Wednesday, August 19, 2009

kenisah : bunga, salaman, dan do'a

BUNGA, SALAMAN, DAN DO'A

Yang saya maksud disini adalah bunga panenan. Bukan bunga deposito. Apabila anda kebetulan melewati jalan sekitar Pandanaran - Semarang, maka tampaklah di tepian jalan itu banyak berderet para penjual bunga. Mereka adalah penjual bunga musiman. Maksudnya musiman adalah bunga itu memang dijual --dan dibeli-- di musim - musim tertentu. Paling dominan pada musim ziarah ke makam tentunya.

Sebetulnya --dalam Islam-- tidak ada musim khusus kapan harus berziarah ke makam. Tidak ada waktu yang ditetapkan khusus. Apabila memang sedang berpetualang, berjalan - jalan, atau melaksanakan ibadah haji, maka kebetulan saja sekaligus dilakukan ziarah ke makam - makam tertentu.

Sementara menziarahi makam itu seperti halnya melaksanakan takziah kepada kerabat yang mangkat. Merupakan ibadah yang bersifat ummat, bersifat wajib ain. Penekanannya individunya lebih kepada agar setiap yang bertakziah, setiap yang berziarah ingat bahwa dia juga bakalan mati dan di tanam di tanah. Selain juga mendo'akan almarhum tentunya. Harapannya bertakziah dan berziarah adalah agar mereka sadar akan dosa - dosa dan keburukan tindak tanduk, takut dihunjamkan ke neraka paska kematian, dan lantas berkesempatan memperbaiki diri sebelum keburu mati.

Bersalaman adalah bagian dari kebaikan, karena saling memaafkan merupakan bagian dari menghapuskan keburukan. Bermaafan adalah terkait dengan kesalahan. Maka, seyogyanya setiap kali melakukan kesalahan, sebaiknya sesegera mungkin bermaafan. Walau bermaafan belum tentu secara aktual adalah bersalaman. Bermaafan memang dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin. Tidaklah terlalu banyak untungnya untuk menunda - nunda meminta maaf selain karena gengsi semata. Ya. Setiap agama pastilah menganjurkan agar ummat-nya menjadi orang yang pemaaf, sadar kesalahan, dan mampu menjadi orang yang berlapang dada. Bersalaman, bermaafan adalah simbol sifat gentleman. Dan ini tidaklah perlu menunggu menjelang lebaran untuk bermaafan. As Soon As Possible, gitu petuah Pak Camat.

Sementara do'a adalah bentuk kepasrahan manusia kepada sang Esa, menyerahkan segala usahanya kepada takdir-Nya. Do'a adalah bentuk pengharapan, walaupun tidak selalu seperti itu. Tengoklah do'a sebelum tidur dari umat Islam yang berbunyi kurang lebih,"...dengan atas nama-Mu, Ya Allah, hamba hidup, dan atas nama-Mu hamba mati". Sama sekali tidak ada harapan bahwa seseorang yang memanjatkan itu ingin tidur nyenyak dan mimpi indah. Hanya menyerahkan kepada Tuhan ihwal hidup dan mati.Agak berbeda dengan do'a belajar misalnya, karena disitu tertera dengan jelas harapan agar diberi kemudahan untuk menambah ilmu.

Do'a banyak ragamnya. Dalam masyarakat Indonesia yang kebanyakan memeluk agama Islam dengan berbagai latar belakang yang berbeda - beda, urusan berdo'a bahkan sudah membaur dengan adat menjadi kebiasaan masyarakat dengan segala ritualnya, yang mana kebanyakan ritualnya malah bersifat ke-adat-an.

Berdo'a juga merupakan simbol masyarakat relijius spiritual. Masyarakat yang memiliki keyakinan dunia ghaib. Mangkanya seringkita jumpai adanya do'a minta hujan, do'a tolak bala, do'a hajatan, dan sebagainya yang seringkali telah berbaur dengan urusan religi dan adat.

Sejatinya, berdo'a adalah hal yang dilakukan berkaitan dengan kasus - kasus tertentu. Ketika mau tidur, ya membaca do'a hendak tidur. Mau makan ya berdo'a hendak makan. Gampangnya ya diniatkan seperti itu.

Sekarang dalam kalender Islam adalah bulan Sya'ban, sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan. Dimana bulan Ramadhan ini merupakan saatnya umat Islam menyongsong ritual ibadah puasa. Namanya juga menjelang, mangkanya sering kita jumpai adanya beberapa aktivitas yang mungkin dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menjelang pelaksanaan ibadah puasa. Tak jarang kita saling bermaafan menjelang puasa, atau kita menjumpai beberapa orang yang berziarah kubur sebelum Ramadhan, dan juga tak luput kita tau beberapa masyarakat yang melakukan ritual berdo'a tolak bala menyongsong puasa. Hampir semuanya dilaksanakan di bulan Sya'ban. Bulan menjelang Ramadhan.

Perlukah itu semua ? Bagi saya pribadi tentunya hal - hal tersebut tidaklah terlalu perlu dilaksanakan berkaitan dengan ibadah puasa. Urusan saling memaafkan, berziarah, dan berdo'a bersama adalah ihwal yang terlepas dari niatan memasuki bulan Ramadhan. Saling memaafkan, berziarah, dan berdo'a bukan hal yang berdosa, malah dianjurkan, namun hal itu tidak terkait dengan niatan pelaksanaan ibadah puasa. Memaafkan harus dilaksanakan secepatnya tanpa harus menunggu datangnya puasa. Berziarah adalah untuk mengingat kematian kita, bukan untuk menyambut Ramadhan. Sementara memanjatkan do'a adalah bentuk kepasrahan, bukan merupakan rangkaian ibadah puasa Ramadhan.

Lantas, apa yang harus dipersiapkan menyongsong Ramadhan ? Bulan Sya'ban memang merupakan bulan dimana umat Islam diharapkan untuk bersiap - siap menyongsong puasa. Sebetulnya tidak hanya bulan Sya'ban, pada bulan Rajab-pun harusnya sudah dimulai. Ada beberapa persiapan yang harus dikerjakan menjelang bulan Ramadhan. Secara garis besar ada empat aspek yang perlu dipersiapkan. Yang pertama yakni aspek ruhani, berupa kesiapan niat atau dikalangan anak muda lebih dikenal dengan 'kebulatan tekad'. Yang kedua adalah kesiapan fisik menahan lapar. Dua aspek ini biasanya dilatih di bulan Sya'ban. Maka tak heran bila ada sahabat yang pernah berkisah bahwa rasul Muhammad banyak sekali berpuasa di bulan Sya'ban melebihi bulan - bulan yang lain hingga mendekati banyaknya puasa di bulan Ramadhan. Ini dimaksudkan sebagai latihan.

Dua aspek yang lain yakni aspek pengetahuan mengenai ritual puasa dan aspek finansial. Persiapan ihwal kedua aspek ini biasanya dimulai di bulan Rajab. Karena orang harus belajar banyak, dan mungkin waktu sebulan tidaklah cukup. Demikian juga dengan aspek finansial. Siapa bilang puasa tidak butuh duit ? Bukan berarti lantas kita berboros-ria menjelang lebaran. Namun, sebaiknya di bulan Ramadhan, umat Islam disarankan untuk mengurangi porsi usaha mengejar duit. Maksudnya biar lebih terkonsentrasi ke tafakur dan tadarus. Nah, untuk itu, kebutuhan sehari - hari harusnya dipenuhi dari tabungan yang di dapatkan pada usaha di bulan - bulan sebelumnya.

Nah, ihwal menjelang puasa begitulah kira - kira menurut saya. Bagaimana menurut anda ? [] haris fauzi - 19 Agustus 2009

salam,

haris fauzi

No comments: