Entah ini sebuah kesalahan atawa bukan. Jadi begini. Saya mendapat peluang dalam
bidang perangkat lunak. Untuk ini harus dicoba
mempelajari dari dua sisi, yakni sisi manufaktur dan sisi market. Menurut
analisa beberapa rekan yang diminta-pertimbangan, calon aplikasi tersebut
bukanlah barang sulit. Itu bukan aplikasi yang terlalu sulit. Apalagi saya sudah menemukan metodologi
fungsinya yang sedemikian rupa sehingga
lebih mudah pembuatannya. Itu dari sisi manufaktur aplikasi. Yang kedua dari
sisi pasar. Setelah kasak – kusuk mencari informasi, ternyata pasarnya cukup
luas. Peluang meraup keuntungan terbuka cukup lebar.
Walhasil dimulailah pekerjaan ini. Start dari sini jelas
butuh programmer, dan tentunya harus disiapkan biaya yang cukup untuk membayar
seorang programmer agar mau menyusun program sesuai dengan aplikasi yang
dimaksudkan. Dan singkat ceritera, dalam hitungan minggu usai sudah pembuatan
program tersebut. Tidak ada kesepakatan apapun antara saya dan programmer
selain masalah harga. Saya membayar honor, dan dia membuat pesanan. Suatu
bayaran atau harga yang cukup tinggi sesuai permintaan si programmer. Disebut sebagai ‘harga yang tinggi’ karena dua
hal, pertama tidak sedikit-pun saya menawar harga tersebut. Saya langsung
meng-iya-kan. Hal kedua adalah harga tersebut hanya untuk menyusun program berbasis
MySQL. Sebuah harga yang seharusnya dibayarkan untuk menyusun program yang
lebih kompleks, mungkin menggunakan Java. Tapi itu tidak mengapa. Toh bila
aplikasi tersebut giat dipasarkan, tentunya keuntungan akan muncul berlipat
pula. Singkat ceritera, selesailah sudah penyusunan program aplikasi tersebut dan
di-tanam di server yang telah dikehendaki.
Masalah baru timbul ketika si programmer mengetahui bahwa
aplikasi tersebut ternyata memiliki pasar yang sangat potensial. Dengan melihat
adanya peluang, maka dengan gerak cepat dia segera memasuki basis server dimana
aplikasi tersebut ditanam dan merubah beberapa kunci program agar aplikasi
tersebut tidak bisa diduplikasi. Saya tidak menyadari gerakan ini, dan baru
mengetahui belakangan ketika tidak bisa dilakukan instalasi kepada calon
pembeli. Dan problem makin nyata ketika si programmer nyata – nyata meminta
tambahan duit apabila aplikasi tersebut akan dijual kepada setiap calon
pembeli.
Kesalahan yang nampak adalah saya tidak menekankan dalam
kontrak honor di awal bahwa programmer
tidak ber-hak atas kunci atau bagaimanapun aplikasi itu diperlakukan.
Memang programmer bisa memiliki paradigma lain bahwa dia-lah membuat program sehingga
berhak memegang kunci aplikasi tersebut. Dalam versi internal, hal ini bisa
menjadi sebuah perdebatan yang mungkin bisa dijelaskan melalui perumpamaan
sederhana. Yakni seperti membuat rumah.
Saya memiliki desain rumah, saya memiliki biaya untuk membangun rumah tersebut,
saya juga memiliki calon pembeli yang berminat kepada rumah tersebut. Untuk itu
karena saya tidak terbiasa menempel batu bata terhadap semen dan saya juga
tidak pernah menyerut kayu, maka lantas
membayar tukang batu untuk menyusun dinding, lantai, kayu dan atap.
Namun masalahnya adalah ketika rumah tersebut telah selesai
dibangun dan hendak saya jual dengan harga tinggi, serta – merta mengetahui
harga tersebut mendadak tukang tersebut lantas mengunci semua pintu – jendela
dan membawa kabur kuncinya. Alasan utamanya adalah, bila rumah itu dijual
dengan harga tinggi, maka dia berhak meminta tambahan bayaran. [] haris fauzi –
17 mei 2012
No comments:
Post a Comment