
Lihatlah bagaimana mereka secara terus menerus meng-opini-kan 2 hal tersebut. Yang pertama adalah soal kemenangan Anies Baswedan dalam pilkada DKI mengalahkan Ahok. Kemenangan Anies mereka nilai licik, kotor, dan curang. Licik dan kotor ? Dalam pandangan saya, cara Ahok berkampanye yang menistakan ayat suci, pasti lebih licik dan kotor. Dan bila memang Anies dinilai curang, dimana buktinya ? Adakah elemen yudikatif yang men-vonis kecurangan Anies ? Saat pilkada DKI, Anies adalah oposisi, bagaimana dia bisa curang sementara perangkat pemilu ada di organisasi petahana ? Klaim masyarakat mana yang dominan memberi bukti kecurangan Anies dalam pilkada DKI ? Bahkan, menurut saya, fenomena tindak kecurangan lebih banyak mewarnai kemenangan sang petahana Jokowi dalam Pilpres 2019 lalu. Petahana tentunya banyak menguasai infrastruktur lembaga pemilihan. Wallahualam.
Item no.2, yakni ihwal 'unjuk kerja' dan 'Perbaikan Jakarta', sepertinya juga kurang pas. Karena selama 2 tahun menjabat, Anies Baswedan nampaknya sudah lebih banyak bekerja secara gemilang dibanding gubernur - gubernur sebelumnya. Dibanding Jokowi, dibanding Ahok, dibanding Djarot. Penghargaan - penghargaan yang diraih Anies jauh melebihi mereka walau bertiga digabung. Memang pencapaian Anies sebagai gubernur tidaklah terpublikasi secara proporsional, karena banyak media --entah kenapa-- enggan memberitakan keberhasilan Anies, mereka lebih suka memberitakan kegagalan Anies. Mungkin ini peran Sang Bohir ? Bisa saja.
Soal opini 'kejar jabatan', sepertinya buzzer ini terlambat respon. Beberapa tahun lalu ada yang melakukan hal tersebut, persis seperti yang dituduhkan. Kejar jabatan dari walikota menjadi gubernur, trus mengejar jabatan presiden. Bukannya begitu ?
Khusus item no.2, ada sedikit kekhawatiran Sang Bohir yang disiratkan dalam tulisan para buzzer. Yakni mereka khawatir bila Anies mencalonkan diri dalam kontestansi pilpres 2024. Entah kenapa.
Keberpihakan kepada kaum Islamphobia ternyata makin kentara pada paragraf - paragraf berikutnya.

Ini mau tidak mau akan membandingkan DKI dengan Jawa Barat. Nuansa Islamphobia nampak pada poin no.2. Yakni nyinyir kepada gubernur Jawa Barat sebelumnya, Pak Aher yang menjabat selama dua periode, yangmana merupakan kader PKS. Dalam hal ini memang wajar, PKS merupakan partai yang ditakuti oleh kaum islamphobia.

Pola tulisan para buzzer itu cukup jelas, setelah menyalahkan dengan membabi-buta, kemudian mengangkat para tokoh petahana sesuai pesanan, tahap berikutnya adalah menebarkan fitnah. Lihatlah bagaimana sistematika tulisan para buzzer yang demikian runut men-fitnah para oposisi, men-fitnah umat islam, dengan tuduhan makar dan rencana mengganti bentuk dan dasar negara.

No comments:
Post a Comment