Thursday, August 29, 2019

Ibukota, OBOR, dan Iluminati



DKI Jakarta bisa saja menyerahkan mahkota ibukota ke PPU-Kukar, Penajam Paser Utara Kutai Kartanegara. Kelak namanya adalah DKI PPU-Kukar. Nama yang panjang, terdiri dari dua wilayah kabupaten calon Ibukota (baru) Negara pilihan Presiden Jokowi. Lokasinya di Kalimantan Timur. Trus masalahnya apa ? Bangsa ini beberapa kali pindah Ibukota, namun tidak bermasalah sengit. Tinggal bagaimana bangsa ini memitigasi potensial masalah yang bakal timbul.

Latar belakang --alasan-- pemindahan Ibukota adalah kutukan banjir di Jakarta, rawan bencana, dan kemacetan akut. Ini niatnya pindah Ibukota dari Jakarta ke PPU Kukar. Apakah problem tersebut terjawab ? Sejauh ini sepertinya calon ibukota baru belum bisa menjawab semuanya. Kukar beberapa kali banjir. PPU memang tidak macet, lha memang daerah ini masih sepi. Di sisi lain, Gubernur DKI Anies sepertinya berjuang keras agak usulan pemindahan Ibukota ini urung. Anies masih berharap Ibukota Negara ada di Jakarta. Berbeda dengan Presiden Jokowi yang kukuh dengan pendiriannya memindahkan Ibukota. Berkaitan dengan niat ini, bisa jadi ada hal - hal yang menjadi ganjalan elite selama di Jakarta.

Apakah ada niatan tersembunyi di balik pemindahan Ibukota ? Faham mahfum semenjak heboh reklamasi pantai Jakarta yang digoyang melulu, elite bisnis properti menggeser konsentrasinya ke Meikarta yang sejatinya sudah berjalan. Pergeseran konsentrasi ini meningkatkan tensi Meikarta. Namun popularitas Meikarta ternyata malah berbuah sengkarut, dan sekarang Meikarta melempem sampai asem. Paska melempemnya Meikarta, muncullah ide pemindahan Ibukota. Kerasnya niat pemerintah dalam memindahkan Ibukota didukung oleh tingginya antusiasme para pengembangan lahan reklamasi yang ingin berkontribusi di ibukota baru, sepertinya tidak seiring dimana disisi lain ada kenaikan tensi ngototnya rakyat Jakarta menentang hal tersebut. Warga Jakarta faham bahwa Gubernur Anies melakukan berbagai pembenahan salah satunya bertujuan berusaha untuk mempertahankan Ibukota agar tetap di Jakarta. Ini menunjukkan dua kepentingan yang tidak sejalan.

Siapakah di balik kepentingan - kepentingan pemindahan Ibukota ? Sejauh ini hembusan isyu bahwa bisnis properti, reklamasi teluk Jakarta dan pengembangan kota supermewah Meikarta dikait - kaitkan dengan OneBeltOneRoad (OBOR) tidaklah terbukti secara hukum. Memang, sebagai Gubernur Jakarta, Anies terkesan membuat ulah tak sedap dengan menghentikan Reklamasi teluk Jakarta. Dan berikutnya adanya masalah Meikarta. Orang hanya bisa meraba - raba pembangunan tol, transportasi umum layang, dan beberapa proyek infrastruktur yang didanai oleh China sebagai jangkar bahwa proyek - proyek tersebut seuntai dengan reklamasi teluk Jakarta dan Meikarta. Dan tentunya tebak - tebak buah manggis terkait dengan megaproyek OBOR.

Apa itu OBOR ? OBOR adalah megaproyek China dalam rangka menguasai dunia, bersaing dengan megaproyek Tatanan Dunia Baru dari Iluminati. Mengapa banyak orang disini yang antipati dengan OBOR-nya China ? Bangsa ini memiliki sejarah kelam terkait gerakan pemberontakan G-30-S-PKI tahun 1965. PKI saat itu hendak melakukan kudeta didukung Komunis Beijing, dan nyata - nyata hendak membangun pasukan angkatan kelima menyaingi TNI. Banyak korban bergelimpangan sepanjang PKI melancarkan program kudeta ini.


Apakah itu Iluminati ? Iluminati adalah proyek menata dunia dengan segala sektor budaya, politik, hukum, dan agama. Satu peradaban baru di bawah dewa matahari. Gerakan Iluminati --konon-- pusatnya di Amerika dan merujuk kepada keberhasilan proyek Zionisme. Sudah sejak lama Indonesia --dan tentunya Jakarta-- diincar sebagai target evolusi sosial gerakan Iluminati. Gaya kosmopolitan dinilai sangat cocok dengan mainstream Iluminati di Jakarta sebagai Ibukota yang metropolitan. Bahkan, sebahagian style Iluminati sudah ter-implementasi di banyak Ibukota negara - negara, termasuk disini. Gaya konsumtif, hiburan, dan hedonisme salah satunya. Tanda - tanda hal tersebut sudah ada, terlihat banyak gaya barat dominan di Jakarta, tapi tentunya hal ini tidak terbukti secara tertulis. Mana ada.

Resistensi terhadap reklamasi dan adanya model gaya barat (sebagai implementasi ala Iluminati) mungkin menjadi kendala terbesar masuknya megaproyek OBOR di Jakarta. Lantas apakah orang Indonesia setuju dengan tatanan dunia baru versi Iluminati ? Orang Indonesia yang merdeka, idealnya menentang keduanya. Alias tidak setuju. Tapi tataran ideal berbeda dengan tataran aktual. Tataran aktual terlalu banyak problem yang membuat orang berbelok dari nilai ideal. Salah satunya adalah jerat hutang. Jaman Orde Baru hingga orde reformasi Indonesia memiliki hutang dengan Amerika dan dengan banyak negara Barat, klan Iluminati. Itu dulu. Bagaimana sekarang ? Tetap belum waras. Masih tenggelam dengan hutang.

Indonesia yang sudah kenyang dirundung hutang, nasibnya belakangan makin bingung tak tau hendak bagaimana membayar hutangnya yang telah beranak cucu tersebut. China entah bagaimana  mengetahui persis hal tersebut.  Pada suatu masa orang - orang kepercayaan Presiden Jokowi wira - wiri menjalin komunikasi dengan China. Gayung bersambut. China mengapresiasi SOS dari Jakarta. Akhirnya Jakarta harus terjerat hutang berikutnya ketika menerima uluran dari China guna membangun infrastruktur yang digadang - gadangkan pemerintahan Jokowi. Indonesia berhutang lagi. Kenapa ? Indonesia butuh hutangan untuk membayar hutang, disisi lain China butuh jalur OBOR melalui Indonesia. Maka lahirlah trilyunan rupiah proyek infrastruktur yang didanai dari hutang. Hutang darimana ? Yaitu tadi, dari China. Apa maksud China menghutangi Indonesia ? Nah, ternyata memang China butuh terobosan untuk mendukung OneBeltOneRoad. Terobosan itu salah satunya adalah jalur laut dari Beijing ke Hongkong lantas mepet ke Pilipina, dan menembus Indonesia. Port terbaik ya di Timur Kalimantan. Logis. Tetapi apakah betul pemindahan Ibukota ini terkait dengan OBOR ? Benarkan OBOR hendak menyaingi Iluminati yang sudah mewarnai Jakarta ? Wallahualam. [] haris fauzi, Pendopo, 29 Agustus 2019.

No comments: