SETUJU TIGA HAL Setidaknya saya menyetujui tiga hal. Hal pertama adalah bahwa sehebat apapun seseorang, dia adalah tetap manusia yang mempunyai keterbatasan. Hal kedua adalah bahwa dunia dan manusia ini diciptakan Tuhan sebagai suatu kesatuan yang diikat oleh saling bergantung antara satu hal dengan yang lainnya. Sementara hal yang ketiga adalah, sekarang musimnya untuk merasa sebagai orang jawa yang sering ketahuan biar keserempet motor, masih untung karena masih hidup. Yakni berusaha menenangkan hati dengan memandang bahwa banyak kejadian yang lebih parah ketimbang bencana yang menimpa. Ingatlah hal pertama, bahwa setiap manusia –juga pakar mobil—memiliki keterbatasan. Beragam keterbatasan, yang mana salah satunya adalah peluang untuk 'gagal'. Bedanya antara pakar dan bukan pakar adalah, seorang yang bukan pakar akan kerap gagal, sementara sang pakar jarang sekali gagal. Jarang gagal. Artinya tidak selalu berhasil. Karena tidak seorang-pun yang selalu berhasil. Inilah cerita, mobil tadi dibenahi keempat pakar. Ketika tugas dinyatakan usai, ternyata ada satu ketidak-beresan yang belakangan ketahuan diakibatkan oleh ke-apes-an salah satu mekanik. Repotnya, apa rupa kesalahan yang terjadi terletak demikian 'dalam' sehingga keempat pakar tadi harus bekerja dari awal. Keempat – empatnya. Satu pakar berlaku memperbaiki kesalahannya, sementara ketiga pakar mekanik lainnya –yang semula tidak melakukan kesalahan-- harus mengikhlaskan dirinya untuk bekerja ulang karena kesalahan seorang temannya. Inilah ihwal yang kedua, bahwa semua orang—termasuk pakar mobil—tidak hidup sendiri, mereka juga tidak berkarya sendiri. Sehebat apapun seseorang, mereka semua saling bergantung. Dan mobil itu akhirnya dibongkar ulang. Adalah kebetulan semata ketika ternyata pada usai reparasi kedua, ternyata baru ketahuan bahwa kini pakar yang lain ketimpa 'giliran' untuk melakukan kesalahan. Dan memang seperti yang kita duga, hanya kebetulan semata ketika akhirnya mobil itu musti direparasi ulang untuk ketiga kalinya. Mungkin setelah untuk ketiga kalinya mobil itu dibongkar pasang, mari kita menengok kepada ihwal ketiga. Mencoba menghibur diri. Bisa jadi keapesan bertubi – tubi turun satu – persatu itu masihlah mendingan ketimbang turunnya keapesan secara bersamaan. Ya sejatinya saya juga tidak terlalu faham mana yang lebih mengenakkan, apakah keapesan yang berurutan, ataukan keapesan yang turun bersamaan. Tentu saya tak hendak memilih salah satu pun. Namun, setidaknya, keapesan yang berurutan –walau memang mengakibatkan ketidak-enakkan—semoga masihlah bisa membuat bersyukur dan menghibur diri bahwa masih banyak yang lebih apes ketimbang hal tersebut. Kehebatan memiliki keterbatasan, saling bergantung, dan menghibur diri. Akhirnya mobil itu memang nyata – nyata dibongkar pasang tiga kali untuk kasus keapesan yang berurutan. Ini cerita tentang mobil. Entah bagaimana bila menimpa manusia. Fiuh. [] haris fauzi - 1 syawal 1431 h. "semoga cepet sembuh…amin…" Ilustrasi dari garisline.com salam, haris fauzi |
Friday, September 10, 2010
kenisah : setuju tiga hal
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment