Berikut simpulan yang saya dapat dari para guru ngaji saya, --- ihwal bagaimana kita harus mengaji al-Qur'an. Setidaknya ada empat 'target' utama dalam mengaji al-Qur'an. Pertama adalah khattam, kedua menghafal / hafiz, ketiga adalah memahami makna, yang keempat adalah pengamalannya.
Jaman saya kecil dulu, saya selalu di-motivasi untuk mengaji sebanyak - banyaknya, sesering - seringnya, sehingga bisa khattam secepat - cepatnya. Bapak seringkali bilang bahwa membaca al-Qur'an itu berpahala huruf per-huruf. Semakin banyak yang dibaca, maka semakin banyak pula pahalanya. Singkat cerita, seseorang yang meng-khattam al-Qur'an akan memperoleh pahala yang besar dan banyak.
Ketika mulai beranjak SMP, barulah saya disuruh menghafal beberapa surat dalam Juz Amma. Nah, inilah keteledorannya, hingga kini belum lengkap itu hafalan juz 30, apalagi 30 juz. Pahala menghafal al-Qur'an ini adalah jaminan masuk surga. Jelas sekali saya dengar dari guru ngaji. Seorang penghafal al-Qur'an, hafiz, haruslah senantiasa menjaga kelakuannya. Apabila dia tidak konsisten mendaras, maka akan hilang beberapa hafalannya. Pun pula ketika dia berkelakuan buruk, maka akan ada beberapa memori hafalan yang hilang. Singkat cerita, seorang hafiz akan memperoleh imbalan surga, dan tentunya akan berkelakuan mulia selama hidupnya demi menjaga memori hafalan tersebut.
Sekitar lima belas tahun lalu, saya mulai mencoba cara baru dalam mengaji al-Qur'an, yakni berikut membaca terjemahannya. Ketika seorang ustadz - hafiz memuji cara tersebut, barulah saya yakin benar tentang cara baru mengaji tersebut. Mengaji dengan cara ini memberikan makna dan kemudahan dalam aplikasinya. Berbeda dengan mengaji khattam yang tidak mengerti makna.
Mulai-lah anak saya metodologi demikian, pun-pula Ibu saya saya anjurkan mengaji cara baru tersebut. Semula Ibu sempat mengeluh bahwa mengajinya lambat progres-nya gara - gara harus mengerti terjemahannya. maklum, mengerti terjemahan al-Qur'an tidaklah mudah, harus dibaca berulang - ulang. Namun setelah mendapatkan guru terjemahan, Ibu merasakan manfaat mengaji cara baru tersebut, pun-pula Istri melakukan hal serupa dengan bantuan guru ngaji. Mengaji cara seperti ini mendapatkan pahala pemahaman, dan tentunya bila diterjemahkan kepada kehidupan sehari - hari akan menjadi amalan yang berpahala dan bermanfaat bagi sekitar.
Dari sisi pengamalan, jelas mengaji cara terjemahan mendidik seseorang untuk ber-akhlak mulia, sementara mengaji hafalan demikian pula. Pengamalan ini bukan perkara mudah, karena seseorang yang meng-khattam-kan al-Qur'an berulang - ulang tentunya tidak akan mudah menerapkan peri hidup ajaran al-Qur'an bila dia ternyata tidak faham maknanya. Jadi, pilihlah semua target tersebut, bila tidak terkejar, maka pilihkan salah satu atau dua target. Oke ? [] haris fauzi - 25 Juli 2013
ilustrasi : cover buku karya Ir. Awang Surya
(ilustrasi-ne gak onok hubungane langsung karo artikel iki)
(ilustrasi-ne gak onok hubungane langsung karo artikel iki)