EMPAT KUMPULAN PUISI
Dalam liburan cukup panjang (long week end) kemarin rupanya agak kurang beruntung nasib saya. Berangkat kesiangan dari Bogor hendak ke Jakarta, dan masuk waktu dzuhur tiba di kawasan Monas-Gambir. Kami mampir dahulu ke mesjid Istiqlal. Habis kultum, kami meluncur hendak ke Taman Ismail Marzuki ... namun mampir dulu cari makan, maklum anak - anak sudah lapar rupanya.
Lewat pukul dua siang barulah kami menginjakkan bumi parkiran Taman Ismail Marzuki. Apesnya, ternyata Planetarium --tujuan awal kami-- sudah tutup sejak jam satu siang. Dan gedung pertunjukannya bahkan sudah tutup cukup lama karena perangkat tontonannya rusak. Ya sudah, kami menyusur jalanan di TIM, maju terus pantang mundur. Toh masih ada beberapa wahana lagi.
Apes lagi, karena pas hendak menonton pertunjukan teater 'Pinokio' di Teater Kecil yang gedungnya baru itu ... ternyata tiketnya sudah habis. Untungnya anak - anak nggak ngresulo.
Harapan satu - satunya adalah kios buku di sayap kanan. Ini wahana menarik buat saya. Sudah bagus sekarang, --setidaknya dibandingkan sepuluh tahun lalu saat saya terakhir ke situ. Berjualan buku - buku langka, termasuk jualan VCD petunjukan - pertunjukan yang sempat direkam di TIM. Bagus, namun hari itu saya kurang tertarik dengan VCD karena beberapa hari sebelumnya saya sudah membeli dua judul VCD seri BBC : dokumentasi Hiroshima dan sejarah teknologi angkasa luar.
Dan lagian, kala itu saya memang sedang kepincut dengan buku. Di sana ada kumpulan sastra 'Bunga rampai Pelangi', buah tangan Sutan Takdir Alisjahbana. Dua jilid cetakan baru, ilustrasi baru. Saya sudah punya sejak lama, tentunya edisi lama dan ilustrasi lama. Dan akhirnya saya membeli empat buku, kumpulan puisi semuanya.
Ibu itu datang, membawa sebuah bungkusan, datang jauh dari Zagreb.
Ibu itu datang, membawa bungkusan, berisi sepotong kepala,
dan berkata kepada petugas imigrasi yang memeriksanya:
"Ini anakku"
..........
('Zagreb' - Goenawan Mohamad; Misalkan Kita di Sarajevo, penerbit Kalam 1998)
'Kalam' setahu saya adalah majalah budaya, dan sesekali merilis bonus atau menerbitkan buku. Dan salah satu buku yang diluncurkan di tahun 1998 adalah kumpulan puisi dari Goenawan Mohamad yang hebat ini. Judul bukunya 'Misalkan Kita di Sarajevo', melengkapi 'Asmaradana' yang sudah saya miliki. Sejak lembar - lembar pertama kita langsung disuguhi untaian kata yang demikian kuat, tajam, luas, tak bertepi. Karakter khas Goenawan Mohamad, dalam pandangan saya mirip bikinan Albert Camus.
Dunia sekarang ini sedang sakit, ribut, porak poranda
Aku yang hidup terbelenggu fajar dan senja hari
Tak pernah faham seluk-beluk undang-undang planet yang kabur
.....
('Di Depan Singgasana Nabi'- Dr.M.Iqbal; Iqbal - Pemikir Sosial Islam dan Sajak - Sajak-nya; penerbit Pantja Simpati 1986)
Buku kedua adalah terbitan Pantja Simpati. Ini dulu banyak menerbitkan buku bermutu, tapi terakhir lebih sering mencetak kalender, bukunya kurang laku. Buku karya Sir Walter Scott (Ivanhoe) dan Anton Chekov (kumpulan cerpen) milik saya adalah terbitan Pantja Simpati.
Iqbal, orang Pakistan, penyair ahli religi, filsafat, dan metafisika. Dalam pandangan saya dia adalah seorang anti-kapitalis. Karena hampir sebagian besar tulisannya disini berisi ungkapan ihwal ketidaksetujuan terhadap ekspansi kapitalisme Eropa. Buku ini merupakan saripati pemikiran Iqbal dalam ihwal masalah sosial islam berikut kutipan - kutipan sajak-nya, diedit oleh Djohan Effendi dan Abdul Hadi WM. Karya hebat Iqbal sebenarnya adalah 'JavidNama' dan 'Asrar I Khudi'.
....
Usahakan selalu menandjak kedudukanmu.
Usahakan kenal satu mentri dan usahakan djadi selirnya.
Sambil djadi selir mentri tetaplah djadi selir lelaki yang lama.
......
('Pesan Pentjopet Kepada Patjarnya - WS.Rendra1967; Djakarta Dalam Puisi Indonesia - Ajip Rosidi - Dewan Kesenian Djakarta - 1972)
Jakarta di tahun 1972, pernah menerbitkan kumpulan puisi tentang dirinya. Ini yang saya tangkap dari buku ketiga. Berisi kumpulan puisi tentang metropolis Jakarta pada saat ber-ulang tahun ke 445. Dikumpulkan oleh Ajip Rosidi, nama yang sudah tak asing lagi. Bejibun puisi dirangkai dalam buku tersebut, dan yang paling asyik bagi saya adalah puisinya Goenawan Mohamad, tetapi Rendra banyak berkisah tentang sisi 'munafik' Jakarta. Polos dan telanjang, khas gaya Rendra. Bahasa dan kalimatnya agak bikin risih, menyengat. Ilustrasi sketsa-nya dibuat oleh Oesman Effendi. Coret - coret tentang Jakarta.
Yang terakhir adalah 'Tebaran Mega', kumpulan karya-karya ST Alisjahbana dikala beliau ditinggal wafat Istrinya. Membaca buku tipis ini rasanya seperti duduk di kursi tua yang dingin kayunya, sendirian dikala menjelang kelam, dengan angin yang agak leluasa menembus jendela lantas menerpa muka kita. Teduh, duka, bersahaja.
Sampai pagar aku diantarkannya,
Sepi sunyi ia pulang kembali,
Mengintailah aku dari celah daun
Meninjau senja menghamparkan kabur.
('Di Tepi Pagar'- ST.Alisjahbana ; Tebaran Mega, Dian Rakyat1935).
Rupanya saya harus mencabut kembali ucapan saya, ternyata saya sedang beruntung hari itu. Tidak apes. Empat kumpulan puisi ini buktinya.[] haris fauzi - 28 Mei 2007
salam,
haris fauzi
haris fauzi
No need to miss a message. Get email on-the-go
with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.