Masihkah kita ingat peristiwa Habil dan Qabil ? Ketika mereka berdua diperintahkan ber-kurban kepada Allah dengan harta mereka, Qabil mengorbankan sisa-sisa hasil pertaniannya, sementara Habil mengorbankan ternak terbaiknya. Akhirul kisah, mengorbanan Habil diterima Allah, sementara pengorbanan Qabil ditolak.
Dalam keseharian, kita sering diperintahkan untuk berkurban kepada Allah. Sebagai contoh pengorbanan harta dan pengorbanan waktu demi Allah. Sebagian manusia, mencontoh Qabil dengan menyerahkan sisa-sisa uangnya. Setelah segalanya tercukupi barulah menyisihkan untuk Allah. Bila ada sisa, bila tidak bersisa, maka tidak terlaksana pengorbanan tersebut. Mereka menjadi pengikut Qabil.
Juga ihwal waktu, seringkali kita mencontoh Qabil dengan selalu memberikan waktu sisa untuk mengaji, memakmurkan masjid, atau datang ke ceramah ta'lim. Istilahnya, bila sempat. Bila tidak sempat ya tidak punya waktu untuk Allah. Kita kehabisan waktu untuk kepentingan urusan lain, sehingga jangankan bersisa untuk Allah. Bahkan tidak sempat sama sekali. Tidak ada pengorbanan waktu untuk Allah.
Tidakkah teladan Habil dilaksanakan ? Menyiapkan harta terbaik untuk Allah, dan mementingkan segala waktu untuk keutamaan perintah Allah melebihi kesibukan yang lain.
Dalam dunia ini, ternyata lebih mudah mencontoh Qabil dibanding meneladani Habil. Apakah yang terjadi dengan Habil dan Qabil kemudian ? Qabil melakukan tindakan tercela dengan melakukan pembunuhan. Maka saksikanlah bahwa semakin banyak pengikut Qabil, juga semakin banyak terjadi pembunuhan. [haris fauzi - 22 februari 2012]
No comments:
Post a Comment