Wednesday, August 11, 2010

kenisah : berpakaian dengan sombong

BERPAKAIAN DENGAN SOMBONG

 

Salah satu bentuk larangan yang cukup di-'kuat'-kan dalam ajaran Islam adalah larangan untuk 'berpakaian dengan sombong'. Konon, pada jaman dahulu di tanah arab sana kerap kali seorang pria berlaku sombong dan berlagak congkak . Caranya dengan mengenakan celana atau kain yang demikian panjang sehingga meng-'gelosor' tanah.

 

Seberapa menjulur-kah celana atau kain tersebut ? Larangannya –menurut hadits yang populer— adalah kain atau celana yang menjulur melewati mata kaki. Lebih populer dengan sebutan ' isbal'. Ada yang bilang karena saking sombongnya sampai – sampai kain yang dikenakannya menjulur demikian panjang hingga mirip gaun wanita pengantin ala eropa yang musti di-'cincing' oleh barisan dayang – dayang. Wallahu'alam, hal ini bisa jadi di lebih – lebihkan. Tapi memang sebagian raja – raja dan penguasa jaman dulu kerap kedapatan mengenakan kain yang berlebih – lebihan seperti itu.

 

Okelah. Celana atau kain yang meng-'gelosor' tanah memang selain merepotkan pemakainya, juga tentunya menjadi riskan 'tidak suci' karena pasti menjadi dekil. Praktis celana yang meng-'gelosor' tanah akan kotor. Celana kotor seperti ini menyulitkan untuk digunakan sholat. Dan kalo sudah kainnya kotor, maka sering-kali kita dengar alasan untuk tidak menyegera-kan sholat. "Aku sholat nanti saja, celanaku kotor", gitu seringkali alasan yang kita dengar ketika mengajak sholat seseorang.

 

Dalam keadaan sekarat, konon Umar bin Khaththab pernah –dengan susah payah tentunya-- mengingatkan seorang penjenguknya yang kainnya kepanjangan,"Hai pemuda, angkatlah kainmu. Yang demikian itu lebih bersih bagi pakaianmu dan lebih taqwa di sisi Rabb-mu". Bayangkan. dalam keadaan sekarat ternyata Umar masih memberi wejangan ihwal isbal. Berarti isbal ini bukan hal sepele.

 

Hal  contoh tentang 'isbal' diatas adalah urusan pakaian yang berkenaan dengan kesucian pakaian. Belum 'menukik' kepada larangan 'berpakaian dengan sombong'. Sekali lagi, larangan untuk 'berpakaian dengan sombong' ini termasuk larangan yang kuat. Sedemikian kuat pedoman larangannya, bahkan beberapa alim – ulama menyetarakannya dengan kuatnya larangan untuk 'menghambur – hamburkan air'. Kita tau, di tanah arab nan gersang itu jelas air merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk di hambur – hamburkan.

 

Jaman dahulu di arab sana bisa jadi pria bercongkak sombong dengan kain atau celana yang meng-'gelosor' tanah. Bila memang yang dilarang adalah 'kesombongan dalam berpakaian', maka tengoklah cara orang berpakaian kini. Jaman modern ini tak jarang orang yang berpakaian dengan sombong –bukan hanya kain atau celananya—menurut versi masing - masing. Apalagi bila apa yang dikenakan itu berkaitan dengan prestise, pangkat, atau kehormatan derajat dunia.

 

Tak jarang kini orang berpakaian mahal karena ingin sombong memamerkan kekayaannya. Tak jarang kini orang berpakaian dengan atribut pangkat karena ingin sombong memamerkan jabatannya. Tak jarang kini orang berpakaian muslim karena sombong ingin memamerkan ketekunan beribadahnya.

 

Sungguh, manusia memang tempatnya kesalahan, tempatnya kecongkakan dan kesombongan. Bisa sombong dengan kekayaan, dengan pangkat, dengan ibadahnya, atau yang lainnya. Dan kesombongan – kesombongan itu tak jarang dipamerkan melalui pakaiannya. Untuk itu wajar kiranya bila Rasulullah Muhammad SAW melarang ihwal tersebut dengan pedoman yang cukup keras. [] haris fauzi – 1 ramadhan 1431H

 


No comments: