Tuesday, April 14, 2009

kenisah : sekian persen adalah do'a

SEKIAN PERSEN ADALAH DO'A

Adalah banyak pendapat yang menghitung - hitung serta mempersentasikan keberhasilan suatu usaha. Saya pernah membaca bahwa faktor usaha berkontribusi sekitar sembilan puluh persen dari sebuah keberhasilan, sementara sisanya adalah keberuntungan. Ada yang bilang bahwa kesuksesan ditentukan oleh faktor kerja keras dalam porsi sembilan puluh persen sekian, sementara sisanya adalah bakat.

Berapa persen kontribusi dari faktor do'a ? Berikut adalah pengalaman saya. Saya memiliki tiga anak, perempuan semua. Salma sekarang menjelang sembilan tahun, Norma menjelang usia lima tahun, dan anak terakhir namanya Aya, masih bayi.

Tentang si Sulung, tentunya adalah kejadian sekitar sepuluh tahun silam. Ketika saya mengetahui kehamilan istri di akhir tahun 1999, dan setelah berkonsultasi dengan dokter --ditambah dengan dengan sedikit baca - baca referensi, maka tahulah kami berdua, bahwa bayi kami diperkirakan akan lahir pada pertengahan bulan Juli tahun 2000.
Whaaaat,.... Juli 2000....? Ada apa dengan bulan itu ? Sekedar referensi saja, Bapak saya --kala itu masih sehat-- akan berulang tahun pada tanggal 17 Juli. Yang ada di benak saya adalah alangkah hebatnya bila bayi saya berulang tahun bareng dengan Eyang kakungnya. Betapa hebatnya, bukan ?

Ketika saya memanjatkan do'a, saya berdo'a untuk keselamatan bayi dan ibunya, dan juga harapan saya kepada calon anak kami tersebut. Juga saya utamakan harapan saya untuk memberi kado ulang tahun kepada bapak saya, saya berdo'a agar anak sulung kami lahir pada tanggal 17 Juli 2000. Dan, seperti kebanyakan orang, saya juga berharap anak sulung saya adalah laki - laki. Itulah harapan yang selalu saya panjatkan dari hari ke hari, bulan - ke bulan, hingga tanpa terasa menginjak bulan Juli 2000.

Hari itu tanggal 17 Juli 2000. Hari yang mendebarkan itu akhirnya tiba juga. Saya pergi ke kantor seperti biasa, kantor saya di daerah Sunter. Sementara istri saya sudah sekitar 2 bulan menetap di rumah orang tuanya di Surakarta. Mertua ingin proses kelahiran cucu pertamanya di Surakarta. Dan bagi saya itu tidaklah bermasalah.
Menjelang siang saya berangkat ke Surakarta dengan naik bis. Perasaan dan hitungan saya membisikkan bahwa ada kejadian penting hari itu di Surakarta, dan saatnya untuk menjenguk Istri dan mungkin --anak saya juga.
Di daerah Semarang, menjelang pekat malam, saya menelepon rumah mertua dan di jawab oleh bapak mertua bahwa istri saya sudah melahirkan. Jam delapan malam tadi....

Saya terhenyak, seberapa hebatkah saya ? seberapa manjurkan do'a yang saya panjatkan ? Saya terus berpikir, memikirkan seberapa persenkah kontribusi do'a dalam sebuah kejadian.

Sekitar pukul tiga dini hari tanggal 18 Juli 2000, saya memasuki ruang tidur istri. Dan sekitar pukul delapan pagi saya berkesempatan menjenguk anak sulung yang masih bayi itu. Kado buat Eyang itu tergolek miring. Lucu.

Cerita itu adalah cerita hampir sepuluh tahun lalu. Berikut ini adalah cerita yang masih segar. Alkisah menjelang bulan Ramadhan 2008 lalu, Istri saya dinyatakan positif hamil. Maka berangkatlah kami berkonsultasi ke dokter kandungan. Menurut dokter --singkat cerita-- anak saya bakal lahir awal bulan April 2009. "...Yaaah....Antara tanggal satu sampai tanggal lima", gitu kata dokter.
Whaaaaat,....? Awal April ? Ada apa dengan bulan April 2009 ? Menurut akte kelahiran, kalau tidak salah saya dilahirkan pada hari Sabtu Pahing menjelang subuh tanggal 8 April. Sebuah kemungkinan yang membutuhkan keajaiban bila saya berharap anak ketiga saya lahir pas ulang tahun saya.

Dari semenjak bulan Januari 2009, saya sering katakan kepada istri bahwa saya ingin ulang tahun antara saya dan anak bersamaan. "Ah...terlalu lama dari dugaan dokter...jauh sekali jaraknya...", gitu komentar istri saya. Setelah kejadian ulang tahun barengan antara si Sulung dengan Eyangnya, saya tak berhenti berdo'a untuk kejadian ajaib yang kedua. Saya sebut ajaib, karena hitungan dokter dan kehendak saya terpaut cukup jauh. Namun, seperti biasa, saya tak berputus-asa untuk berdo'a.

Hari berjalan terus. Tanggal demi tanggal berjalan seperti biasa. Bulan April dimulai dengan guyuran hujan. Tanggal satu, dua, tiga, empat, berjalan terus. Tanggal lima-pun berlalu. Belum ada tanda - tanda kelahiran putri kami ketiga. Tanggal 6 April, kami konsultasi ke dokter. Pulang lewat tengah malam, --artinya sudah tanggal 7 april dini hari-- itu-pun ternyata masih belum ada tanda signifikan. Saya mengantuk dan ingin memperbanyak tidur malam itu. Malam itu tanggal 7 April.

Sekitar menjelang pukul tiga dini hari, istri membangunkan saya, minta diantar ke rumah sakit. Saat itu --dini hari-- tanggal 8 April 2009. Untuk kedua kalinya saya terhenyak sebagaimana ketika anak sulung saya lahir. Pertanyaan yang pernah saya lontarkan sepuluh tahun lalu kembali terngiang. Seberapa besar kontribusi usaha dan kerja keras ? Dalam kedua kasus 'ketepatan tanggal kelahiran' ini, bisa dibilang kontribusi kerja keras adalah NOL. Saya tidak berusaha apapun, hanya berharap dan berdo'a. Lantas, seberapa besar kontribusi do'a ? Apabila memang hari ini adalah kelahiran anak yang selalu saya harapkan lewat do'a yang saya panjatkan, tentu itulah bukti campur tangan Tuhan. Tuhan yang mengendalikan semuanya. Sebagaimana Tuhan yang mengendalikan kehidupan saya, mengendalikan ulang tahun saya, dan mengendalikan prosesi kelahiran anak saya. Saya berharap, inilah saatnya.

Sebelum pukul empat pagi kami tiba di rumah sakit, dan --singkat cerita-- anak kami ketiga lahir menjelang pukul tujuh pagi. Tanggal.....8 April 2009, pukul 06.45. [] haris fauzi - 14 april 2009




salam,

haris fauzi

No comments: