Monday, April 05, 2010

kenisah : semoga tidak terlewatkan

SEMOGA TIDAK TERLEWATKAN

"Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya Ruh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu tunduk sujud kepadanya". (QS-Shaad 72)

"Iblis berkata : Aku lebih baik daripadanya karena kau ciptaan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS-Shaad 76).


Setidaknya ada dua misteri besar yang dihadapi manusia di alam ini, yang pertama adalah tentang penciptaan semesta --tentunya penciptaan manusia juga. Misteri kedua adalah ihwal kiamat. Sudah banyak literatur yang mencoba mengungkap kedua misteri tersebut, mulai dari berbasis ilmiah hingga pewahyuan atau berdasar kalam Ilahi. Dua hal ini memang perihal yang besar, yang menjadi dasar mengapa manusia ada, dan kemudian lantas hendak kemana tujuannya.
Para filsuf dengan tanpa kenal menyerah sudah berabad - abad --sejauh ini-- memeras kemampuannya untuk menerjemahkan dan mencoba memahami dengan keterbatasan masing - masing. Para ahli dakwah mencoba menasehati para kaumnya tentang dua hal ini dengan bahasa dan penerjemahan masing - masing. Para ilmuwan, apalagi, tak kunjung berhenti memperbincangkan awal muasal alam semesta dan juga menghitung - hitung umur dan sisa usianya.

Penciptaan manusia --versi bukan kera-- dipercaya sebagai hal yang lebih bisa difahami ketimbang evolusi manusia dari kera. Sementara teori evolusi kera timbul tenggelam tergantung situasi opini. Kedua teori ini masih adu urat hingga kini, dengan dalil masing - masing.
Ketika memperbincangkan teori penciptaan manusia, ada baiknya menyimak secuil kisah dalam kalam Tuhan tentang penciptaan manusia yang disingkap dalam dua ayat di atas. Dua ayat itu berceritera seputar masa penyempurnaan penciptaan manusia, fase - fase akhir perwujudan sesosok makhluk yang kemudian disebut dengan manusia.

Dalam ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa manusia yang diciptakan dari tanah dan lantas bisa bernyawa dan berhati - pekerti dan menjadi makhluk sempurna karena adanya ruh yang ditiupkan oleh Tuhan. Juga dikisahkan bahwa iblis adalah makhluk yang diciptakan dari api.
Saya ulang, bahwa disebutkan setelah manusia itu memiliki ruh, maka jadilah dia sebagai makhluk yang sempurna sehingga semua makhluk yang lain diperintahkan oleh Tuhan untuk bersujud hormat kepadanya.

Singkat cerita, pesan dari kedua ayat tersebut sebenarnya cukup banyak, dan tentunya ada yang gamblang terlihat, ada pula yang bersayap maknanya sehingga harus berpikir beberapa kali untuk mengerti maksudnya.
Selain berkisah tentang penciptaan manusia yang dikisahkan cukup gamblang, kedua ayat tersebut menyampaikan sebuah peringatan. Salah satunya adalah ihwal parameter derajat kesempurnaan manusia.

Pada ayat nomer 72 disebutkan bahwa setelah manusia diciptakan, dan lantas penyempurnaan kejadian, maka manusia itu menjadi makhluk yang sempurna. Sehingga Tuhan memerintahkan kepada semua makhluk yang lain untuk tunduk kepada manusia. Dalam ayat tersebut, tersirat --namun cukup kentara-- bahwa ruh yang ditiupkan itulah yang membuat manusia menjadi makhluk yang tinggi derajatnya. Dalam kisah penciptaan, Tuhan menyebutkan ruh itu sebagai faktor penyempurnaan. Jadi, karena ruh --yang ditiupkan Tuhan-- inilah inti yang menjadikan kesempurnaan manusia sehingga manusia dinobatkan sebagai makhluk yang  lebih baik daripada makhluk yang lain, --lebih tinggi derajatnya. Sehingga pula Tuhan memerintahkan kepada semua makhluk yang telah diciptakan sebelumnya untuk hormat kepada manusia.

Lantas, ada peringatan apa ? Ayat 72 tersebut butuh ayat referensi lain untuk menguatkan pesan - pesannya. Bila kita korelasikan dengan ayat nomer 76, maka sungguh jelas bahwa ada peringatan yang tertuang dengan tajam. Lihatlah, bahwa dalam ayat 76 disebutkan bahwa iblis tidak mau tunduk karena dia merasa lebih baik daripada manusia. Bukan karena masalah ruh, melainkan iblis merasa lebih baik daripada manusia karena sebab dia diciptakan dari materi api.

Ada perbedaan sudut pandang antara Tuhan dan Iblis. Bahwa Iblis memandang dari sisi materi penciptaan, sementara Tuhan memandang kemuliaan dari sisi ruh. Inilah masalah yang terjadi kala penciptaan manusia. Dan mungkin, bisa jadi masalah ini juga terjadi di depan kita semua sekarang.
Tuhan menyempurnakan manusia sebagai makhluk terbaik dengan parameter ruh, sementara iblis menentangnya dengan sudut pandang materi. Ini dua untaian pesan yang menjadi kuat ketika di-'cantel'-kan dan lantas disatukan dalam memaknainya.

Masalah yang terjadi sekarang adalah, adakah dari kita yang memandang parameter materi sebagai pangkal kemuliaan derajat seseorang ? Yang ber-sujud --hormat-- kepada seseorang karena materinya ? Inilah peringatan itu. Bisa jadi peringatan yang sejatinya sungguh penting namun bisa jadi hal ini terlewatkan. Penting karena dalam perjalanan hidup ini, sebaiknya manusia mengenal fitrah dan asal muasalnya. Dan tentunya parameter - parameter yang menyertainya. Parameter ini menjadi bermasalah bila kedapatan bias dalam perjalanannya, atau melenceng sama sekali dari rel yang sudah ada.

Dalam dunia yang sangat 'materi oriented' seperti sekarang ini, alangkah sulitnya mengikuti ajaran dan parameter Tuhan. Bukan hal yang gampang untuk bersicepat menghormati kemuliaan ruh yang ditiupkan Tuhan--yang mana berarti adalah nilai - nilai ruhaniah-- sesuai ajaran Tuhan. Yang ada adalah seringkali kita terjebak kepada parameter iblis, yakni mengukur dari parameter materi. Ini hal yang jamak. Dan, di dunia seperti inilah kita hidup sekarang. Dimana sisi materi mengemuka dan sangat menarik untuk dikejar - kejar. Dan lantas menjadikan orang dihormati, seperti apa yang terdapat dalam pikiran sang iblis.

Dunia materi seperti inilah yang diharapkan iblis, sehingga manusia - manusia mengikuti pola pikirnya. Kalo perlu seluruh jagad ini mengikuti -isme ala iblis seperti ini. Namun, Tuhan sudah memperingatkan semenjak dini. Salah satunya dalam dua ayat di atas. Setelah era pewahyuan ditutup oleh Rasul Muhammad, Tuhan percaya bahwa manusia mampu menjaga dirinya. Semoga peringatan ini tidak terlewatkan.[] haris fauzi - 05 april 2010


salam,

haris fauzi

4 comments:

Anonymous said...

Kenapa alasan "api" dan "tanah" mengarah pada kesimpulan materi? Bukan energi?
Bukankah memang dunia untuk ruh kehidupan manusia ini membutuhkan wujud materi empiris? Dan justru di dunia materi dapat muncul nilai-nilai, yang bertentangan yang berfungsi untuk menguji manusia ?
(al-Mulk 2)

Haris Fauzi said...

api & tanah adalah paradigma tentang materi. Dan lebih tepat ketimbang energi.
Iya. bener. Semua butuh materi. Dan di alam materi manusia bisa menampakkan 'nilai-nilai'. Itu benar sekali. materi amat dibutuhkan.

Tetapi bukan tema tentang 'kebutuhan materi'itu yg saya tulis, tetapi adalah tentang penyempurnaan manusia dimana ada 2 sudut pandang ekstrim penting,
sudut pandang pertama adalah :"Tuhan menyempurnakan manusia melalui 'roh' / spirit".
Sudut pandang kedua :"setan merasa kesempurnaan jasad/materi-nya lebih baik ketimbang manusia".

Anonymous said...

Dalam fisika kuantum, dikenal prinsip ketidakpastian Heisenberg,mengenai ketidakpastian pengukuran momentum (aspek energi) dan posisi (aspek partikel, materi) suatu photon. Selain itu juga dikenal Einstein yang merumuskan "kesetaraan" materi dan energi. Jadi secara saintifik, paradigma tentang materi dan energi adalah satu entitas dengan dua aspek berbeda. Bagaimana menurut Anda pendapat itu, dan juga unsur-unsur alam materi yang lain, misalnya angin, air?

Kedua, saya kira, ruh/spirit adalah "obyek penderita" untuk proses penyempurnaan, dan bukan obyek penyerta (ini dari kata-kata "melalui"). Proses penyempurnaan spirit/roh saya kira ada dengan kehidupan dan kematian.Alam (materi) ini yang berfungsi sebagai kehidupan, adalah juga sebagian proses untuk menyempurnakan ruh/spirit manusia.

al-Baqarah 30, kemuliaan manusia karena "kebebasan manusia", bisa menjadi baik dan buruk, benar dan salah. Jadi saya kira, bukan dari materi penciptaan yang membuat manusia menjadi mulia, melainkan sifat kebebasannya itu. Ini menjadi implikasi jelas, bahwa kebebasan menuntut pertanggung jawaban, bisa dengan konsep di dunia, akhirat, ataupun dengan konsep hari akhir.

Haris Fauzi said...

kemuliaan manusia karena "kebebasan manusia",
===setuju pendapat ini... manusiamemiliki sifat berkehendak, sementara Tuhan Maha berkehendak... ini menjadi salah satu kemuliaan manusia... tapi kemuliaan manusia tidak hanya dari 'kehendak' saja.... tidak hanya itu.... masih banyak lagi kemuliaan manusia selain itu... salah satunya ya dari 'roh'... :)