ITHINK, MAS EET, DAN PAK TUEK Beberapa kali saya mengunjungi lapak - lapak itu. Selain untuk membeli atau sekedar 'browsing', saya juga kangen dengan 'bara' rock n roll yang kedapatan selalu menyala disana. Bila ketika mendekati lapak Mas Ithink maka ada semacam semangat rock n roll yang menggelora, maka tak jauh berbeda dengan lapak Mas Eet dan pak Tuek. Viva Mas Ithink, Viva Mas Eet, Viva Pak Tuek. Long Live Rock n Roll...[] haris fauzi - 23 april 2010 ------------------ btw,... bendel 80 artikel pilihan KENISAH detik ini sedang dalam proses lay-out format buku, trims buat teman - teman untuk saran - sarannya --- |
Sunday, April 25, 2010
kenisah : ithink, mas eet, dan pak tuek
Wednesday, April 14, 2010
kenisah : awas curang
AWAS CURANG "Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syuaib. Ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu berlaku curang (mengurangi sukatan, takaran dan timbangan), sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan." QS. Hud (11) : 84" Mohon maaf bila dalam tulisan saya kali ini lagi - lagi akan mengutip dari kitab suci Al Qur'an. Tak lebih ya karena saya tergelitik ketika dalam kitab tersebut mengungkapkan banyak sekali hal - hal yang ternyata tidak saya ketahui. Banyak sekali dan bisa membuat saya terkejut takjub. Salah satunya adalah tentang sifat 'curang'. Kadang, kita manusia 'dewasa' sering menyepelekan sifat 'curang' ini. Dan bahkan secara umum sifat curang lebih diidentikkan dengan sifat anak kecil yang nakal, suka tidak jujur dalam permainan, sehingga ingin menang dalam bentuk dan cara apapun. Entah main kelereng, sepak bola, atau apapun. Termasuk bagaimana seorang murid berbuat curang ngerepek untuk mendapatkan nilai baik di saat ujian, yang ini sering disebut dengan 'kecurangan akademis'. Manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Contohnya adalah sifat jujur. Konon, sebelum nabi Muhammad menjadi Rasul, beliau sudah berpredikat sebagai orang jujur. Nabi tentunya manusia hebat, mangkanya dia bisa berlaku jujur dengan sempurna. Sebagai manusia biasa dalam era kekinian, rasanya hampir sulit menemukan orang yang benar - benar jujur. Saya beberapa kali mengumbar bohong, dari hal - hal kebohongan menghindari sales door-to-door misalnya, dari sales kartu kedit misalnya. dan masih banyak lagi. Sulit untuk tidak berbohong. Sulit untuk total jujur, karena sifat bohong seperti sudah menjadi 'sego jangan asem' bagi manusia era modern ini. Sejatinya salah satu tugas manusia adalah menekan habis - habisan sifat 'pembohong' ini, walau tentunya nggak gampang. Contoh lain adalah sifat curang. Dus, sifat curang --yang maknanya bersinggungan dengan sifat 'tidak jujur'-- ternyata juga mengendap tidak hanya di kelakuan anak kecil. Banyak bener contohnya di kalangan dewasa. Lihatlah bagaimana Maradona memegang bola untuk meraih kemenangan. Bagaimana seorang pegawai berlaku curang untuk naik jabatan. Bagaimana kontestan ingin menang pemilihan dengan segala cara. Bagaimana koruptor mengatur - atur urusan bisa lolos dari jerat hukum. Bagaimana - bagaimana yang lain tentunya dengan mudah kita jabarkan dan tentunya hanya akan memenuhi limitasi karakter di tulisan ini. Cuma, masalahnya bila ada manusia dewasa yang melakukan hal kecurangan, maka seakan itu adalah perkara kecil yang layak disepelekan. Dianggap sepele dan lantas seakan - akan ketika melakukan tidaklah menjadi beban. Sehingga kadang kesalahan kecurangan menjadi kebiasaan, bisa dianggap cekikak - cekikik guyonan, sebagai bahan cerita kelakaran, dan lantas disepelekan bila ada yang memperingatkan. 'Curang' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis artinya sebagai 'tidak jujur', atau dan juga 'tidak lurus hati; tidak adil'. Sementara orang yang berlaku curang artinya sama dengan menipu atau mengakali. Dan -masih menurut kamus tersebut- perbuatan curang identik dengan keculasan. Nah, inilah yang mengejutkan saya. Ternyata sifat curang itu termasuk sifat yang dilaknat Tuhan dan bakal diganjar dengan azab yang besar. Setidaknya dalam Al Qur'an surat Hijr dan surat Hud dikisahkan bagaimana penduduk daerah Aikah kota Madyan diporak-porandakan oleh bencana yang demikian besar sehingga memusnahkan mereka semua. Kalau toh penduduk Sodom di-punah-kan oleh Tuhan karena kelakuan penyimpangan seksualnya, mungkin kita maklum. Namun ini, gara - gara berbuat curang, maka seluruh kampung Madyan luluh lantak dihajar bencana. Dalam kasus kampung Madyan, ada dua hal utama yang membuat turunnya azab yang membinasakan mereka. Yang pertama adalah kelakuan mereka yang sering berlaku curang dalam perniagaan yakni mengurangi sukatan (takaran) sehingga merugikan orang lain. Kesalahan kedua mereka adalah menyepelekan peringatan Syuaib tentang zalimnya berkelakuan 'curang' ini. Setelah diingatkan oleh nabi Syuaib, mereka malah mencemooh Syuaib. Dua hal ini --kecurangan dan mencemooh peringatan-- sudah cukup bagi Tuhan untuk kemudian membinasakan penduduk Madyan. Bila kita sedang berkendara lantas menyalip dari sisi kiri --atau malah bahu jalan-- apakah itu curang ? Bila demi karir kita 'mengerjai' rekan kerja kita apakah itu curang ? Bila kita menelisipkan dokumen palsu apakah itu curang ? Bagaimana dengan 'bila-bila' yang lain ? Apakah itu kecurangan ? Bisa jadi, hati kita-lah yang bisa menetapkan apakah itu sebuah kecurangan atau tindak yang bukan merupakan kecurangan. Namun yang jelas, bentuk kecurangan berbuntut azab yang maha berat. Apalagi bila ketika diperingatkan malah menyepelekan. Itu saja. Maka, sekali lagi, jangan sepelekan sifat 'curang'. Abot nyonggone.[] haris fauzi - 14 april 2010 salam, haris fauzi |
Monday, April 05, 2010
kenisah : semoga tidak terlewatkan
SEMOGA TIDAK TERLEWATKAN "Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya Ruh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu tunduk sujud kepadanya". (QS-Shaad 72) "Iblis berkata : Aku lebih baik daripadanya karena kau ciptaan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS-Shaad 76). Setidaknya ada dua misteri besar yang dihadapi manusia di alam ini, yang pertama adalah tentang penciptaan semesta --tentunya penciptaan manusia juga. Misteri kedua adalah ihwal kiamat. Sudah banyak literatur yang mencoba mengungkap kedua misteri tersebut, mulai dari berbasis ilmiah hingga pewahyuan atau berdasar kalam Ilahi. Dua hal ini memang perihal yang besar, yang menjadi dasar mengapa manusia ada, dan kemudian lantas hendak kemana tujuannya. Para filsuf dengan tanpa kenal menyerah sudah berabad - abad --sejauh ini-- memeras kemampuannya untuk menerjemahkan dan mencoba memahami dengan keterbatasan masing - masing. Para ahli dakwah mencoba menasehati para kaumnya tentang dua hal ini dengan bahasa dan penerjemahan masing - masing. Para ilmuwan, apalagi, tak kunjung berhenti memperbincangkan awal muasal alam semesta dan juga menghitung - hitung umur dan sisa usianya. Penciptaan manusia --versi bukan kera-- dipercaya sebagai hal yang lebih bisa difahami ketimbang evolusi manusia dari kera. Sementara teori evolusi kera timbul tenggelam tergantung situasi opini. Kedua teori ini masih adu urat hingga kini, dengan dalil masing - masing. Ketika memperbincangkan teori penciptaan manusia, ada baiknya menyimak secuil kisah dalam kalam Tuhan tentang penciptaan manusia yang disingkap dalam dua ayat di atas. Dua ayat itu berceritera seputar masa penyempurnaan penciptaan manusia, fase - fase akhir perwujudan sesosok makhluk yang kemudian disebut dengan manusia. Dalam ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa manusia yang diciptakan dari tanah dan lantas bisa bernyawa dan berhati - pekerti dan menjadi makhluk sempurna karena adanya ruh yang ditiupkan oleh Tuhan. Juga dikisahkan bahwa iblis adalah makhluk yang diciptakan dari api. Saya ulang, bahwa disebutkan setelah manusia itu memiliki ruh, maka jadilah dia sebagai makhluk yang sempurna sehingga semua makhluk yang lain diperintahkan oleh Tuhan untuk bersujud hormat kepadanya. Singkat cerita, pesan dari kedua ayat tersebut sebenarnya cukup banyak, dan tentunya ada yang gamblang terlihat, ada pula yang bersayap maknanya sehingga harus berpikir beberapa kali untuk mengerti maksudnya. Selain berkisah tentang penciptaan manusia yang dikisahkan cukup gamblang, kedua ayat tersebut menyampaikan sebuah peringatan. Salah satunya adalah ihwal parameter derajat kesempurnaan manusia. Pada ayat nomer 72 disebutkan bahwa setelah manusia diciptakan, dan lantas penyempurnaan kejadian, maka manusia itu menjadi makhluk yang sempurna. Sehingga Tuhan memerintahkan kepada semua makhluk yang lain untuk tunduk kepada manusia. Dalam ayat tersebut, tersirat --namun cukup kentara-- bahwa ruh yang ditiupkan itulah yang membuat manusia menjadi makhluk yang tinggi derajatnya. Dalam kisah penciptaan, Tuhan menyebutkan ruh itu sebagai faktor penyempurnaan. Jadi, karena ruh --yang ditiupkan Tuhan-- inilah inti yang menjadikan kesempurnaan manusia sehingga manusia dinobatkan sebagai makhluk yang lebih baik daripada makhluk yang lain, --lebih tinggi derajatnya. Sehingga pula Tuhan memerintahkan kepada semua makhluk yang telah diciptakan sebelumnya untuk hormat kepada manusia. Lantas, ada peringatan apa ? Ayat 72 tersebut butuh ayat referensi lain untuk menguatkan pesan - pesannya. Bila kita korelasikan dengan ayat nomer 76, maka sungguh jelas bahwa ada peringatan yang tertuang dengan tajam. Lihatlah, bahwa dalam ayat 76 disebutkan bahwa iblis tidak mau tunduk karena dia merasa lebih baik daripada manusia. Bukan karena masalah ruh, melainkan iblis merasa lebih baik daripada manusia karena sebab dia diciptakan dari materi api. Ada perbedaan sudut pandang antara Tuhan dan Iblis. Bahwa Iblis memandang dari sisi materi penciptaan, sementara Tuhan memandang kemuliaan dari sisi ruh. Inilah masalah yang terjadi kala penciptaan manusia. Dan mungkin, bisa jadi masalah ini juga terjadi di depan kita semua sekarang. Tuhan menyempurnakan manusia sebagai makhluk terbaik dengan parameter ruh, sementara iblis menentangnya dengan sudut pandang materi. Ini dua untaian pesan yang menjadi kuat ketika di-'cantel'-kan dan lantas disatukan dalam memaknainya. Masalah yang terjadi sekarang adalah, adakah dari kita yang memandang parameter materi sebagai pangkal kemuliaan derajat seseorang ? Yang ber-sujud --hormat-- kepada seseorang karena materinya ? Inilah peringatan itu. Bisa jadi peringatan yang sejatinya sungguh penting namun bisa jadi hal ini terlewatkan. Penting karena dalam perjalanan hidup ini, sebaiknya manusia mengenal fitrah dan asal muasalnya. Dan tentunya parameter - parameter yang menyertainya. Parameter ini menjadi bermasalah bila kedapatan bias dalam perjalanannya, atau melenceng sama sekali dari rel yang sudah ada. Dalam dunia yang sangat 'materi oriented' seperti sekarang ini, alangkah sulitnya mengikuti ajaran dan parameter Tuhan. Bukan hal yang gampang untuk bersicepat menghormati kemuliaan ruh yang ditiupkan Tuhan--yang mana berarti adalah nilai - nilai ruhaniah-- sesuai ajaran Tuhan. Yang ada adalah seringkali kita terjebak kepada parameter iblis, yakni mengukur dari parameter materi. Ini hal yang jamak. Dan, di dunia seperti inilah kita hidup sekarang. Dimana sisi materi mengemuka dan sangat menarik untuk dikejar - kejar. Dan lantas menjadikan orang dihormati, seperti apa yang terdapat dalam pikiran sang iblis. Dunia materi seperti inilah yang diharapkan iblis, sehingga manusia - manusia mengikuti pola pikirnya. Kalo perlu seluruh jagad ini mengikuti -isme ala iblis seperti ini. Namun, Tuhan sudah memperingatkan semenjak dini. Salah satunya dalam dua ayat di atas. Setelah era pewahyuan ditutup oleh Rasul Muhammad, Tuhan percaya bahwa manusia mampu menjaga dirinya. Semoga peringatan ini tidak terlewatkan.[] haris fauzi - 05 april 2010 salam, haris fauzi |
Subscribe to:
Posts (Atom)