Monday, July 31, 2006

KENISAH Juli 2006

CARI SEKOLAH (I)

Baru kali ini, berhubung anak sulung, maka ya baru kali ini saya sibuk mencarikan sekolahan buat anak sulung saya, Si Salma. Jauh - jauh hari saya sudah survey ke beberapa sekolah, sampai akhirnya menetapkan dua sekolahan pilihan, yakni SD A dan SD B yang menjadi pilihan pertama dan pilihan kedua.

Karena keduanya merupakan SD Negeri, maka pengumuman untuk dimulainya penerimaan siswa baru akan dirilis oleh pemerintah. Jadi walau dua bulan sebelumnya kita sering sambang dan tanya sana - sini pada dewan guru tentu nggak ada yang tau persisnya kapan. Sampai pada akhirnya, pada Sabtu tanggal 24 Juni saya berkunjung ke dua sekolah tersebut dan mendapatkan informasi tertulis, bahwa pendaftaran akan dibuka pada tanggal 3 Juli 2006. Bareng.

Pada Sabtu tanggal 1 Juli, saya sempatkan sekali lagi untuk berkunjung kedua SD itu guna melihat pengumuman tersebut, dan memang ada informasi tambahan. Untuk SD A pendaftaran akan dimulai pukul 7 pagi, dengan diadakan tes langsung kepada calon murid. Jadi Si Salma harus ikutan karena akan langsung ikutan tes seleksi. Untuk SD B saya dapat tambahan informasi tidak tertulis, bahwa sebelum mendapatkan formulir yang akan di bagi pukul 7 pagi, harus mengambil nomer urut dahulu, soalnya formulir bakal diedarkan terbatas, sekitar 100 buah saja. Dan nomer urut itu bisa diambil beberapa jam sebelumnya. " Subuh biasanya sudah buka, Pak..!", gitu kata panitia.

Minggu 2 Juli, pagi hari saya atur strategi sebagai berikut : Istri saya dan Salma akan datang antri ke SD A, sementara saya akan mengantri ke SD B. Untuk memperlancar pekerjaan ini, maka pada Minggu malam harinya --bakda isya-- saya akan ungsikan Istri, Salma, Nourma, dan seorang pembantu ke rumah saudara yang kebetulan rumahnya berdekatan dengan SD A. Sehingga istri saya dan Salma bisa berjalan kaki ke SD A, dan ada seorang pembantu untuk momong Si Nourma, adiknya Salma.
Sementara saya sendiri pulang ke rumah. Menjelang tidur malam yang tidak nyenyak, saya hanya ditemani CD Transatlantic yang benar - benar progressive rock itu. Juga saya harus mengambil cuti agar leluasa pagi hari subuh untuk antri ke SD B.

Senin, D-Day --3 Juli 2006. Pukul 03.30 saya bangun. Dan setelah mandi dan sarapan, pukul 04.00 langsung cabut dengan target utama SD B. Tetapi karena saya belum sholat Subuh, maka saya mampir dulu ke mesjid dekat SD B. Dan baru hampir pukul 5 --kurang dikit...--- saya bisa tiba di SD B. Saya langsung antri untuk mendapatkan nomer formulir. 'Bingo..!', saya mendapatkan nomer tersebut. Nomer urutnya adalah nomer 26. Konon SD B hanya membagikan 100 formulir, dimana nomer pertama telah diambil oleh calon murid pada pukul 03.30 pagi dan semua nomer itu habis tandas sebelum pukul 5.30. Bagi yang sudah pegang nomer urut, maka formulir aslinya bisa diambil pada sekitar pukul 8.00.

Karena terbebas dari tugas, saya langsung cabut ke SD A. Pukul 05.20 saya tiba di sana, dan sudah banyak orang berkerumun di SD favorit tersebut. Istri saya belum kelihatan, rupanya sedang bersiap - siap. Oke. Saya ambil barisan dahulu. Beberapa orang tua murid berinisiatif membuat list urutan. Saya masuk urutan 14.
Pada pukul 6.30 Istri dan Salma tiba. Dan ada pengumuman dari sekolah bahwa panitia menyediakan 12 loket dengan tiap loket ada 30 formulir. Maka para orang tua murid membuat agenda lain, list tadi disortir ulang menjadi 30 orang tiap lembar. Nomer 31 hingga 60 ada dilembar kedua dan ditempelkan ditiap loket formulir. Demikian seterusnya. Di tiap loket sudah berkumpul 30 orang menjaga loketnya walau belum buka.

Entah ini hanyalah kekhawatiran saya atau bukan, kalau saya taksir, bisa jadi peminatnya melebihi 30x12 orang. Karena yang datangnya belakangan, namanya tidak ada di list loket manapun. Dan terjadi sedikit kericuhan karena hendak intervensi ke tiap loket, dimana semuanya sudah dijaga oleh orang tua yang namanya ada di list. Wah. Ribut jadinya, padahal baru pukul 6.45-an. Paling tidak ini ada di loket dekat saya menganti, loket A hingga E. Saya nggak tau persis bagaimana kondisi loket lain, bisa jadi sudah penuh juga. Full booked.
Semakin mendekati pukul 7,. semakin banyak yang berdatangan, dan praktis semakin banyak yang namanya tidak tercantum di list loket. Wong sudah full booked. Bagi namanya yang tidak tercantum, mereka bergerombol membentuk partai tersendiri. Banyak juga. Mungkin seimbang kekuatan antara mereka. Yang tidak terdaftar di list saya taksir sekitar 200-an orang. Jadi total jendral ada sekitar 500-an calon siswa, tambah orang tuanya jadi sekitar 1000-an orang disitu. "Wah, potensial rusuh, nih', ujar saya dalam hati. Istri dan Salma saya sisihkan ke pinggir. Dan saya bersiap. 'Kalau tangan saya di atas', tolong kamu ketempat saya', pesan saya kepada Istri, dan dia mengiyakan saja. Mungkin tau keadaan cukup kacau.

Akhirnya begitu pukul 7, muncullah ke 12 panitia loket dari ruang guru, lengkap dengan dasi dan masing - masing mengempit 30 kupon formulir. Sebetulnya hal ini sudah bisa terprediksi, karena loket sudah full-booked, dan disitu ada sekitar 1000-an orang, maka yang tidak terdaftar langsung merangsek ke panitia. Melihat kondisi tersebut, ke-30-orang di tiap loket-pun ikutan merangsek, karena takut gak kebagian, dan memang sangat mungkin tidak kebagian. Suasana jadi sedikit chaos. Seorang panitia pasti dikerumuni lebih dari 30 orang. Mungkin sekitar 50 orang, untuk merebut kupon formulir yang ada dalam kempitannya tersebut.[] haris fauzi - 5 Juli 2006


CARI SEKOLAH (II)

Kurang dari empat menit, saya yang semula masuk list loket A, akhirnya malah dapat kupon formulir di loket C. Suasananya acak adul, kupon formulir yang saya terima dalam keadaan lecek - lecek karena berebutan.
Begitu telah pegang kupon formulir, saya tidak memperhatikan lingkungan lagi. Apakah semua dapat kupon ? ataukah ada yang tidak kebagian ?...Ah. Nggak tau saya persisnya. Saya bersi-cepat menukarkan kupon formulir untuk mendapatkan formulir yang sebenarnya.
Begitu acak adulnya sampai - sampai yang sudah mendapat kupon formulir-pun, ikutan kacau balau pada saat pengambilan formulir. Pada berebutan juga, terbawa-bawa euphoria sebelumnya. Padahal ini tidak perlu, bagi yang sudah pegang lembar kupon formulir, pasti mendapatkan formulir, dan otomatis bisa mengurus untuk ikutan tes. Namun semuanya udah terlanjur berebutan. Bahkan pada saat pengisian formulir-pun agak berantakan.

Setelah melakukan register dan semua isian formulir diisi, maka pukul 8 kurang sedikit, Salma masuk ruang tes. Dia akan di jaga ibunya dari luar ruang yang juga langsung mengurus dokumen penunjang. Kebetulan semua dokumen telah kami gandakan, sehingga dengan mudah kami menyelesaikan administrasi ini. Dan pula, suasananya sudah damai sejahtera, tidak berantakan lagi.
Jadi, acara tes di SD A ini simultan, mulai dari pembagian kupon, pembagian formulir, pengisian formulir, hingga tes. Dan pengumuman pada pagi esoknya langsung.

Pada tahap menjelang tes sudah tidak ada kekacauan lagi. Semua sudah tertib jali. Dan karena sudah waktunya, maka saya harus pergi lagi ke SD B untuk menukarkan nomer guna mendapatkan formulir yang sebenarnya. Jadi, untuk sementara urusan SD A bisalah ditanggulangi Istri saya, dan saya melaju lagi ke SD B. Formulir tersebut harus diisi dan dikembalikan paling lama satu hari setelah pengambilan. Sambil jalan, saya juga mengungsikan balik ke rumah pembantu dan Nourma yang merengek - rengek minta pulang. Mungkin Nourma tidak kerasan di rumah orang, maklum masih 2 tahun usianya. Sampai disini, formulir SD B belum saya isi, masih teronggok di jok mobil dengan anteng. Yang penting sudah 'on-hand'.

Dalam perjalanan mondar - mandir ini, mobil saya kena masalah. Setelah minggu sebelumnya komponen kopling saya bocor dan usai diperbaiki, namun karena saya malas membeli bensin, rupanya kali ini karburatornya tersumbat kotoran. Jadi bensin yang sudah sedikit akan terhisap ke mesin berikut kotoran dalam dasar tanki. Waduh. Mobil jadi sering tersendat - sendat bahkan mati. Apalagi kalo dipasang AC, mendadak jadi abot banget ini mobil. Saya masa bodo. AC saya matikan dan saya berkendaraan dengan berkeringat. Katanya sih berkeringat itu sehat.

Habis memulangkan anak kecil, saya balik lagi ke SD A untuk memantau perkembangan tes anak saya. Sekitar pukul 9 saya tiba di SD A, dan anak saya sudah selesai tes. Jadi, acara di SD A hari itu sudah selesai, tinggal ambil pengumuman besoknya.
Segera konsentrasi saya baik lagi ke isian formulir dari SD B, dan sekitar sepuluh menit kemudian saya telah isi formulir dari SD B dan langsung saya boyong Istri dan Salma untuk menyerahkan formulir ke SD B. Sekitar pukul 10 kita sudah selesai urusan pengembalian formulir ini. Menjelang pukul 11 siang, segalanya beres. Acara terakhir adalah angkut - angkut barang hasil menginap semalem buat dipulangkan ke rumah.

Pengumuman penerimaannya berurutan. SD A akan diumumkan pada tanggal 4 Juli, sementara SD B diumumkan pada tanggal 5 Juli.
Dan sudah jelas, pada tanggal 4 Juli saya hadir lagi di SD A untuk mengambil amplop hasil pengumaman. Bareng Istri dan Salma, kami mengikuti kegiatan pengumuman yang mendebarkan ini. Setelah acara pengumuman, segalanya telah melewati masa kritis. Saya dengan santai bisa membawa mobil ke bengkel untuk mencuci karburator yang 'sliliten' itu. Saya juga bisa tidur lelap malamnya --walau sebelum tidur saya juga nyetel CD album Transatlantic yang masih setia nancep di player, dan pada tanggal 5 saya bisa ngantor lagi. Sementara pengumunan di SD B dilakoni sendirian oleh Istri saya.

Kalau boleh jujur, pengalaman ini merupakan pengalaman paling exciting dalam hidup saya selama tahun 2006 ini, baik pengalaman di organisasi maupun pengalaman di kantor. Pokoknya, segala pengalaman hidup di tahun 2006 sampai detik ini, ya acara inilah yang paling seru dan menakjubkan bagi pribadi saya. Bukan yang lain. [] haris fauzi - 6 Juli 2006


SEPATU ADIK BERISIK

Siang itu,--pada saat melintasi deretan keranjang sandal di pertokoan, iseng - iseng saya cobakan satu pasang sepatu sandal ke kaki anak kedua saya. Ternyata pas. Dan, Si Nourma ternyata tidak mau melepasnya barang sejenak. Bujuk-bujuk sedikit, akhirnya Nourma mau juga melepaskan sebentar guna keperluan pembayaran di kasir. Sepatu itu harganya sepuluh ribu rupiah. Tetapi ternyata berisiknya minta ampun. Sepatu itu memiliki peluit, jadi setiap diinjak ketika melangkah, pasti berbunyi 'ciet...!'.

Sesampai rumah, sepatu itu tidak mau dilepas sama sekali. Bahkan ketika di dalam rumah-pun dia terus mengenakannya. Nourma terus saja berjalan hilir mudik kesana kemari, tidak perduli lelah atau mengantuk. Obsesi dia hanyalah membunyikan sepatunya sesering mungkin. Bahkan digendong-pun dia tidak bersedia. Ketika mendekati waktu ashar, rupanya kelelahan menimpa Nourma sehingga tersandung dan jatuh. Sempat menangis sejenak, tetapi dia tidak mau jua melepas sepatunya. Cukup beberapa detik dia menangis, maka dia-pun sudah hilir mudik lagi membunyikan sepatunya. Walhasil dia tidak tidur siang karena terlalu sibuk membunyikan sepatunya. Siang itu sepatunya berisik banget berbunyi sepanjang waktu.

Sore hari menjelang maghrib, kelakuannya makin menjadi - jadi. Dia tidak lagi melangkah dengan normal, tetapi meloncat - loncat kecil sehingga bunyinya dobel kanan - kiri. Wah. Berisik banget. Setelah berjalan - jalan sore mengelilingi taman sampai waktu maghrib tiba, kami sekeluarga masuk rumah. Adik juga. Namun karena sepatunya kotor, dia kukuh tidak hendak melepaskannya, malah minta dicuci dulu. Terpaksalah ibunya mencuci sepatu tersebut dahulu, soalnya jarak jangkau jelajahnya hingga ke ruang sholat segala.

Pas hendak mau tidur, Nourma dan sepatunya masih sempat membuat orkestra dengan lunjak - lunjak di ranjang sebelum akhirnya dia terlelap dalam keadaan bersepatu. Dan pada saat itulah sepatu barunya yang super berisik itu bisa kami lepaskan. Pagi hari ketika saya beranjak ke kantor, Nourma belum bangun dari pulasnya. Jadi saya belum sempat faham, apakah dia langsung pengen mengenakan sepatu ributnya itu, atau ... sudah melupakannya.[] haris fauzi - 5 Juli 2006



SALAM ALA KHOMEINI


Kebetulan kemarin sempat membeli buku tulisan Khomeini, judulnya 'Shalat ahli Makrifat'. Katanya sih asli tulisan Imam besar Khomeini, dan dihadiahkan buat anaknya, Ahmad. Isinya tentang seluk beluk tata-cara sholat, --walau baru saya baca sekitar lima puluh halaman.
Selain tulisan Khomeini, buku tersebut juga memuat pengantar dan bab pendahuluan. Dalam kata pengantar yang ditulis oleh al-Amuli, dirangkum sedikit perihal isi buku tersebut. Dan salah satu yang menarik perhatian saya adalah pada bagian 'salam'. Ya seperti kita ketahui, sholatnya orang islam memiliki bagian akhir, yakni 'salam'. Yaitu setelah usai membaca tahiyyat-akhir lantas mengucap salam dua kali sambil menengok kanan - kiri.

Mengapa menarik perhatian saya ? Nah, inilah salah satu kegemaran saya. Seperti halnya buku 'Haji' tulisan tokoh revolusi Iran lainnya, Ali Syariati, yang banyak memberikan pencerahan (sampai - sampai pak Amien Rais pernah berujar;"...setelah membaca buku 'Haji' tulisan Ali Syariati, saya merasa belum melakukan ibadah haji sama sekali..."), demikian juga dengan buku ini, paling tidak sampai pengalaman saya membaca hingga halaman lima puluhan. Sampai sini-pun, saya seakan belum melakukan sholat sekalipun dalam hidup ini. Bagi saya sholat adalah bentuk pengabdian manusia kepada Tuhan dan sebagai pembentuk karakter manusia untuk berinteraksi kepada lingkungan. Jadi sholat menurut saya adalah manifestasi ibadah kepada Tuhan, dan ibadah kepada manusia. Namun menurut buku ini ternyata tidak sekedar itu.

Dalam buku ini disebutkan bahwa sholat itu adalah juga merupakan perjalanan (shafar) dari alam nyata menuju ke hadapan Tuhan, tentunya ini adalah alam entah dimensi keberapa. Yang jelas bukan alam lahiriah. Bukan alam nyata. Seluruh kemampuan manusia yang sedang sholat hendaknya di-daya upaya -kan untuk melaksanakan perjalanan 'dinas' ini. Perjalanan menyembah Sang Pencipta. Perjalanan ini sendiri terbagi beberapa etape, yang mana saya belum jelas benar karena baru sampai sedikit membacanya. Bagaimana susahnya, saya sendiri sudah yakin terlalu sulit menjalani hal ini bagi orang awam seperti saya. Sumprit, wangel-e Rek ! Wong sholat itu sendiri kan cuma lima menit, kok seperti melakukan perjalanan jauh...ke alam lain lagi ! Bekalnya apa ? Rute-nya kemana ? Apa yang terjadi selama perjalanan ? Tujuannya kemana ? Berapa jauh ? Apa yang dilakukan setelah sampai tujuan ? bagaimana bila hendak pulang ? Beberapa pertanyaan bergantungan di benak ini. Pokonya seru, dah...!
Mungkin disinilah beda manusia seperti saya dengan manusia makrifat yang penuh nuansa batiniah.

Nah, pada bagian akhir sholat, yakni salam,-- maka disitulah menandakan bahwa sang manusia yang sholat tadi tengah kembali pulang ke tempat atau alam asalnya dan berkesempatan menjumpai lagi manusia - manusia lain. Dia tiba kembali ke dunia lahiriah, sehingga dia perlu mengucapkan salam seperti hal-nya kalau seseorang berjumpa dengan kerabatnya, atau seperti kita memasuki ruang kelas.
Dalam paragraf pembahasan tentang salam disebutkan dengan jelas bahwa setelah melakukan perjalanan spiritual tersebut, dan seseorang itu kembali ke alam asalnya, maka dia perlu untuk mengucapkan salam kepada lingkungannya semula. Sebagai pertanda bahwa dia telah datang.

Sungguh ini hal baru dalam referensi saya. Memang dalam buku ini tidak lepas dari kata - kata makrifat atau bahasa arab yang saya buta sama sekali, dan juga buku ini memuat banyak sekali mengupas sisi batiniah dari peribadatan sholat yang jarang dijumpai. Salah satu bagian penting yang ditekankan ya itu tadi, bahwa sholat merupakan perjalanan spiritual. Dimana setelah menjalankannya, setelah pulang balik, maka kita kembali ke alam nyata. Waduh. Terus terang lumayan puyeng membaca buku ini, tapi, rupanya saya harus nekad untuk melahap bacaan yang satu ini. Soalnya, biarpun banyak yang tidak faham, buku ini menyimpan banyak sekali hal - hal yang 'mengejutkan' dan memberi pencerahan. Setidaknya bagi saya. Saya persilahkan Anda untuk mencicipinya. [] haris fauzi - 10 Juli 2006


BAN MOBIL

Empat kali saya harus berkeluh - kesah karena ban mobil saya bermasalah. Ya bisa bocor, bisa pula pecah. Namun alhamdulillah saya sehat wal afiat tidak celaka gara - gara ban tersebut. Setidaknya selama lima tahun saya mengemudi, berarti hampir setiap tahun saya menuai masalah ban.

Yang pertama adalah ban depan kanan. Ketika memasuki gerbang perumahan, jalanan berupa turunan. Sebetulnya faktor apes berpengaruh besar disini. Ada batu lancip yang tidak nampak oleh saya, lantas tergilas roda depan kanan. Walau berjalan lambat, batu itu berhasil merobek side wall roda bagian luar. Robek, bener - bener robek. Saya merasakan mobil kok melorot miring ke kanan. Namun, karena mobil berjalan lambat, ya tidak jadi perkara. Saya segera meminggirkan mobil, dan walau tinggal setengah kilometer dari rumah, saya tetap saya mengganti dengan ban cadangan. Dan ban robek itu tidak bisa lagi diapa-apain

Di jalan tol Cikampek arah Jakarta, sepulang kerja --di daerah Bekasi Timur-- ban belakang kanan meletus dengan dahsyatnya. Sebetulnya semenjak Cikarang laju mobil ini mulai tidak normal. Kita berlima di dalam mobil masih menebak - nebak ada apa gerangan. Tetapi tebakan kami terlambat. Di tengah melaju di lajur paling kanan, terjadilah ledakan itu. Teman saya yang mengemudikan mobil segera menyalakan lampu darurat lantas menepi ke kanan. Bukan ke kiri. Dengan menepi ke kanan, sebetulnya posisi mobil amat berbahaya. Tapi memang tidak sempat lagi bagi kami untuk menepi ke kiri, karena mobil keburu oleng. Keuntungan dengan menepi ke kanan adalah, kami leluasa untuk mengganti ban, tidak khawatir di sambar mobil lain yang lalu lalang dengan ganasnya. Ban tersebut hancur lebur, hingga merusak mud-guard mobil. Tapi tidak ada yang celaka diantara kami. Hanya kami harus ekstra cepat mengganti ban laksana pit-stop balapan Formula-1.

Hampir semua orang tau lokasi bernama Gedung Dalam di Bogor. Disitulah pusat jajanan dan oleh - oleh khas Bogor yang selalu padat di hari libur. Suatu hari saya mengantar seorang saudara hendak ke situ. Ternyata lalu lintas padat sekali. Begitu padatnya hingga polisi harus mengatur bermepet - mepet ria. Mobil di jalanan dipepet - pepetkan sampai spion ini hampir bersentuhan dengan spion mobil lain. Kebetulan saya berada paling kiri. Karena posisi kanan terlalu mepet dengan mobil lain, maka polisi menyuruh saya lebih ke kiri lagi, dan ke kiri lagi, dan ke kiri lagi. Hingga akhirnya saya melanggar pembatas jalan. Pembatas jalan biasanya adalah kerucut warna oranye, tapi kali ini lain. Polisi menggunakan kotak kayu sebagai pembatas jalan dengan trotoar. Dan saya melanggar kotak kayu tersebut. Apesnya, kotak kayu itu langsung terburai ketika terlanggar ban belakang kiri mobil. Bukan ban depan. Karena saya dipaksa kekiri lagi, maka hanya ban belakang kiri-lah yang menginjaknya hingga setengah reot. Dengan terburainya kotak tersebut, saya segera minggir karena melihat dari kaca spion kiri ada yang tidak beres. Ada potongan kayu yang terbawa ban belakang kiri. Ternyata kayu itu tertancap berikut pakunya ke ban.

Ya sudah. Saya terpaksa ganti ban di situ. Sempat polisi menghardik saya supaya kalo mau reparasi disuruhnya masuk saja ke parkiran. Saya segera membantah dan balas memaki dia karena gara - gara ulah polisi bodoh yang menggunakan kotak kayu dan menyuruh terus minggir itulah yang membuat ban mobil saya bocor. Saya tantang dia adu argumen dengan mengajak tukang buah sebagai saksi, namun polisi itu malahan pergi.

Kejadian berikutnya adalah ketika saya mengendarai sendirian mobil di tol Jagorawi arah Bogor. Mobil ini tiba - tiba saja bergoyang - goyang, makin lama - makin kencang. Saya memperlambat mobil, dan mengira bila setelan mesinnya ngadat. Ternyata salah. Soalnya pada keadaan gigi netral, mobil meluncur dengan bergoyang. Saya menduga sistem kemudi yang perlu di spooring. Namun, mobil melaju lurus walau kemudi dilepas, dan tetap saja bergoyang. Saya langsung membawa mobil ke bengkel ban. Dan benar, ban belakang kanan sudah setengah terkelupas seperti buah mangga yang dikelupas tarik tanpa pakai pisau. Semrawut, namun belum bocor. Ya sudah. Ganti lagi itu ban.....[] haris fauzi - 12 Juli 2006


BUKAN JAGO RAMAL

Sebelum di gelarnya ajang final sepakbola dunia di Jerman baru lalu, dengan menilik prestasi tiap kesebelasan unggulan, saya menjagokan Argentina sebagai finalis bal - balan kali ini. Finalis, bukan juara lho ya. Argentina lumayan perkasa di babak penyisihan zona Amerika Latin. Walau saya sempat agak melirik ketika squad Brazil disusun, yang diisi pemain - pemain dahsyat tersebut-- saya masih melihat bahwa Argentina masihlah lebih yahud ketimbang Brazil.
Apalagi ketika babak penyisihan grup di mulai. Brazil yang diisi pemain dahsyat tersebut ternyata tidak sedahsyat yang diprovokasi oleh media massa. Sementara Argentina masihlah se-yahud yang saya duga. Makin teguhlah pendirian saya terhadap tim Argentina bakal melaju ke babak final.

Dalam perjalanan babak penyisihan grup, saya masih belum mendapat calon jago untuk melawan Argentina di babak final. Kesebelasan selebritis Inggris memang hebat, tetapi mereka kurang militan, sudah menjadi jago flamboyan. Mereka lebih mirip bintang film ketimbang pejuang. Sementara Spanyol dan Portugal rasanya tidak kuat stamina bakal main hebat sampai habisnya turnamen. Mereka memang kadang bikin kejutan, tetapi tidak terlalu sering. Mereka sering ngos - ngosan di akhir cerita.
Dan diakhir - akhir babak penyisihan, saya benar - benar yakin bahwa tuan rumah Jerman bakal lolos. Karena seperti skenario yang sering terjadi, yakni tuan rumah mendapat kesempatan yang longgar untuk berlaga di semi final. Ya dengan mitos bahwa bila ajang pertandingan dijalankan di Eropa, maka kebanyakan juaranya adalah kesebelasan Eropa. Apalagi Jerman memang makin lama makin yahud. Yakinlah saya, final ideal adalah Argentina versus Jerman.

Sampai akhirnya Argentina musti berhadapan dengan tuan rumah di babak perempat final. Ini yang mengacak - acak hitungan saya. Melihat kondisi masing - masing kesebelasan, saya tidak yakin atas peluang masing - masing. Jadi bagi saya 50-50. Petandingan memang berjalan alot dan berimbang hingga babak dua usai. Dalam hatisaya berkata,' Untuk menang di babak perpanjangan, Argentina butuh Maradona. Tapi mereka cuma punya Sorin...'. Dan dalam babak perpanjangan ini-pun Argentina gagal menuai kemenangan, Jerman juga. Masih bedu dan harus dilanjutkan dengan adu pinalti.

Dalam adu pinalti, Argentina cuma punya dua peluang: menang atau kalah, tidak ada seri. Menurut saya, untuk menang adu pinalti, Argentina butuh kiper sehebat Goychechea. Saya mungkin salah menuliskan namanya. Setahu saya, dia adalah kiper jago pinalti. Apalagi kiper Jerman, --Lehmann,-- rasanya lebih jago dalam adu pinalti ini. Juga penendang pinalti Jerman cenderung lebih fasis. Otoriter dan galak ketimbang penyerang Argentina. Dalam adu jotos ini, saya memilih Jerman bakal menaklukkan Argentina.
Cerita akhir pertandingan ini memantabkan saya untuk menjagokan Jerman sebagai kampiun, soalnya permainan Brazil sama sekali tidak menarik untuk dipilih menjadi jagoan. Masih terlalu melankolis.

Dalam episode lain, seperti bisa, Inggris kalah juga oleh adu pinalti. Begitu pertandingan Inggris- Portugal harus memasuki tahap tos - tosan, maka bagi saya perjalanan kesebelasan selebritis Inggris selesai sudah. Di Inggris, yang jago tos - tosan bukan kesebelasan nasionalnya, melainkan klub yang sering berlaga ke liga Champions. Layaknya Mancherster United punya Peter Scmeichel (wah... saya mungkin salah tulis nama lagi nih... rasanya pemain sepakbola punya nama yang aneh - aneh nih..).

Saya tidak kaget ketika Prancis kembali mengalahkan Brazil. Juga ketika Portugal kehabisan napas dan gugur. Yang saya kaget adalah ketika Jerman harus takluk oleh Italia. Wah. Saya lebih bingung lagi, enaknya mau jagoin siapa nih ? Italia pernah kalah dramatis di babak perpanjangan oleh Prancis. Namun, menurut saya Prancis kali ini tidak setangguh dulu. Italia juga kelihatan begitu sangar saat membuat Jerman harus menangis.

Walau saya lebih menyukai Zidane dan Ribery, walau saya kurang suka dengan gaya Buffon yang agak sok jagoan, namun saya menjagokan tim Italia. Sebagai tim, Italia lebih mantab. Dan, terakhir, walau saya tidak nonton pertandingan final tersebut, toh juaranya harus muncul juga.[] haris fauzi - 13 Juli 2006



PLAY LIST

Adakah playlist di komputer Anda ? Playlist adalah daftar lagu - lagu. Ya lagu apa saja, biasanya dalam format MP3. Di komputer kantor saya punya beberapa playlist, ada yang lagu - lagu kuno seperti Procol Harum, Uriah Heep, hingga Bloodrock. Ada juga playlist lagu - lagu progressive seperti PinkFloyd hingga ELP. Atau playlist lagu - lagu ringan yang biasa saya putar di hari Jumat macam David Forster, Peter Cetera, dan The Eagles.

Hari ini hari Jumat, namun saya memutar playlist balada dari kelompok musik progressive-rock yang paling tangguh yang ada sekarang ini : Dream Theater. Memang sudah beberapa hari ini saya sering memutarnya. Isinya enam lagu saja. Kumpulan lagu ini saya buat sekitar dua tahun lalu, yang praktis bila saya putar sekarang akan mengingatkan kejadian - kejadian pada masa tersebut. Sebetulnya bukan kejadian yang dahsyat. Hanya pada saat itu saya ditugaskan secara khusus untuk menyelesaikan suatu pekerjaan oleh atasan saya. Yakni mengimplementasikan suatu sistem manufaktur. Dan karena posisi meja kerja semula saya berada di gedung yang berbeda dengan atasan saya, maka meja kerja saya dipindah-gedungkan, dan saya duduk di ruang sebelah ruang boss saya itu. Selain pindah gedung, meja saya tidak berada di ruang utama. Ruang utama ini semacam pusat perkantoran lazimnya, diisi oleh banyak karyawan berikut mejanya. Saya didudukkan di suatu ruang tersendiri.

Dalam pindahan kala itu, yang saya lakukan pertama kali, selain hal lazim yakni merancang program kerja, saya juga berusaha mengenali lingkungan saya, yang tentunya memiliki perbedaan dengan yang lama, apalagi saya cukup terisolir. Selain itu saya juga menyusun playlist Dream Theater ini. Posisi meja kerja yang terisolir di ruang khusus --tidak berada di ruang utama-- ini sedikit banyak menguntungkan saya. Walau terisolir, saya malah bisa leluasa mendengarkan musik tanpa mengusik karyawan lain. Pun kadang saya membesarkan volumenya.

Apa yang terjadi selama dua tahun ini memang telah berkembang jauh sekali. Proyek yang saya kerjakan tersebut telah usai, tinggal kerjaan rutin sistemik yang harus dikerjakan hari per - hari. Dimana lazimnya pekerjaan rutin yang sistemik, maka dalam perjalanannya selalu banyak menemui kendala lunturnya sikap konsisten, mengingat sistem yang dijalankan ini meliputi banyak orang dan beberapa elemen manajemen --dan hanya dimonitor oleh beberapa gelintir orang. Kendala in-konsistensi ini sering membuat siapapun yang bertugas memonitornya menjadi patah arang memang. Saya sering menangkap keluhan dari rekan saya yang bertugas melakukan monitoring ini. Keluhan yang menjurus ke patah arang. Sebanyak arang terpatahkan, sebanyak itu pula bara tercipta.

Saya juga sudah lama tidak berada di dalam ruang tersebut, alias sudah pindah lokasi lagi. Ruang yang dulu saya pakai sekarang menjadi ruang rapat. Meja kerja saya berpindah ke ruang utama. Bahkan kondisi ruang utama sekarang ini berbeda sekali dengan dua tahun lalu, yang semula diisi oleh bagian keuangan --mayoritas perempuan. Sejak kira - kira setahun lalu sudah bedol kantor diisi oleh bagian manufaktur --kebanyakan pria. Boss saya tersebut sudah tidak ada lagi di ruangannya, karena sudah tidak lagi bekerja di sini. Tentunya juga telah terjadi perbedaan tata-letak di sana - sini. Kebanyakan sudah berubah seiring perubahan masa. Memang sang masa selalu bisa mengubah apa saja. Bahkan playlist Dream Theater ini-pun suatu saat bisa saja berubah karena saya revisi, dan karena termakan usia juga. Ya. Sang masa memang bisa mengubah apa saja. Kita harus siap menghadapinya, karena perubahan itu tidak akan selalu merugikan bila kita bersiap menungganginya, bukan bentrok menahannya. Karena perubahan itu adalah suratan kehendak Tuhan.[] haris fauzi - 14 Juli 2006



BOEING, CONCORDE, ROLLROYCE

Saat saya masih duduk di bangku SD, dan saat adik bungsu saya masih bayi,-- saat itu seingat saya Bapak saya ditugaskan untuk sekolah militer ke Bandung. Kala itu Bandung sedemikian jauh dari rumah kami di Malang. Di rumah juga tidak ada telepon, wartel belum ada, apalagi telepon selular.
Sesekali kami serumah mengirim kartu pos ke sekolahan Bapak di Bandung. Dan tempo - tempo gantian kami se-rumah rame - rame mendengarkan Ibu membacakan kartu pos balasan dari Bandung. Biasanya kartu pos itu tiba menjelang kami tidur siang. Jadi begitu kartu pos itu menggeser sisi bawah pintu depan, praktis kami yang sudah berbaring di ranjang jadi berlompatan turun sambil berteriak 'Suraaattt...!!!!'. Pokoknya ngantuknya langsung kabur entah kemana. Kami kembali ke ranjang, lantas duduk, dan mendengarkan Ibu membacakan surat tersebut.

Suatu hari tibalah sepucuk kartu pos dari Bapak yang berisi rencana kepulangan beliau, rupanya usai sudah pendidikan militernya. Jelas - jelas disitu Bapak menanyakan oleh - oleh apakah yang bakal diminta oleh kami anak-anaknya bertiga --anak ke empat Si Bungsu masih bayi, jadi nggak minta apa - apa. Seingat saya kakak saya minta dibelikan mainan pesawat, saya minta mainan mobil, dan adik perempuan saya ikutan kakak sulung: minta dibelikan mainan pesawat. Semua mainan itu berpenggerak batere, istilahnya mainan batere. Semua keinginan kami itu ditulis di selembar katu pos balasan.

Lupa - lupa ingat akan kejadiannya, rasanya Bapak tiba di rumah pada subuh pagi hari. Saya terlambat bangun. Saat keluar kamar, saya lihat lampu ruang tengah dipadamkan. Gelap gulita, namun ada lampu merah kuning kelap - kelip berputar - putar di lantai. Oh. Rupanya itu mainan pesanan kakak saya, sebuah pesawat udara -- walau nggak bisa terbang. Tertulis Boeing-PanAm. Lampunya itu berkerdip - kerdip menakjubkan. Apalagi lampu ruang di matikan, dan hari masih subuh. Pesawat itu dilengkapi roda depan yang bisa dipuntir sehingga lajunya bisa berputar sesuai diameter sirkular yang kita harapkan.

Saya jadi teringat bahwa hari inilah Bapak pulang. Setelah saya salaman dengan bapak yang masih kelelahan duduk di bangku, saya langsung teringat mainan batere yang kami impi-impikan itu. Dimanakah mainan mobil saya? Oh... saya lihat diujung ruang tengah, adik perempuan saya asik dengan mainan mobil itu. Rupanya mobil klasik berlabel RollRoyce. Warna badannya merah, atapnya biru. Mobil itu juga berpenggerak batere. Bisa berjalan merambat dinding karena rodanya dari karet yang rekat, lantas berguling untuk kembali ke posisi berdiri dan berjalan lagi. Jadi setiap hendak menubruk dinding, kami bersorak seakan menyuruhnya untuk menabrak dinding lantas berguling.

Lha ini gimana ceritanya. Kok mainan pesanan saya sudah dimainkan adik saya ? Pada saat itu saya lihat ada sebungkus mainan lagi yang masih terbungkus. Rupanya adik berubah pikiran hendak bertukar oleh - oleh dengan saya. Saya sih tidak mempermasalahkan karena mainan yang masih dibungkus itu eksotis sekali. Besar sekali. Dan setelah saya buka ternyata mainan batere, yakni pesawat terbang model Concorde. Badan dan sayapnya harus dirangkai dahulu agar menjadi satu pesawat utuh. Sayapnya itu yang membuat mainan sedemikian lebar dimensinya. Badannya yang berwarna putih itu juga panjang sekali, lancip pula paruhnya. Butuh dua batere tanggung, langsung saja saya start. Ternyata bunyinya keras sekali. Denging mesinnya memekakkan. Dan begitu diletakkan di lantai, dia melaju kencang sekali --mengalahkan pesawat kakak saya. Saya langsung lupa dengan mobil pesanan saya. Saya ekstasi dengan Concorde ini, benar - benar mengasyikkan. Concorde mungil inilah mainan batere saya yang pertama.[] haris fauzi - 18 juli 2006



RECEH UNTUK 'GARY MOORE'

Kebetulan kemaren malam saya pulang kerja naik bis umum. Dalam bis tersebut, seperti biasa, ada seorang pengamen. Membawa gitar akustik, pake topi, kaos lengan panjang. Cukup rapi. Memasuki tol Jagorawi, beliau mulai melantunkan lagu - lagunya. Menurut saya yang awam ini, cara dia menyanyi, suara dia, dan suara denting gitarnya sih biasa - biasa saja. Dia memainkan beberapa lagu yang dia suka, dan suatu kali dia harus meminta maaf kepada penumpang bis karena petikan gitarnya sedikit keseleo.

Seperti biasa pula, saya tidak terlalu memperhatikan apa yang dia kerjakan, sampai setelah mendekati daerah Cimanggis dia memulai suatu lagu yang rasanya sedikit saya hafal awalannya. Sebelum saya bisa menebak dengan benar, beliau ini telah memulai syairnya:

Used to be so easy
to give my heart away

But I found out the hard way
There's a price you have to pay

Ya. Itu aslinya lagu Gary Moore, judulnya 'Still Got The Blues'. Saya pangling karena pengamennya membuat sendiri versi akustiknya, improvisasi sendiri. Selagi pengamen menuntaskan lagunya, pikiran saya malah berkelana ke masa silam.

Tentang Gary Moore, saya mulai intens menyukai karya - karyanya karena dua hal, yakni ketika Gary Moore muncul menjadi gitaris terbaik versi majalah Kerrang,-- kalo nggak salah. Entah juga tahun berapa. Yang jelas kutipan majalah tersebut dimuat di koran lokal.
Yang kedua karena teman saya, Fuady, membeli album 'Wild Frontier' yang rilis 1987. Kedua kejadian itu terjadi di masa saya duduk di bangku SMP. Sejak saat itu saya mulai kesengsem dan berusaha mengoleksi album - albumnya.

Termasuk juga pada saat munculnya jaman royalti dan harga kaset melonjak naik, saya membeli dengan susah payah album 'After The War' di tahun 1989. Saya terpaksa membeli di toko, karena diloakan tidak ada. Saya terkesima dengan melodi gitarnya yang menyayat hati itu. Seingat saya, pada masa itu gitaris Yngwie J. Malmsteen sedang naik daun.

Tahun 1990, saya menjalani OPSPEK dan Penataran Mahasiswa Baru di Malang. Dan di masa itu, Gary Moore meluncurkan album baru berjudul 'Still Got The Blues', bergambar foto Gary Moore kecil dengan latar poster Jimi Hendrix. Bagus banget. Dan di album ini Gary Moore membelokkan aliran musiknya dari hard rock menjadi blues-rock --yang dia mainkan hingga sekarang. Yang menjadi kenangan adalah bagaimana saya menyempatkan berjalan - jalan ke toko kaset untuk membeli album tersebut, padahal saat itu adalah saat - saat orientasi yang melelahkan -- bila ada waktu luang, maka sebisa mungkin sebaiknya digunakan untuk beristirahat. Dan, ketika harus mengerjakan pekerjaan rumah hingga larut malam, saya memutar album tersebut supaya tidak mengantuk.

Walhasil begitu ada kesempatan jalan - jalan lagi, saya sempatkan memesan bordir jaket bertuliskan 'Still Got The Blues' dengan gambar asesoris gitar. Padahal saya tidak bisa bermain gitar sama sekali. Jaket ini begitu sering saya kenakan saat kuliah, bahkan ketika saya lulus kuliah, jaket ini diminta oleh adik kelas saya --dan dipakainya juga untuk kuliah.

Kembali ke masalah pengamen dalam bis umum. Rupanya pengamen itu telah membawa saya larut dalam ingatan masa silam. Mulai SMP hingga lulus kuliah. Dan bisa jadi saya terlalu murah membayar jasanya. Ya. Saya cuma memberi receh untuk pengamen dan 'Gary Moore'-nya.[] haris fauzi - 19 Juli 2006


TAKABUR

...dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. (QS 40:45)

Mungkin sudah tabiatnya bahwa manusia itu takabur. Terus terang saya mengerti bahwa takabur itu salah besar, tetapi, ternyata sulit sekali menghindari sifat yang satu ini. Saya selalu saja takabur, dan takabur, dan takabur.

Kebetulan saya beragama Islam. Di dalam kitab suci pemeluk Islam, Al-Qur'an, dijelaskan berkali - kali, dan saya juga telah membacanya beberapa kali, bahwa manusia itu amat tidak elok bila memiliki sifat takabur. Banyak di contohkan perihal takabur ini disitu, salah satunya yang paling populer adalah kisah ketakaburan orang paling takabur kala itu : Si Firaun. Betapa takaburnya dia, sehingga dia menganggap bahwa dia-lah Tuhan itu. Bahkan dia menyuruh salah satu insinyurnya --namanya Pak Insinyur Haman-- untuk membangun sebuah menara tinggi guna menilik Tuhan-nya nabi Musa, yang konon bertahta di atas segala langit.

Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa ... (QS 40:36-37)
Dan dengan jelas pula Tuhan sangat murka dengan sikap takabur Firaun. Mungkin inilah kisah terbesar tentang ketakaburan manusia, apalagi terhadap Penciptanya.

Mungkin kita tidak perlu membuat kisah besar, tetapi mungkin kita termasuk tukang takabur kelas wahid. Coba saja tengok, mungkin hanya berapa kali saja kita menyadari bahwa Tuhan senantiasa menyelamatkan hidup kita dalam detik per-detik. Kita seakan cuek saja dengan anugerah-Nya yang masih memelihara hidup kita ini. Seakan kita ini hidup sehat karena kita rajin menjaga kesehatan, rajin mengonsumsi makanan sehat, rajin mandi dan rajin berolah raga. Walau semua itu benar, apalah artinya bila Tuhan memelintir sedikit sahaja dari otot jantung kita dan lantas menghentikannya ?

Juga betapa takaburnya kita ketika kita sakit flu, misalnya. Lantas kita pergi ke dokter dan menebus obat. Mungkin dalam tiga hari kita menenggak obat bisa membuat kita kembali sehat. Tapi, kadangkala ketakaburan kita menutupi fakta sebenarnya, bahwa yang membuat kita sehat kembali itu sebenarnya adalah Tuhan. Selalu kita menganggap bahwa kita kembali sehat karena obat yang kita tebus. Dan kita seakan telah menyelesaikan hutang budi dokter dengan membayarnya, dan kita telah memberi profit kepada apotik lewat jual beli obatnya. Lantas dimana peran Tuhan ? Apalah artinya kehebatan obat bila memang kita ditakdirkan oleh-Nya untuk sakit ?

Kita juga sering merasakan bahwa hidup kita ini kecukupan karena kita telah duduk di jalur bisnis yang benar, cukup mapan sebagai profesional yang memiliki gaji tetap. Tetapi kita sering lupa, apalah artinya gaji yang besar bila ternyata Tuhan menimpakan deraan yang lebih mahal ? Yang mungkin tidak terbayar oleh gaji kita yang sekarang ?
Boro - boro itu. Kita sering beranggapan bahwa duit yang terlipat di dompet itu adalah hak kita karena kita telah bekerja dengan baik. Itu saja. Sebuah pikiran yang mencampakkan keberadaan Tuhan, yang sebenarnya Dia-lah yang membagikan rejeki kepada saya dan Anda. Yang seperti ini bukti yang sangat jelas akan ketakaburan kepada Tuhan.

Di awal tulisan saya cuplikkan ayat Tuhan yang mengancam dengan deraan yang dahsyat kepada Firaun yang takabur. Dan dibalik cerita sebenarnya Firaun-pun sadar bahwa dirinya memang takabur, cuma dia tidak mau menginsyafinya. Firaun bertahan dalam ketakaburannya. Firaun memang tukang takabur kelas wahid, dan keras kepala.
Kasusnya mungkin berbeda dengan kita. Bisa jadi kita ini takabur, namun tidak menyadarinya. Memang kesadaran akan takabur ini merupakan salah satu hal yang susah dibangkitkan. Berkali - kali ustadz di kampung saya mengingatkan hal ini kepada saya, toh kesadaran saya tentang ini masih bebal. Berkali - kali juga --semenjak SD-- kita tau bahwa takabur itu tidak elok. Tapi tetap saja kita ini takabur. Nah, kalo yang seperti ini apakah bukan takabur kelas wahid juga? Tolong koreksi tulisan saya bila saya salah....[] haris fauzi - 20 Juli 2006


KETIKA HARUS MEMILIH

Baru sekitar sebulan lalu saya kirim pesan singkat ke adik saya untuk mencarikan buku, judulnya 'Biografi Ali Syariati' tulisan Ali Rahnema. Harganya di toko buku regular lumayan manteb, 125ribu rupiah. Mangkanya saya minta tolong ke adik saya untuk cari kortingannya, soalnya buku terbitan Erlangga sering muncul di daftar diskon toko buku mahasiswa.
Konfirmasi dari adik saya, terakhir,-- bilang bahwa buku itu tidak tersedia di toko buku kortingan. Ya saya harus mencoba beli tanpa kortingan ternyata. Ya sudahlah, saya pendam dulu keinginan membeli buku tersebut, nunggu suasana keuangan sejuk dahulu.

Tapi toh saya jalan - jalan ke toko buku itu suatu keharusan. Selain memastikan bahwa buku yang saya minati masih dipajang, akhirnya saya malah membukukan beberapa catatan tentang buku - buku lainnya yang masuk daftar 'wajib punya'. Masih berupa catatan, diantaranya adalah 'Reason in Revolt' bikinan Alan Woods, dan juga tetralogi tulisan Tariq Ali terbitan Serambi. Tetralogi berisi empat buku. Buku pertamanya tentang tokoh idola saya, Salahuddin Sang Penakluk. Kalo empat buku, satu bukunya seharga enam puluh ribu, akhirnya saya tidak punya pilihan selain memasukkan ke dalam catatan sahaja, belinya entar -entar. kalau duit sudah ada, dan kalau Istri tidak terlalu curiga tentang banyaknya tas kantong ber-cap Gramedia. Maklum, gara - gara mengunjungi blog teman saya yang memuat resensi film tentang Nabi Muhammad buatan Moustapha Akkad judulnya 'The Message', saya jadi kepincut untuk membelinya, dan kebetulan VCD-nya terpajang sebiji doang di Gramedia. Dalam resensi di blog-nya, teman saya itu -- namanya Bung Suryo-- menuliskan demikian :"Thank you Moustapha Akkad, for the gift you made for us. For the world.You delivered a movie so the world would understand Islam better".

Selain buku tersebut di atas, ada dua buku lagi yang menarik hati saya, yakni 'Pangeran Pencuri' tulisan Cornelia Funke. Harganya 50 ribu, keluaran Gramedia. Rupanya buku untuk anak - anak, seperti bukunya Hugh Lofting yang berjudul 'pelayaran Dokter Dolitle' yang saya punya, dan kakak saya juga punya. Kakak saya beli pas ulang tahun dia --entah yang keberapa-- mungkin belasan. Sementara saya sekitar sepuluh tahun yang lalu membeli di toko buku loak di Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Nah, berikutnya. Buku terakhir ini tidak bisa tidak. Tidak bisa menunggu hanya untuk masuk daftar. Musti langsung beli, soalnya saya sudah mencarinya sekitar lima tahunan. Saya sempat ke Bandung mendatangi toko buku di sana, namun setelah saya datangi ternyata cuma tersedia jilid kedua saja. Wah, batal.
Setelah lima tahun, kali ini saya terpaku perhatian di buku itu, setengah nggak percaya. Seingat saya buku itu dahulu warnanya hijau, ada dua jilid. Sekarang putih ungu hard cover. Judulnya sih mirip, ingat - ingat lupa jadinya. Ketika dalam hati ini masih penuh syak akan kebenaran judul buku yang saya idamkan tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk membayar empat puluh ribu kembali seratus perak. Biarlah andai salah judul. Buku tersebut isinya tentang sholat --tulisan Imam Khomeini. Saya yakin buku ini sulit ditelaah. Sesulit mencari bukunya, dulu. Apalagi --seperti biasa-- saya membacanya sambil lalu, seperti dahulu mencarinya juga sambil lalu. [] haris fauzi - 25 Juli 2006


MENGIKUTI KISAH AVATAR,
'THE LEGEND OF AANG'

Walaupun sudah berjuang setengah hati (bukan setengah mati lho ya..?), saya agak sedikit bisa mengikuti serial kartun yang ditayangkan di Global TV. Maklum siaran seri sekarang jam tayangnya berubah - ubah, membingungkan orang macam saya yang jarang nonton televisi. Serial kartun yang saya ikuti yaitu 'Avatar - The Legend Of Aang'.
Di tengah gempuran kartun yang menurut saya agak nyalahin kodrat seperti 'Perusha', atau yang absurd seperti 'Sponge Bob', 'Angry Beaver', atau 'Cat-Dog'; saya cukup senang mengikuti kisah Avatar ini. Beberapa kartun yang juga saya nilai --subyektif nih...-- lumayan bagus adalah kartun tentang si jago kimia itu, saya lupa namanya, kalo nggak salah nama belakangnya ada -netron-netron-nya. Dan tentu juga kartun petualangan Johan Si Saintis Muda, entah salah-entah benar saya menuliskan judulnya.

Dulu pernah sering nonton kartun Colombus dan Petualangan Huck Finn & Tom Sawyer di saluran Space Toon. Wah, kalau yang ini sih heboh banget. Namun saya sudah jarang nonton lagi, karena gambar siarannya yang kurang bagus kualitasnya. Juga ada kartun petualangan Diego dan Dora yang sempat menjadi primadona, bahkan mungkin hingga sekarang.

Kembali ke kartun Avatar. Cerita dalam kartun ini mengingatkan akan beberapa prinsip alam, yakni angin - api - air - tanah. Kebetulan suatu hari ketika berjalan - jalan ke warung majalah, kami hendak membeli majalah 'Winnie the Pooh' buat anak saya. Namun anak saya ternyata memilih membeli majalah lain, karena majalah yang pilihannya itu ternyata bersampul depan Avatar. Dan di dalam majalah anak itu dikupas cukup ringkas perihal kartun Avatar ini.
Kartun Avatar dibuat berdasar buku cerita modern, dan buku ini belum beredar di Indonesia. Buku ini ditulis terinspirasi dari legenda Asia. Jadi, rasanya cerit Avatar ini bukan kisah atau legenda yang semenjak dahulu kala sudah ada. Ini kisah legenda baru, tetapi dengan latar belakang Asia kuno. Kalau boleh saya cuplik sekilas disini, cerita itu berisi tentang empat kerajaan yang masing - masing menguasai ilmu sesuai daerahnya. Negara Api orang - orangnya menguasai api, demikian juga dengan tanah, angin, dan air. Hanya seorang Avatar-lah yang menguasai keempat unsur tersebut.

Dalam suatu masa, sang Avatar tua raib entah kemana, dan saat itu kerajaan Api berubah menjadi penjajah bagi kerajaan yang lain. Kerajaan atau negara Api menjadi demikian kuat karena pengaruh komet yang jatuh. Sebelum negara Api menjadi semakin kuat dan semakin lalim, maka mutlak dibutuhkan seorang Avatar pengganti. Repotnya, calon Avatar ini masih bocah, dia bernama Aang dari negeri Angin. Aang harus belajar dengan keras untuk menguasai semua unsur sebelum prajurit - prajurit negara Api menjadi sangat kuat. Negara Api juga tidak tinggal diam, dia juga tau bahwa penghalang ekspansinya adalah kemunculan Avatar. Mangkanya prajurit - prajurit negara Api memburu calon Avatar ini dengan gigih pula, sebelum sang bocah menjadi demikian tinggi ilmunya.

Ya akhirnya Aang dibantu oleh beberapa sobatnya keluyuran kesana - kemari untuk belajar menguasai ilmu - ilmu unsur tersebut. Itu yang saya tau, memang hanya sekilas, karena saya tidak rutin menontonnya. Suatu cerita yang sangat menarik untuk diikuti.

Juga penyampaiannya tidak absurd kacau - balau. Seperti saya sebutkan di atas, sekarang ini banyak kartun yang absurd. Seringkali anak tidak tau isi ceritanya, apalagi kandungan nilainya. Bila saya minta anak saya untuk menceritakan ulang isinya, biasanya dia tidak mampu menceritakan dengan baik. Anak saya hanya paling - paling bisa bercerita tentang adegan lucunya, seperti si lakon kejepit pintu, atau makanannya tumpah, atau hal - hal potongan adegan seperti itu, dan sekali lagi --kebanyakan hanya lucunya saja. Memang kartun seperti ini cenderung kocak - lucu, namun ceritanya membingungkan, bahkan kadang diselingi hal - hal yang mengandung unsur kekerasan. Gerak gambarnya juga cepat dan menyentak - nyentak bikin kaget. Konon penyajian film seperti ini sering membuat anak bermimpi buruk kala tidur malam.

Bila selesai melihat kartun Avatar atau Huck Finn, anak saya biasanya bisa bercerita dengan baik dari depan hingga belakang. Bahkan pada saat hendak menonton seri berikutnya, anak saya masih mengingat cerita sebelumnya dan dia merangkaikan dengan seri yang sedang ditontonnya.
Ya begitulah, salah satu cara saya untuk menguji tayangan buat Salma dan Nourma adalah dengan meminta sang bocah menceritakan apa yang telah ditontonnya. Bila dia bingung, atau --apalagi-- saya atau anda ikut bingung saat nonton, sebaiknya tidak usah dilanjutkan. Karena itu akan membuat 'file error' yang tersimpan di otak bocah. Dia telah menonton, dia telah mengisi otaknya dengan memori tayangan, namun tidak bisa digunakan, bahkan tidak bisa diceritakan kembali. Dia tidak mengerti harus dipakai untuk apa. Bagi saya yang sering menjadi 'Badan Sensor Film' di rumah, maka kartun Avatar ini akhirnya malahan saya rekomendasikan untuk di tonton oleh anak - anak saya. Karena kartun Avatar ini menyampaikan pesan yang jelas bagi anak - anak, yakni kebenaran versus kejahatan. Hitam - putih, suatu nilai yang sangat mudah ditangkap dengan baik oleh anak - anak. Dan alhamdulillah anak saya satu selera dengan saya, rupanya dia juga menyukai kartun Avatar ini. [] haris fauzi - 26 Juli 2006



NYALI


Tulisan yang saya buat ini terus terang sangat subyektif --bahkan mungkin emosional, dan hanya merupakan pendapat pribadi saya -- yang spontan keluar dari pikiran saya. Bukannya kenapa, bisa jadi data yang saya kumpulkan belumlah akurat, tetapi saya telah memutuskan untuk menuangkan pikiran saya ini sekarang ketika otak ini sudah sedikit mereda akibat emosi. Bagaimana tidak terbakar emosi ketika mendengar betapa hancur leburnya Libanon oleh hantaman serbuan Israel. Hampir setiap pagi --dalam perjalanan berangkat ngantor-- saya mendengar berita tentang bombardir pasukan Israel ke Libanon. Benar - benar habis - habisan. Dari siaran radio BBC, --yang condong ke Amerika-pun-- sudah menilai nyinyir pengeboman ini. BBC mulai lebih kritis ketika salah satu bom Israel itu jatuh ke kumpulan tim dari PBB, bahkan ada yang tewas, katanya anggota dari China. Kita tau bahwa China merupakan salah satu dedengkot PBB.

Sekitar tahun 1982, pernahlah sudah Israel menyerang Libanon yang diakhiri dengan kemufakatan sepihak Israel. Juga pada tahun 2000-an Israel pernah berkonflik-ria di Libanon Selatan, dan terpukul mundur dari Libanon Selatan oleh gerilyawan Hizbullah. Dan Yitzhak Shamir --salah satu tokoh politik Israel-- sangat geram dengan kekalahan ini. Rupanya kini terjadi rencana balas dendam. Setelah mengebom perkotaan hingga pedesaan di Libanon, setelah membunuh tim dari PBB, --dalam siaran BBC itu-- Israel dalam jumpa pers-nya malahan menyatakan bahwa kini dunia Internasional mendukung secara moral ke pihak Israel, karena roket - roket katyusa gerilyawan Hizbullah telah memakan korban sipil di Israel.

Repotnya, walau timnya sudah babak belur kena bom, toh sampai sejauh ini belum terlihat greget dari PBB. Amerika-pun --lewat tokoh travelling Condoleezza Rice-- tidak punya nyali untuk membungkam Israel ini. Diva ini cuma terdiam, terdiam, dan berkelit. Dan hanya marah ketika pejabat Korea Utara menyebutnya dengan 'orang sinting' ketika Rice terlalu campur tangan masalah percobaan nuklir Korea Utara. Ya, intinya badan segedhe PBB-pun tidak punya nyali menghadapi kelakuan bengal Israel ini. Amerika yang katanya polisi itu-pun cuma pura - pura tidak faham, bengong. Rupanya Amerika cuma pantas menjadi jagoan di komik - komik saja. Terus - terang, bagi saya pribadi nyali PBB cebol banget. Setelah hanya bisa terkantuk - kantuk ketika Amerika meng-invasi Irak, kini PBB hanya garuk - garuk hidung sahaja melihat kelakuan Israel.

Sebenernya sih, saya masih berharap banyak kepada nyali milik yang mulia Mahmoud Ahmadinejad, pemimpin Iran. Sayangnya pemimpin hebat ini masih terkonsentrasi dengan masalah percobaan nuklirnya. Ya namanya juga berharap, saya berharap semoga beliau diberi kelapangan kesempatan untuk membekuk si congkak Israel ini. Pertanyaan yang muncul adalah apakah kapabilitas Ahmadinejad terhadap kasus ini ?
Ya memang susah. Negara Ahmadinejad masih terpilah oleh negara lain dari lokasi konflik. Juga doktor yang insinyur lalu lintas ini cenderung konservatif. Maklum, mungkin hal ini karena dia adalah mantan tentara Korps Pengawal Revolusi Iran. Ahmadinejad yang dituduh pernah terlibat penyanderaan dalam krisis sandera Iran ini memang belum menunjukkan tanda - tanda atau reaksi yang signifikan. Mantan Walikota Teheran itu memang masih seperti terdiam, walau tidak sepenuhnya begitu. Setidaknya setelah menyampaikan bahwa kasus holocoust itu hanyalah rekaan, beliau juga sudah melontarkan pernyataan bahwa serbuan ke Libanon ini merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pelakunya harus dihapuskan dari peta bumi". Terus terang saya setuju, dan saya rasa hanya orang yang punya nyali tinggi sajalah yang bisa berkata seperti itu.
Bila bukan Ahmadinejad, .....kira - kira ..... kepada siapa lagi yang dirasa mampu dan punya nyali ? [] haris fauzi - 27 Juli 2006


GADGET

Setahu saya itu istilah untuk barang atau perkakas praktis yang sering dibawa kemana - mana seperti pulpen, dompet, kacamata, buku saku, atau arloji. Kalau jaman sekarang mungkin dilengkapi dengan telepon genggam, kamera digital, mp.3 player, dan sebangsanya, bahkan mungkin notebook berikut flashdisc-nya. Saya sering membaca istilah ini di brosur penawaran belanja kartu kredit yang tak jarang menawarkan pernak - pernik seperti itu.

Sekitar tahun 2000, saya punya suatu benda yang sering saya bawa kemana - mana. Namanya tasbih. Tasbih adalah salah satu alat untuk beribadah, biasanya digunakan untuk hitungan dalam bertasbih. Bertasbih adalah mengucapkan kalimat tasbih, suatu kalimat yang berarti mengingat Tuhan. Sembari mengucap berulang - ulang, biasanya tangan ini mengurut butir bola tasbih satu - persatu. Jumlah ucapan ini sesuai dengan jumlah bola yang terjamah. Jadi benda tasbih ini lebih berfungsi sebagai 'penghitung'. Mungkin sudah banyak yang tau fungsi tasbih ini, saya yakin.

Tasbih saya ini terbuat dari logam, dan isinya tiga puluh tiga butir bola - bola yang terangkai dengan rantai kecil, bukan dengan benang atau tali. Di induk untaian, dia memiliki tiga gantung bola lagi yang terkait dengan rantai dan gelang - gelang. Tasbih ini hadiah dari Ibunda saya. Katanya, hadiah itu juga hadiah pula. Dari rekannya, Istri Atasan Bapak saya. Kalau nggak salah oleh - oleh dari pulang haji.

Selain tasbih, saya juga pernah diberi selendang warna biru oleh Ibunda saya. Pada saat itu saya sakit cacar air, dan setelah sembuh saya tentunya harus pergi ke kampus lagi, kuliah. Ternyata di leher saya masih terdapat bopeng - bopeng yang belum sembuh betul. Sebelum berangkat Ibu memasang selendang biru itu ke leher saya. "Biar hangat, dan nggak nampak lukanya," gitu katanya. Setelah sembuh, selendang itu jadi milik saya dan saya simpan di lemari pakaian saya, dan saya bawa ketika saya boyongan ke Jakarta. Selendang biru ini saya terus tersimpan di lemari baju saya --walau sudah tidak pernah saya kenakan lagi--, dan akhirnya terbawa hingga saya punya rumah di Bogor. Akhirnya selendang ini hilang karena anak saya terlupa saat latihan menari di sekolahnya.
Selendang ini memang terbawa tetapi bukan merupakan gadget, karena tidak pernah saya bawa kemana - mana, tidak pernah ditenteng - tenteng. Tentunya berbeda dengan tasbih tadi, yang sering tercantol di pergelangan tangan saya.

Unik sekali tasbih ini. Disamping bentuknya mungil sehingga bisa saya gelangkan ke pergelangan tangan, tasbih ini juga mengkilat bila sering digunakan. Setidaknya bila sering dipegang - pegang. Kebalikannya, bila ditaruh tanpa disentuh begitu lama, warna kilaunya akan pudar. Pernah suatu saat tasbih ini saya gantungkan di spion mobil dalam jangka cukup lama. Warnanya menjadi kusam. Sekusam ketika masih tergantung di cermin rias Ibu, karena tidak pernah disentuh pula.

Selama beberapa waktu, tasbih itu selalu saya bawa kemana - mana. Otomatis biar serampangan, tasbih itu seakan senantiasa mengingatkan saya untuk bertasbih. Walau seperti apa tulis saya tadi :--serampangan--. Di saat nganggur, karena berada di tangan, otomatis saya mencoba untuk menggunakannya. Itung - itung coba - coba nambah pahala.
Bagaimana tasbih itu sekarang ?
Tasbih ini sekarang berada dalam suatu kotak. Tersimpan. Sebelum dia masuk kotak, tasbih ini putus rantainya, terburai bola - bolanya. Untungnya terburai di dalam mobil, jadi cuma terselip di jok - jok dan berkeliaran di dek mobil. Sebegitu terjadi bencana prothol ini, saya berusaha mengumpulkan di bantu Salma. Saya masukkan ke kotak tanpa menghitungnya. Entah komplit atau tidak. Rupanya saya kali ini harus berusaha melengkapinya dan menguntainya lagi, ...atau membeli yang baru.

Yang saya baru sadar, bahwa sebenarnya, selain telah akrab membawa kesana - kemari satu atau dua buah handphone, seorang muslim sebaiknya membawa kemana - mana seuntai tasbih. Tasbih ini berfungsi untuk mengingatkan kita untuk bertasbih, mengingat akan Tuhan. Tasbihnya saya anjurkan yang terbuat dari logam, sehingga bila sering dipakai, makai semakin berkilaulah bola - bolanya. Memang bisa jadi harganya agak mahal, tetapi tentunya hal ini tidaklah ada ruginya sama sekali.[] haris fauzi - 28 Juli 2006

No comments: