Monday, April 18, 2011

kenisah : gerakan hewan

GERAKAN HEWAN

Ini tentunya bukan urusan adanya seekor hewan yang ikut serta dalam ritual sholat. Sebagai intermezzo, pernah ada kisah tentang seekor kucing dalam sholat berjamaah. Saking seringnya ikut sholat, lama - kelamaan keberadaan kucing tersebut menjadi blunder yang berakibat adanya bid'ah.
Ini juga bukan membicarakan serangga yang kadangkala mengganggu konsentrasi, semisal dengan berdenging di lubang telinga. Atau, bila di surau yang terbuka, pada musim laron sering kita jumpai laron yang jatuh dari lampu dan mendarat di kepala. Tapi sekali lagi bukan seperti itu yang saya maksud.

Ini kisah nyata yang cukup lama. Jadi ketika masih mengaji di masjid kampung --agak dulu banget, masa kecil-- saya ingat bagaimana guru ngaji -yang kala itu juga mengajarkan sholat-  mengatakan bahwa ketika sholat gerakannya tidak boleh seperti ayam. "Jangan seperti ayam mematuk jagung", begitulah katanya. Saya ingat betul. Maksudnya, memang dalam ruku' dan sujud gerakannya tidak boleh terburu - buru seperti ayam yang sedang mematuk jagung. Ya namanya masih biang ribut kala itu, ketika para bocah sholat sendiri - sendiri, biasanya memang ngebut dan melakukan gerakan sujud dan ruku' dengan cepat seperti seekor ayam yang sibuk mematuk jagung.

Sementara hewan bernama anjing, dalam sebuah pengajian saya pernah dengar bahwa ketika sedang bersujud, posisi lengan tidak boleh menempel total semuanya ke tanah. Siku harus diangkat, agar tidak seperti anjing penjaga yang sedang bersantai. Bagaimana posisi lengan anjing penjaga yang sedang bersantai ? Mungkin, contoh paling gampang adalah pose patung sphinx yang mana kedua kaki depannya yang menapak tanah di sepanjang lengan bawahnya. Ketika sedang bersujud, yang menapak tanah adalah telapak tangan, bukan hingga siku.

Apakah unta dalam gerakan sholat ? Saya pernah mendengar cerita bagaimana unta membanting dengkul-nya ketika hendak beristirahat. Berdebum. Gerakan ini menghasilkan debu yang menggumpal memenuhi udara seperti pasukan kuda melewati padang pasir. Dalam sholat, gerakan ini tidak diperbolehkan. Ya tentu saja tidak ada debu sebanyak itu di mushola atau masjid. Bukan masalah debunya, tapi gerakan spontannya yang tidak diperkenankan. Jadi, setelah i'tidal tidak boleh membanting dengkul untuk gerakan sujud. Musti dikerjakan dengan se-khusyu' mungkin. Gerakan khusyu' artinya adalah tidak membanting dengkul. Begono.

Sementara keledai termasuk memiliki gerakan yang tidak boleh ditiru dalam sholat. Yang dimaksud disini adalah ekornya. Seorang penceramah mengatakan bahwa gerakan ekor keledai yang harus dihindari adalah ketika selesai berucap salam dalam akhir sholat, seseorang membalik - balikkan telapan tangan kanan dan kirinya seperti ekor keledai. Ini kata penceramah dalam sebuah pengajian.

Bagi saya pribadi, gerakan ekor keledai lebih mirip dengan lambai-ayunan tangan. Beberapa orang kadang seusai i'tidal melepaskan turun tangannya lantas bergantung bebas dan mengayun kesana - kemari. Sekali lagi ini saya kaitkan dengan pembelajaran sholat yang saya terima. Pernah pula diajarkan oleh guru sholat, bahwa setelah i'tidal tangan harus langsung bersiaga lurus dan diam, tidak boleh mengayun - ayunkan tangan. Secara estetika, gerakan mengayunkan tangan ini memang kurang keren dipandang.

Tentunya banyak gerakan - gerakan lain yang tidak perlu juga. Semisal gerakan ayam berkokok, anjing berlari, unta minum, dan keledai nyengir juga harus dihindari. Maksudnya, dalam sholat juga gak boleh bercakap - cakap, nggak boleh sambil gerak apalagi berlarian kesana - kemari, nggak boleh sambil minum, dan nggak boleh bercanda. Selain itu --sekali lagi-- tentunya masih banyak lagi.[] haris fauzi - 18 april 2011
 

No comments: