Saturday, May 03, 2008

kenisah : masa yang berulang

MASA YANG BERULANG
 
Sore tadi saya pulang agak terlalu larut. Ya. Bukan sore lagi, tetapi jam delapan malam. Sajian sore jadi ikutan terlambat. Walau sudah malam, saya belum tertarik untuk makan malam yang biasa saya santap bareng Istri saya. Sendiri saya malah menyantap sajian sore itu, teh tarik dan cracker untuk mengisi perut, meredakan penat, sambil tergeli - geli menyaksikan ulah anak bungsu. Yang sulung sibuk dengan buku - buku pelajarannya bersama Ibu-nya. Malam ini tanggal 2 Mei 2008. Setelah itu saya beranjak berisirahat.
 
Terjaga dari tidur malam,  setelah memeluk Istri yang masih menutup mata, saya menuliskan hal ini. Waktu menunjukkan pukul setengah dua dini hari, 3 Mei 2008. Dalam organizer saya tertulis hari ini Istri saya berulang tahun. Dalam bulan ini pula, jutaan orang lain lahir, dan tentunya jutaan pula yang berulang tahun. Bulan lalu, April, saya dan jutaan manusia yang lain juga berulang tahun. Bulan depan, anak bungsu saya berulang tahun, juga orang lain baik yang saya kenal atau pun tidak --ada tiga puluh hari di bulan Juni dan mereka tersebar di sana. Selamat ber-ulang tahun. Bulan berikutnya agak dahsyat, anak Sulung saya berulang tahun bersamaan dengan ulang tahun mendiang Ayah saya. Dan kelak bulan Agustus, Kakak kandung saya bergantian ber-ulang tahun. Tentunya berjuta orang juga berulang tahun di bulan - bulan itu. Selamat.
 
Semesta memang semakin renta. Siapapun. Juga saya yang berulang tahun bulan lalu. Juga Istri saya yang kini berulang tahun. Bumi bergerak terus. Tidaklah perlu menengok terlalu kebelakang, karena usia terus bergerak maju menyisakan kesempitan kesempatan dan tuntutan untuk semakin dewasa. Masalahnya adalah kedewasaan tidaklah selalu seiring dengan petambahan usia. Sebuah stasiun radio pernah mengutip pendapat saya,"...kedewasaan seseorang tidaklah diukur dari seberapa banyak umur hidupnya. Tetapi dari seberapa siap dia menghadapi kematian ". Saya tersenyum simpul ketika pesan saya tersebut on-air.
Dalam problem ini, seorang karib --yang berasal dari sebuah keluarga besar--menyudutkan dari sisi yang lain, " Ris, bagi saya tidak ada yang istimewa dalam ulang tahun. Hampir setiap bulan ada yang berulang tahun di rumah kami. Seperti adanya hari kamis, atau rabu, setiap minggu, setiap bulan, berulang...".
Sobat, kau memang selalu sinis. Itu kelebihanmu.
 
Masa yang berulang. Ada yang meng-istimewa-kan, ada yang menganggapnya sebagai hal yang lumrah. Seringlah ada perayaan khusus untuk sebuah "anniversary" seperti ini. Saya pernah merasakan hal ini, salah satunya adalah setidaknya ketika di 9 Februari 2004 saya menonton konser musik "25th Anniversary", konser kelompok besar: TOTO. Konser akbar dalam rangka ulang tahun yang ke dua puluh lima. Konser yang istimewa.
Namun bagi saya pribadi, tidaklah ada yang terlalu istimewa pada perjalanan waktu seperti itu. Tidak ada latar belakang yang mewarnai hidup saya dengan hal - hal seperti itu, kecuali beberapa kali menghadiri perayaan ulang tahun teman sekolah, yang kurang tajam menjejakkan pesan di pikiran saya. Menyisakan kelelahan setelah semalam bersuka ria berikut beberapa permainan yang membuat sesak, dengan pakaian yang mengikat terlalu keras.
Sejak kecil di rumah Malang, selalu diadakan upacara kecil di meja makan untuk anggota keluarga kami yang berulang tahun. Diikuti seluruh anggota rumah, dipimpin Ayah. Berdoa bersama, lantas setiap anggota membacakan surat pendek dari Al-Qur'an sebagai kado kepada yang berulang tahun, ditutup dengan bersalaman. Ritus sederhana. Demikian berulang - ulang masa. Dalam perjalanan waktu, dalam masa yang berulang, dengan demikian yang istimewa bagi saya adalah selembar doa, ucapan salam, dan bagaimana berjabat tangan. Akhirnya adalah itu.[] haris fauzi - 3 Mei 2008
 


salam,
haris fauzi
 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

No comments: