Wednesday, April 14, 2010

kenisah : awas curang

AWAS CURANG

"Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syuaib. Ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu berlaku curang (mengurangi sukatan, takaran dan timbangan), sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan."
QS. Hud (11) : 84"


Mohon maaf bila dalam tulisan saya kali ini lagi - lagi akan mengutip dari kitab suci Al Qur'an. Tak lebih ya karena saya tergelitik ketika dalam kitab tersebut mengungkapkan banyak sekali hal - hal yang ternyata tidak saya ketahui. Banyak sekali dan bisa membuat saya terkejut takjub. Salah satunya adalah tentang sifat 'curang'.

Kadang, kita manusia 'dewasa' sering menyepelekan sifat 'curang' ini. Dan bahkan secara umum sifat curang lebih diidentikkan dengan sifat anak kecil yang nakal, suka tidak jujur dalam permainan, sehingga ingin menang dalam bentuk dan cara apapun. Entah main kelereng, sepak bola, atau apapun. Termasuk bagaimana seorang murid berbuat curang ngerepek untuk mendapatkan nilai baik di saat ujian, yang ini sering disebut dengan 'kecurangan akademis'.

Manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Contohnya adalah sifat jujur. Konon, sebelum nabi Muhammad menjadi Rasul, beliau sudah berpredikat sebagai orang jujur. Nabi tentunya manusia hebat, mangkanya dia bisa berlaku jujur dengan sempurna.
Sebagai manusia biasa dalam era kekinian, rasanya hampir sulit menemukan orang yang benar - benar jujur. Saya beberapa kali mengumbar bohong, dari hal - hal kebohongan menghindari sales door-to-door misalnya, dari sales kartu kedit misalnya. dan masih banyak lagi. Sulit untuk tidak berbohong. Sulit untuk total jujur, karena sifat bohong seperti sudah menjadi 'sego jangan asem' bagi manusia era modern ini. Sejatinya salah satu tugas manusia adalah menekan habis - habisan sifat 'pembohong' ini, walau tentunya nggak gampang.

Contoh lain adalah sifat curang. Dus, sifat curang --yang maknanya bersinggungan dengan sifat 'tidak jujur'--  ternyata juga mengendap tidak hanya di kelakuan anak kecil. Banyak bener contohnya di kalangan dewasa. Lihatlah bagaimana Maradona memegang bola untuk meraih kemenangan. Bagaimana seorang pegawai berlaku curang untuk naik jabatan. Bagaimana kontestan ingin menang pemilihan dengan segala cara. Bagaimana koruptor mengatur - atur urusan bisa lolos dari jerat hukum. Bagaimana - bagaimana yang lain tentunya dengan mudah kita jabarkan dan tentunya hanya akan memenuhi limitasi karakter di tulisan ini.

Cuma, masalahnya bila ada manusia dewasa yang melakukan hal kecurangan, maka seakan itu adalah perkara kecil yang layak disepelekan. Dianggap sepele dan lantas seakan - akan ketika melakukan tidaklah menjadi beban. Sehingga kadang kesalahan kecurangan menjadi kebiasaan, bisa dianggap cekikak - cekikik guyonan, sebagai bahan cerita kelakaran, dan lantas disepelekan bila ada yang memperingatkan.

'Curang' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis artinya sebagai 'tidak jujur', atau dan juga 'tidak lurus hati; tidak adil'. Sementara orang yang berlaku curang artinya sama dengan menipu atau mengakali. Dan -masih menurut kamus tersebut- perbuatan curang identik dengan keculasan.

Nah, inilah yang mengejutkan saya. Ternyata sifat curang itu termasuk sifat yang dilaknat Tuhan dan bakal diganjar dengan azab yang besar. Setidaknya dalam Al Qur'an surat Hijr dan surat Hud dikisahkan bagaimana penduduk daerah Aikah kota Madyan diporak-porandakan oleh bencana yang demikian besar sehingga memusnahkan mereka semua.

Kalau toh penduduk Sodom di-punah-kan oleh Tuhan karena kelakuan penyimpangan seksualnya, mungkin kita maklum. Namun ini, gara - gara berbuat curang, maka seluruh kampung Madyan luluh lantak dihajar bencana.

Dalam kasus kampung Madyan, ada dua hal utama yang membuat turunnya azab yang membinasakan mereka. Yang pertama adalah kelakuan mereka yang sering berlaku curang dalam perniagaan yakni mengurangi sukatan (takaran) sehingga merugikan orang lain.
Kesalahan kedua mereka adalah menyepelekan peringatan Syuaib tentang zalimnya berkelakuan 'curang' ini. Setelah diingatkan oleh nabi Syuaib, mereka malah mencemooh Syuaib. Dua hal ini --kecurangan dan mencemooh peringatan-- sudah cukup bagi Tuhan untuk kemudian membinasakan penduduk Madyan.

Bila kita sedang berkendara lantas menyalip dari sisi kiri --atau malah bahu jalan-- apakah itu curang ? Bila demi karir kita 'mengerjai' rekan kerja kita apakah itu curang ?  Bila kita menelisipkan dokumen palsu apakah itu curang ? Bagaimana dengan 'bila-bila' yang lain ? Apakah itu kecurangan ?
Bisa jadi, hati kita-lah yang bisa menetapkan apakah itu sebuah kecurangan atau tindak yang bukan merupakan kecurangan. Namun yang jelas, bentuk kecurangan berbuntut azab yang maha berat. Apalagi bila ketika diperingatkan malah menyepelekan. Itu saja. Maka, sekali lagi, jangan sepelekan sifat 'curang'. Abot nyonggone.[] haris fauzi - 14 april 2010


salam,

haris fauzi

No comments: