghaib itu setahu Ibu 'kan untuk menyolati orang meninggal, lha ini kok buat memandikan tugu kota. Padahal tugunya 'kan dhuwur (tinggi), bagaimana memandikannya Ibu juga tidak tau. Wis pokok-e Ibu gak ngerti syariat yang membenarkan kegiatan ini, walau kabar - kabarnya sih yang mengadakan acara ini Pak Walikota. Kalau kata ustadz mesjid sih dia pribadi tidak setuju dengan ritual ini, dan menghimbau agar para jamaahnya tidak mengikuti acara tersebut....", kata Ibu dari telepon di seberang sana, kemarin.

Kota kelahiran saya dimana Ibu tinggal; Malang di Jawa Timur memiliki sebuat tugu yang dibangun jaman Belanda, atau mungkin lebih tua dari itu, pastinya saya tidak hafal. Sekolah Menengah Atas dimana saya nyekolah di sekitar situ juga. SMA Negeri 3 lebih populer dengan SMA Bhawikarsu atau Smanti terletak di komplek sekolahan yang mengelilingi tugu tersebut, sehingga saya juga sering dipanggil dengan anak tugu.

Pada saat saya SMA (?), pagar luar alun - alun yang terbuat dari besi diganti dengan pagar batu. Pagar batu yang diperlengkapi dengan gapura candi - candian inilah yang menjadi tempat strategis para demonstran pada saat ada aksi demonstrasi menentang SDSB di alun - alun kota Malang. Mereka manjat dan mengibarkan spanduk. Keren tenan....

Di sekeliling alun - alun ini tumbuh pohon tua dengan rindangnya, tentu dengan jutaan daun yang telah berguguran setelah puluhan tahun hidup.
Dan pada saat saya SMA, Pak Walikota kala itu sangat perhatian dengan tim sepakbola kebanggan kami, Arema Singo Edan. Kakak saya pernah punya kaos supporternya, sekarang entah kemana. Kalau saya punya kemeja supporter Arema.

Nah, kalau Walikota jaman saya SMP juga demen olah raga, salah satunya adalah tinju. Salah satu sasana tinju yang cukup berhasil adalah sasana Kawanua. Jaman saya SD atau SMP, halaman depan kantor Walikota yang menghadap ke tugu itu ada jam raksasa. Tidak seperti tugu kota Yogyakarta yang berada diperempatan jalanan, tugu kota Malang cukup istimewa karena dia berdiri ditengah kolam yang penuh teratai, sementara kolam itu terletak di tengah alun - alun yang banyak bunganya. Cocok dengan julukan Malang kota bunga, disingkat Makobu.

Pada saat calon istri saya --kala itu-- berkunjung ke Malang, saya sempatkan juga untuk mengajaknya sekedar menyusur dan mengambil beberapa foto di alun - alun tugu tersebut. Seingat saya, tugu itu seharusnya tidak perlu dimandikan, soalnya tidak terlalu kotor. Dia terbuat dari batu hitam, kalau toh perlu dibersihkan mungkin harus dicermati lumut dan rumput yang merayap, bukan debunya. Karena dengan curah hujan-pun seharusnya cukup untuk menggelontor debu tersebut. Tapi semua itu adalah jaman saya SMP, SMA, dan sebelum saya nikah, sekitar tujuh tahun yang lalu. Rupanya setelah sekian tahun, tugu tersebut juga perlu dimandikan. Khususon wabil khusus oleh Pak Walikota sekarang ini, yang karena kurang terlalu hobi olehraga, mungkin punya hobi memandikan tugu. Ah, ada - ada saja pak Walikota ini.[] haris fauzi - 19 Juni 2006



ALIF MIM RA

Konon, pada saat Muhammad merintis penyebaran agama Islam, beliau mendapat banyak hambatan. Pendukung beliau terlalu sedikit, sementara masyarakat yang menentang penyebaran Islam terlalu banyak. Belum lagi diperkuat status quo sistem pemerintahan, tokoh masyarakat dan kepemimpinan yang kebanyakan kontra dengan Muhammad.
Di antara tokoh yang seringkali menghambat dakwah Muhammad ada dua orang, yakni orang - orang yang bernama Umar dan Amru. Begitu hebatnya pengaruh penentangan kedua orang ini terhadap upaya Muhammad, hingga seringkali menyudutkan posisinya.

Amru adalah analis ekonomi, pakar perdagangan, dan lagi dia menguasai ilmu hukum. Walaupun bukan pemimpin suatu suku ataupun kelompok masyarakat, Amru malah sering dimintai nasehat dan pendapat oleh para elite dan petinggi pemerintahan. Ucapannya sering dijadikan pedoman dan dijadikan landasan pengambilan keputusan pemerintahan kala itu.

Umar kabarnya adalah tokoh kuat di suatu suku. Memiliki mental baja, pemimpin dan organisator ulung, serta menguasai jaringan mafia hingga ke dunia hitam. Cerdik, cerdas, berani. Disamping memiliki banyak anak buah yang sangat loyal, Umar juga menjalin hubungan yang baik dengan pemerintahan untuk melawan mafioso dari suku lain. Bagaimanapun juga sektor ilegal harus mampu dirangkul oleh pemerintah, dan Umar adalah orangnya.

Di suatu malam, Muhammad berdoa kepada Tuhannya,"...Ya Allah, berilah hidayah Islam kepada salah seorang dari kedua Alif Mim Ra. Sehingga dia bisa memeluk Islam dan membantuku menyebarkan Agama-Mu...".

Dalam bahasa arab, huruf 'Alif' berarti vokal. Bisa 'A', 'I', atau 'U'. Huruf 'Mim' sepadan dengan konsonan 'M'. Sementara'Ra' sepadan dengan 'R'. Baik Umar maupun Amru memiliki huruf arab yang sama, yakni Alif Mim Ra. Dan dengan permohonan Muhammad ini, maka turunlah Hidayah Tuhan kepada Umar. Setelah memeluk Islam, Umar bin Khattab termasuk sahabat pilihan Muhammad, hingga sempat menjadi khalifah kedua setelah Abubakar. Sementara Amru bin Hisjam sampai meninggalnya tidak sempat mengecap hidayah Islam dan selama hidupnya terus merongrong jalannya dakwah Islam. Dia populer dengan julukan Abu Jahal, yang artinya 'Bapak Kebodohan'.[] haris fauzi - 22 Juni 2006



SPIRITUALISME & MATERIALISME

Ini sebuah wacana atau diskursus yang cukup kompleks. Rasanya tidaklah memadai kapasitas saya untuk menjabarkannya dengan gamblang, tetapi andai harus menunggu semuanya terkuasai, kapankah saya akan mencoba untuk menulis tentang hal ini?

Saya akan mencoba dengan hal - hal yang sederhana. Seperti kita ketahui, manusia itu terdiri dari jasad (materi) dan jiwa (ruh / spirit). Sementara sekumpulan manusia yang membentuk komunitas lazim disebut dengan masyarakat. Seorang filsuf modern asal Iran, Murtadha Muthahhari dalam buku 'Masyarakat dan Sejarah' (Mizan - Oktober 1993) berpendapat bahwa masyarakat terbagi menjadi dua hal juga, yakni masyarakat bendawi (materialis) dan masyarakat ruhaniah (spiritualis). Masyarakat materialis terdiri dari dua kutub, yakni kutub kemewahan dan berseberangan dengan kutub kekurangan. Demikian juga dengan masyarakat ruhaniah terbagi menjadi dua kutub, yakni kutub sesat dan kutub saleh. Jadi total jendral ada empat kutub; kemewahan, kekurangan, sesat, dan saleh.

Muthahhari juga menambahkan bahwa dalam keempat kutub tersebut terdapat kesaling-hubungan. Yakni biasanya masyarakat yang berkemewahan cenderung sesat karena merampas hak orang lain, sementara masyarakat yang terampas hingga kekurangan akan cenderung saleh. Muthahhari berpendapat demikian karena secara historis masyarakat Islam Iran terkomposisi sebagai bangsa yang tertekan dan terampas haknya oleh penguasa Shah Iran yang disokong Amerika, kala itu.

Sejarah benua Eropa sekitar abad 14-15 lebih gamblang meyakinkan masalah dikotomi masyarakat spiritual dan material, apalagi kalau bukan dari kasus renaissance. Semula, setelah melalui jaman kerajaan yang penuh legenda dewa - dewi, masyarakat Eropa beralih menjadi masyarakat petualang yang spiritualis. Agama mereka dijadikan 'way of life' dan disebarkan ke segala penjuru dunia lewat berbagai penaklukan. Perlambang spiritualis, --agama nasrani dan dewan gereja,-- memegang kendali pemerintahan dan hukum hingga ke daerah jajahan. Memang penaklukan ini seperti misi mencari harta atau materi, tapi tidak semata - mata itu. Ssusupan misi relijius sangat kentara.

Namun entah kenapa, agama nasrani di Eropa kala itu sempat berbenturan hebat dengan faksi logika yang baru muncul kemudian. Faksi logika terus berkembang pesat walau sebagai orok yang minoritas. Namun, perkembangan faksi logika ini tetap saja tidak bisa merujukkan kedua ujung filsafat mereka, dan dengan segala hal, kaum spiritualis yang diwakili oleh dewan gereja sering melakukan keputusan sepihak yang menurut kaum logika yang diwakili oleh para ilmuwan sangat merugikan. Ilmuwan banyak yang dikejar - kejar dan dipenjarakan. Kaum terpelajar menganggap masa ini sebagai masa kekelaman atau 'dark ages'.

Friksi dan benturan ini demikian hebatnya. Kaum logika yang cenderung berargumen dengan segala daya pikirnya, tidak menyerah begitu saja terhadap dogma - dogma agama. Ya memang kala itu terjadi pertentangan yang populer antara premis logis versus dogma agama. Sejatinya elite politiklah yang membuat semakin tidak kondusifnya suasana di kota - kota di Italia. Kekecewaan kepada sistem tirani menuntut reformasi politik yang memihak ke publik. Faktor - faktor kompleks inilah yang hingga pada puncaknya benua Eropa malahan beralih wajah. Dogma - dogma itu luntur juga akhirnya oleh gigihnya debat kusir logika. Kekerasan tirani hancur oleh serbuan suara rakyat.
Peristiwa ini populer dengan sebutan renaissance, artinya kelahiran kembali dalam kecerahan. Mereka meninggalkan masa kelam dan menjadi masyarakat yang menganut filsafat modern. Dewan gereja ditinggalkan, dan sebagai gantinya, kaum ilmuwan dan filsafat dipuja - puja laksana pahlawan agung.

Berangkat dari pola pikir logika, masyarakat Eropa paska renaissance lebih cenderung mementingkan sisi perekonomian, yakni materi ketimbang ruhani untuk mendorong kemajuan peradaban mereka. Filsafat modern yang berbasis ekonomi ini menjadikan manusia banyak menemukan alat - alat produksi, transportasi, dan komunikasi. Perkembangan ilmu pengetahuan ini mendorong terjadinya industrialisasi yang membutuhkan dan menghasilkan banyak sekali benda - benda baru.
Dengan perjalanan sejarah seperti ini, selain menjadi masyarakat yang materialis, pelaksanaan sekularisasi terhadap spiritualisme semakin menonjol. Masyarakat Eropa seakan - akan alergi dengan hal - hal ruhaniah dan secara kontan melakukan sekularisasi terhadap spiritualisme. Hasilnya bisa kita lihat hari ini bahwa eksistensi spiritualisme di Eropa adalah kaum pinggiran semata. Kebutuhan ruhani mereka banyak dipenuhi dengan kontemplasi seni dan sastra modern.

Dengan sekularisasi ini, mereka lebih leluasa mengembangkan pola pikirnya. Seperti kita ketahui, masyarakat materialisme Eropa-pun terus berkembang dan menjelma menjadi dua kelompok besar yakni masyarakat kapitalis dan masyarakat sosialis. Perbedaan mereka adalah pada status kepemilikan materi mereka. Kapitalis lebih cenderung mementingkan penguasaan pribadi, sementara sosialis menjadikan materi sebagai kepemilikan kolektif. Mekanisme prinsip materialisme inilah yang menjadi salah satu pemicu, terjadinya perang Eropa yang heboh itu. [] haris fauzi - 27 Juni 2006


KARENA KELUYURAN

Keluyuran banyak memberi manfaat. Keluyuran juga bisa menggeret petaka. Walaupun saya bukan jagoan keluyuran, tetapi pas jaman lajang saya beberapa kali keluyuran. Jelas trip Jakarta - Solo atau Yogya untuk mengunjungi calon istri saya. Tetapi saya kadangkala dengan beberapa teman --2 atau 3 orang-- keluyuran ke sembarang tempat, ke kawasan Kota-Jakarta misalnya. Berjalan dari museum Fatahillah, pelabuhan sunda kelapa, sekaligus memanjat menara pengawas jaman Belanda dulu. Atau memutari pagar kebun raya Bogor. Atau sekedar mencari angin malam berjalan kaki dari terminal Pulogagung ke kos - kosan di dekat kali Sunter. Seringnya berjalan kaki. Dan acaranya beragam, yang paling sering berpindah dari satu toko buku ke toko buku yang lain.

Seringkali keluyuran itu mulai pagi hari, hingga lepas isya sampai rumah kembali. Dan karena melintasi beberapa waktu sholat, kadang kita melewati mesjid saat dzuhur siang hari, dan tidak tahu benar kapan kita melewati mesjid yang lain untuk waktu ashar nanti. Akhirnya biasanya kami sepakat untuk melakukan sholat ashar jamak takdim (di rangkap di awal) di saat zuhur. Perkara nanti saat ashar kita melewati mesjid, ya akan sholat lagi. Ini namanya kesempatan untuk menyempurnakan sholat.
Demikian juga untuk waktu sholat maghrib dan isya, walau jarang. Pokoknya dirangkap saja di awal, perkara nanti bisa sholat, ya sholat lagi.

Beberapakali dalam rangka tugas kerja saya juga melakukan hal serupa : sholat di rangkap di depan, atau yang populer dengan jamak takdim. Rupanya beberapa kali keluyuran yang saya lakukan menginspirasikan saya untuk melakukan hal ini. Walhasil, sekarang ini, bila ada kegiatan atau perjalanan khusus yang unpredictable waktunya, maka saya melakukan shalat jamak takdim. Dan bila sempat, akan disempurnakan nanti di saat dan tempat yang lebih baik. Memang beberapa orang akan menilai saya sedang praktek ilmu aji mumpung. Mumpung ada kesibukan atau perjalanan maka mengambil hak sholat jamak, itu sih sah saja orang menilai demikian. Tetapi selain aji mumpung, saya sebenarnya cuma siap - siap saja, takut kalau perjalanan atau kesibukan kerja akan melenakan sehingga kelupaan sholat. Lha daripada kelupaan karena sibuk, mending siap - siap di depan....Ya namanya juga usaha.[] haris fauzi - 23 Juni 2006

No comments: