Tuesday, July 03, 2007

kenisah : tidak dijawab

 
TIDAK DIJAWAB
 
Salam itu maknanya 'selamat', doa keselamatan, gitulah gampangya. Dalam ajaran Islam, seseorang di-sunnah-kan atau dianjurkan sebaiknya untuk melontarkan salam dila saling bersua. Dengan harapan semua bisa saling mendoakan agar selamat sentausa. Melontarkan salam hukumnya sunnah, namun menjawab salam hukumnya malah wajib. Setiap salam yang terlontar, dalam Islam harus dijawab dengan salam yang sama, dan diusahakan lebih baik dan lebih panjang, sehingga doanya yang membalas salam akan lebih panjang dan banyak. Mangkanya pada saat ada kutbah, setelah khotib melontarkan salam, maka para pendengar wajib menjawabnya.  Ya ini kalo saya memperbincangkan term 'salam' dalam agama yang kebetulan saya anut.
 
Dalam pembukaan kegiatan sekolah, ketika guru masuk kelas, maka ada juga urusan melontarkan salam ini. Tetapi agak berbeda. Pas saya SD dulu, maka murid bersama - sama wajib melontarkan salam terlebih dahulu, lantas guru menjawabnya.  Mana yang terlebih dahulu mungkin kita tadaklah usah terlalu peduli, yang penting bertukar salam itu berbagi doa atau harapan akan kebaikan. Mulia bareng - bareng.
 
Dalam beberapa kasus salam ternyata ada anomalinya. Anomali itu perkecualian. Maksudnya begini, adakalanya salam itu malahan tidak perlu untuk dijawab. Ada banyak hal yang menyebabkan hal ini, mungkin juga sebanyak hal yang musti diperbincangkan juga sebagai wacana. Setidaknya seperti yang hendak saya ceritakan ini.
Saya dulu pernah berguru --maksudnya sekolah-- dengan seorang guru. Saya tidak perlu menyebutkan namanya. Beliau ini selalu mengucapkan salam dahulu sebelum membuka pelajaran. Salam secara Islam, lantas salam nasional. Dan kita para murid membalasnya juga sedemikian, namun tidak gegap gempita laksana saat SD. Dan setelah itu pelajaran-pun dimulai.
 
Beberapa teman datang terlambat memasuki ruangan kelas, dan saat rekan yang terlambat tadi memasuki kelas, dia mengucapkan salam juga.... dan kita membalasnya, demikian juga dengan Sang Guru. Satu orang terlambat, maka sekali kita membalas salam. Dua kali, tiga kali, dan demikian terus. Repotnya ada teman yang terlambat saat pelajaran sudah mulai intensif, sudah bukan saatnya basa - basi lagi, sudah serius. Nah, bila ada rekan yang terlambat masuk kelas dan kelas sedang tahap pelajaran serius, maka bila si telat tadi berucap salam, maka Sang Guru tadi malah menganjurkan untuk tidak usah menjawab salam yang dilontarkan. Sudah adabnya demikian, urai Sang Guru. Jadi, ada salam yang tidak terjawab. Tepatnya : tidak dijawab. Ini menyalahi dalil di atas, bahwa salam wajib bin musti dijawab. Ini yang saya sebut anomali tadi.
 
Saya punya pengalaman yang setidaknya menunjukkan keberpihakan kepada guru saya tersebut. Kebetulan pada suatu malam saya mengikuti pengajian, dan saya bukan peserta yang terlambat. Tak lama setelah saya menghabiskan sebutir jeruk, maka tibalah pak Ustadz. Guru ngaji. Dia melontarkan salam, dan kita membalasnya sambil beranjak berdiri hendak bersalaman. Beliau berkeliling menyalami peserta pengajian yang sudah asik dengan makanannya masing - masing. Tak lama setelah acara basa - basi sebentar, dimulailah pengajian tersebut.
 
Berjalan lima belas menit, masih ada saja peserta kajian tersebut yang terlambat. Namanya orang terlambat, beberapa orang, pastilah tidak bersamaan karena mereka tidaklah janjian telat. Satu persatu berucap salam dan masuk, lantas duduk. Ada yang memberanikan menyela pembicaraan sang Ustadz bahkan menyalaminya langsung didepan umum.
Setiap ada peserta terlambat yang berucap salam, maka pastilah terputus sejenak pula uraian pak Ustadz. Apalagi pake acara menjulurkan tangan segala bakal bersalaman. Saya sebagai peserta, sedikit terganggu dengan hal itu, apalagi bertubi - tubi. Raut muka Ustadz juga sering berubah ketika ada salam terdengar dimana dia menjawab dengan sedikit perbedaan nada, mungkin karena konsentrasinya terburai sejenak. Hal ini nampak jelas ketika beliau hendak melanjutkan khutbahnya, kadangkala beliau melontarkan pertanyaan,"..sampe mana tadi uraian saya ya..?".
 
Di lain kegiatan dan lain guru, saya pernah diajarkan sesuatu hal ihwal ucapan 'salam' ini. Bahwa bila kita terlambat masuk suatu forum, sebaiknya janganlah mengganggu jalannya pengajian, apapun termasuk janganlah melontarkan salam ketika pengajian sudah berjalan. Lantas yang harus dilakukan oleh peserta yang telat hanyalah mencari tempat duduk dan membisikkan salam kepada rekan sebelah. Bila perlu bersalaman jabat tangan. Gitu katanya. Entah bagaimana menurut ajarannya saya belum mencari lebih lanjut, yang jelas itu yang saya ikuti sekarang. Karena alasannya sangat logis dan jelas. Agar jalannya pengajian atau forum tersebut terkacaukan.
Dari sekian ceritera, mungkin saya harus mencari mana yang lebih akur dan mana yang lebih tepat. Namun, sejauh ini baru hanya itu yang saya tau.[] haris fauzi - 3 Juli 2007


salam,
haris fauzi
 


Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing.

No comments: