Wednesday, March 12, 2008

kenisah : manifestasi niat

MANIFESTASI NIAT
 
Saya kali itu termenung, sendirian di tengah lalu - lalang orang yang belum saya kenal. Entah kapan saya punya nyali untuk berkenalan dengan mereka. Terganggu dengan hal yang mungkin sepele. Hari - hari bekalangan ini saya lalui tanpa ada rencana yang matang, sementara sedikit rencana - rencana yang kebetulan sudah ada kebanyakan akhirnya carut - marut. Memang sudah lazim, urusan kerjaan sesekali mengundang kesibukan, beberapakali juga bahkan sempat gedabrugan karena kurang matangnya sebuah rencana. Urusan pribadi juga begitu.
 
Ada contoh gampang. Jauh - jauh hari saya bimbang, apakah memang hendak menonton konser kelompok musik Skid Row malam itu. Keputusan baru saya ambil dua hari menjelang pertunjukan, setelah jadwal acara pribadi bisa dihimpit - himpitkan dengan saksama. Alasan terkuat saya untuk nonton gampang dan terkesan dibuat - buat, saya kelewatan nonton Helloween tempo lalu. Saya merencanakan untuk nonton, dalam waktu mepet. Sudah tidak cukup waktu lagi untuk mencari daftar lagu yang bakan mereka nyanyikan, sudah tidak cukup lagi waktu untuk menghafal lirik lagu mereka. Hanya berbekal satu compact disc kompilasi, saya memutarnya beberapa kali di perangkat audio mobil. Beberapa kaset yang sebetulnya sangat potensial, akhirnya tidak terjamah.
 
Merenung soal niat. Merenung soal rencana. Merenung soal perwujudan. Saya tak hendak membicarakan ihwal konser musik cadas. Ini hanyalah kebetulan contoh yang saya ambil untuk mudah memperbandingkannya. Mudah bagi saya menuliskannya karena saya tengah mengalaminya. Entah bagi anda dalam membacanya.
 
Adalah sangat berbeda dengan akhir tahun lalu ketika saya hendak menonton konser kelompok yang lebih cadas : Megadeth. Asli saya kurang familiar dengan Megadeth. Karena tidak terlalu mengenalnya, maka jauh - jauh hari saya telah berusaha 'menjajal' musik mereka, mempelajari, browsing 'n' surfing, memutar lagunya berulang - ulang, bahkan sebisa mungkin menghafalkannya. Hasilnya sungguh memuaskan, saya bisa menikmati seluruh lagu, karena dari hampir dua puluh lagu saya cuma selip satu lagu saja. Akurasinya sembilan puluh lima persen. Itulah nonton Megadeth, menonton konser dengan bekal yang cukup. Sangat berbeda dengan Skid Row kali ini. Saya berniat menyaksikannya tanpa bekal yang cukup, tanpa rencana matang, menyimak lagu - lagu sekenanya. Beli tiketnya juga 'go-show', gak pake pre-order - orderan segala. Walhasil, saya gagal menonton. Padahal sore hari saya sudah menginjakkan bumi Ancol, lokasi konser itu bakal digelar.
 
Contoh lain adalah ketika saya harus mengerjakan skripsi belasan tahun lalu. Ya, bagaimanapun saya sempat menjadi mahasiswa, sempat mengalami skripsi seperti kebanyakan teman - teman sebaya. Saya sadar sepenuhnya bahwa skripsi akan selesai bila memang dikerjakan. Untuk mengerjakan, butuh rencana yang rapi dan rancak. Kalau mahasiswanya tidak punya rencana yang baik, maka pasti molor - molor selesainya. Bahkan mungkin drop-out. Lha kalo drop - out, apakah mahasiswa tersebut tidak punya niat menyelesaikan skripsinya ? Mungkin niat mahasiswa sangat tinggi untuk menyelesaikan skripsinya. Tetapi dia belum tentu punya rencana yang baik untuk menyelesaikan skripsi tersebut.
 
Rasanya juga sudah sejak sepuluh tahun lalu bangsa kita punya niat untuk menggorok korupsi. Namun, dengan rencana yang --menurut subyektivitas saya-- kurang pas, maka hasilnya juga kurang optimal. Untuk kasus ini atas segala keterbatasan saya kurang faham, mangkanya saya nilai sangat subyektif, tolong koreksinya. Hanya memperbandingkan dengan negara China, yang dalam hitungan bulan --dengan niat yang sama : memberantas korupsi-- bisa menunjukkan kemajuan yang sangat berarti, bukti tindakan nyata yang konkrit dan signifikan. Bukan berarti di Indonesia nggak ada tindakan nyata, tetapi dalam pandangan awam saya ini, bangsa kita tidak secepat negara China. Cukup lambat bangsa ini dalam urusan pemberantasan korupsi, maaf sekali lagi, tolong koreksi saya. Apa masalahnya ? Struktur bangsa ? Sumber daya manusia ? Kerumitan kasus ? Heterogenitas ? Atau ada hal lain ? Itu semua mungkin. Tetapi salah satunya adalah China memiliki rencana yang jelas untuk mewujudkan niatnya. Mudah - mudahan subyektivitas saya ini salah. Sebetulnya saya berharap demikian.
 
Ya. Itu tadi contoh. Sekali lagi saya tak hendak membicarakan musik, tak hendak memperpanjang urusan korupsi. Tema kali ini adalah relevansi antara niat dan rencana. Rencana memang harus bener. Baik urusan nonton konser, urusan sekolah, urusan rumah tangga, urusan membangun gedung, urusan kantor, urusan bangsa  apalagi. Namun kenyataannya kita sering meremehkan faktor ini. Semua unsur berkepentingan dalam hal perencanaan.
Supaya tidak terlalu panjang, maka saya akan mencoba menukikkan manouver tulisan ini. Dalam Islam banyak diajarkan bahwa keterkaitan rencana dengan niat sangatlah erat. Niat tidaklah menjadi nyata dengan mudah tanpa ada rencana yang baik. Berkenaan dengan ini, maka ibadah akan menjadi lebih sempurna, lebih nikmat. Ibadah bukan melulu adalah urusan transenden, bukan melulu urusan vertikal, walau memang di Islam disaratkan untuk berniat atas daras hubungan vertikal. Saya menekankan maksud sekali lagi, ibadah bukan melulu urusan ritual, bukan melulu urusan sholat. Semua urusan amal kebajikan adalah ibadah. Dan semua ibadah memiliki niat.
 
Coba kita pelajari eksistensi sebuah niat. Niat adalah berdiri sendiri, yang mungkin akan terkatung - katung dan melayang. Namun 'niat' punya untaian yang bisa dirangkaikan dengan 'rencana'. Bila niat itu kemudian dimanifestasikan kedalam rencana, tentu kendala untuk merealisasikan akan lebih mudah mengaturnya. Alangkah sulitnya mewujudkan sebuah niat bila kita tidak memiliki rencana yang jitu. Mungkin niat itu akan cuma sekedar menjadi bisikan hati atau hanya terucap di bibir.
 
Niat, adalah batasan pribadi, batasan hati. Rencana adalah pandangan kedepan terhadap jalan yang harus ditempuh berikut jajaran kendala, sementara realisasi adalah menapak jalan tersebut menuju tujuan yang telah di teropong dengan tepat. Niat tanpa rencana, kemungkinan besar hanya menjadi sebuah keinginan, tidak mewujud menjadi kenyataan. Ya. Rencana adalah manifestasi sebuah niat. Saya terbangun dari merenung. Beranjak. [] haris fauzi - 12 Maret 2008


salam,
haris fauzi
 


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

No comments: