BARU SEKILAS .... Bila karena Tuhan, apakah penjara-penjara itu membuatmu sengsara ? Bila karena Tuhan, apakah siksaan itu membuatmu takut ? .... Padahal sudah lama paket itu datang. Mungkin tiba di awal tahun. Sudah lama saya buka, dan dua keping cakram itu saya selipkan diantara keping cakram yang lain dalam sebuah map tebal. Saya seringkali mempunyai kebiasaan eperti itu, tak bersegera menengok isinya. Seperti halnya ketika saya membeli keping album Dream Theater 'Six Degrees Of Inner Turbulence' dan 'Mothership'-nya Led Zeppelin, saya tak segera memutarnya. Bukannya kenapa. 'Six Degrees of Inner Turbulence' saya sudah sejak dulu memiliki format padat lain, dan baru kesampaian membeli cakram padatnya barusan. Demikian juga dengan 'Mothership' yang merupakan kompilasi saya sudah pernah memiliki dalam format kaset. Jadinya format CD mereka kali ini adalah berupa legitimasi koleksi, karena saya sudah pernah menikmati dalam format lain. Namun, kiriman adik saya ini berbeda. Dia mengirimkan dua keping cakram berjudul "RUHULLAH". Berisi film dokumentasi biografi Ruhullah Khomeini, tokoh tertinggi revolusi Islam yang paling masif abad dua puluh ini. Dalam era modern, mungkin sampai detik ini, belum ada gerakan agama Islam yang lebih dahsyat dibandingkan revolusi Saya baru sekilas menontonnya minggu lalu, dan film sepanjang dua jam lebih itu membuat saya tercenung. Ruhullah kecil lahir dari seorang Bapak yang pemberani, tahun awal abad. Seorang pedagang --ya, hanya pedagang-- yang melawan kawanan perompak dan meninggal dalam perlawanan sengit itu, tak lama sebelum Ruhullah lahir. Ya. Ruhullah tak sempat bertatap muka dengan Bapaknya. Ruhullah yang memiliki darah keturunan Rasul Muhammad SAW itu tumbuh dibimbing saudaranya dan kemudian belajar di sekolah agama, semacam pesantren. Jiwa kritis Ruhullah muda terpanggil menyikapi keadaan kala itu. Dimana pemerintahan semakin berkiblat ke Turki dalam arus modernisasi dan westernisasi. Dimana urusan pemerintahan terpisah dari urusan agama, agama disini adalah Islam tentunya sebagai mayoritas di Ruhullah menangkap kegelisahan dan menjadi bagian ketidak-sesuaian itu. Apalagi kurikulum pesantren dibatasi oleh pemerintah, hanya membicarakan masalah syariat agama. Dan terutama, ilmu politik tidak diperkenankan untuk dibicarakan di forum pesantren. "Ini negeri mullah, mengapa pesantren di anak tiri-kan ?". Usia remaja Ruhullah memberontak dengan pola pikir seperti itu sehingga Ruhullah sendiri sempat dipinggirkan oleh rekan - rekan santri dan ustadz - ustadznya. "... Ruhullah tidak mudah ber-putus-asa.Umat Islam harus memiliki pemimpin, dan politik adalah lahan kepemimpinan. Ruhullah tak henti - hentinya menyuarakan hal ini sehingga menggerahkan kalangan pemerintah, militer, hingga kalangan pesantren sendiri. Beberapa kepincangan pemerintah karena pengabaian unsur relijius, dia kritisi dengan lantang. Sehingga para pemikir muda semakin banyak yang berpihak kepada Ruhullah. Ruhullah semakin dalam memasuki dunia politik. Meresahkan kalangan status quo. Itulah Ruhullah. Ruhullah menyuarakan kemerdekaan. Maklum, kala itu memang Syah Pengasingan Ruhullah tidak menyurutkan pergerakan menentang status quo.Bahkan malah jadi perkara. Mulai bermunculan demonstrasi agar Ruhullah dipulangkan ke "Tentara tidak perlu dilawan. Mereka adalah teman perjuangan. Ajaklah untuk berjuang bersama", demikian fatwa Ruhullah Khomeini dari pengasingan. Dan dampaknya dahsyat. Banyak sekali tentara yang berbalik arah. Eskalasi revolusi semakin tinggi. Tuntutan agar Syah Setelah pemerintah bayangan dengan mudah dibubarkan Ruhullah adalah manusia biasa. Di usia senja, Ruhullah sakit. Dalam keadaan terbaring lemah, Ruhullah masih sempat memberi instruksi - instruksi demi jalannya pemerintahan Republik Islam Fisik Ruhullah semakin lemah. Setelah beberapa waktu menderita sakit, akhirnya Ruhullah menghadap sang Khaliq. Membawa duka kepada relung hati jutaan orang yang memadati jalanan dari rumah duka hingga jalanan macet dan kereta jenazah tidak bisa lewat. "Dalam keadaan jalanan seperti ini, dalam beberapa hari-pun, jenazah Ayatullah tidak akan bisa tiba ke pemakaman. Saya sudah melindas beberapa telapak kaki pelayat yang nekat memeluk mobil, tapi saya tidak mau ada korban...", demikian pengakuan sang Sopir. Sang sopir yang membawa jenazah Ruhullah akhirnya membanting setir memasuki high-way dan secara tiba - tiba jenazah ditarik naik oleh helikopter. Masalah berikutnya timbul. Helikopter tidak bisa mendarat untuk menguburkan jenazah. Area pekuburan sudah penuh sesak oleh pelayat yang saling berdesakan. Gema takbir berkumandang keras dan tanpa henti diantara isak tangis. Air mata membasahi bumi Baru sekilas saja saya menyaksikan film ini. Saya masih berhasrat untuk menyaksikan ulang. Sungguh, film ini mengajarkan kepada kita, bagaimana berlaku sebagai manusia yang menghamba kepada sang Pencipta, yang beribadah dengan ikhlas, dan berjuang untuk Tuhan. Bila karena Tuhan, adalah yang kau ragukan ? [] haris fauzi - 13 desember 2008 salam, haris fauzi |
Saturday, December 13, 2008
kenisah : baru sekilas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment