Mengapa BlackBerry cocok di masyarakat Indonesia ? Karena --salah satunya-- adalah kemudahan bila bertukar kartu SIM. Karena smartphone BB menggunakan nomer PIN-BB, --bukan nomer kartu SIM--, maka bagi orang yang sering gonta - ganti kartu SIM, masih eksis bertahan bisa menggunakan PIN BB yang ada. Ini menjadi cocok karena kultur sebagian orang adalah kartu SIM lebih sering berganti ketimbang pesawat smartphone. Ini ada benarnya, karena smartphone lebih banyak fungsi browsing atau chat, maka bila tidak aktif, tidaklah menjadi masalah, jadi mati ataupun ganti kartu bukan masalah utama dalam pengunaan smartphone, --seharusnya. Namun jadinya adalah problem ketika melakukan instalasi WhatsApp. Aplikasi chatting WhatsApp menggunakan nomer kartu SIM, dan apabila berubah kartu SIM-nya, tentu identitas WhatsApp ikutan berubah, tidak seperti PIN BB.
Jadi begini, masalahnya adalah WhatsApp merupakan aplikasi chat di smartphone. Smartphone adalah sejatinya sejenis perangkat yang menggantikan sejumlah fungsi laptop, juga sebagian fungsi handphone. Fungsi laptop yang diambil alih adalah dokumentasi, foto, lagu, email, chat, browsing, dan beberapa lagi. Smartphone akhirnya lebih cenderung ke komputer ketimbang telepon. Smartphone merupakan personal komputer yang dimensinya diperkecil menjadi laptop, diperkecil lagi menjadi notebook, lantas diperkecil lagi menjadi smartphone.... dan kemudian diperbesar lagi menjadi tablet.
Beda utama fungsi varian laptop dengan fungsi handphone adalah fungsi handphone mengharap respon cepat. Mungkin dalam kisaran detik untuk panggilan, dan kisaran jam untuk pesan pendek / SMS. Jadi, ketika ditelpon, dalam hitungan sekitar sepuluh detik maka panggilan itu harus diangkat. Sementara kiriman SMS bisa direspon dalam 2-3 jam kemudian. Ini tentu berbeda dengan fungsi email yang biasanya berbalas dalam hitungan 1-2 hari. Atau paling cepat 2-3 jam. Harus diingat bahwa email menggantikan fungsi surat pos. Surat pos baru sampai kepada tertuju dalam hitungan -misal- 5 hari, dan berbalas 5 hari kemudian. Jadi, email memperpendek durasi tersebut menjadi hitungan detik, namun responnya masih umum dalam hitungan 1-2 hari. Artinya, jarak pengiriman email dan balasan bisa berkisar 1-2 hari. Tentu ini sudah kemajuan super mengingat surat pos biasanya 5-10 hari.
Chat sejatinya merupakan fungsi dari laptop, karena tidak seharusnya stand-by 24 jam sehari. Chat barulah dimulai ketika login tersebut online. Bila tidak online, maka jangan salahkan pihak penerima bila dia tidak merespon. Bila chat tidak direspon, seseorang akan maklum, dan untuk urusan ungent biasanya akan berkirim SMS atau melakukan panggilan. Kenapa maklum ? Karena memang chat itu biasanya dilakukan di perangkat komputer. Jadi chat merupakan fungsi low respon dari sisi login yang bisa harian. Hari ini tidak online, mungkin besok. Kalo dari sisi berbalasnya sih hitungan menit bahkan detik. Ciri dari low-respon function ini salah satunya adalah nomer ID yang berbeda dengan nomer kartu SIM. Contohnya akun email seperti googletalk atau YM, BBM, login blog, dll yang tidak memanfaatkan kartu SIM. Untuk mempercepat respon fungsi chat, biasanya disediakan menu kejutan seperti 'buzz', 'ping!', dan semacamnya.
Beda utama fungsi varian laptop dengan fungsi handphone adalah fungsi handphone mengharap respon cepat. Mungkin dalam kisaran detik untuk panggilan, dan kisaran jam untuk pesan pendek / SMS. Jadi, ketika ditelpon, dalam hitungan sekitar sepuluh detik maka panggilan itu harus diangkat. Sementara kiriman SMS bisa direspon dalam 2-3 jam kemudian. Ini tentu berbeda dengan fungsi email yang biasanya berbalas dalam hitungan 1-2 hari. Atau paling cepat 2-3 jam. Harus diingat bahwa email menggantikan fungsi surat pos. Surat pos baru sampai kepada tertuju dalam hitungan -misal- 5 hari, dan berbalas 5 hari kemudian. Jadi, email memperpendek durasi tersebut menjadi hitungan detik, namun responnya masih umum dalam hitungan 1-2 hari. Artinya, jarak pengiriman email dan balasan bisa berkisar 1-2 hari. Tentu ini sudah kemajuan super mengingat surat pos biasanya 5-10 hari.
Chat sejatinya merupakan fungsi dari laptop, karena tidak seharusnya stand-by 24 jam sehari. Chat barulah dimulai ketika login tersebut online. Bila tidak online, maka jangan salahkan pihak penerima bila dia tidak merespon. Bila chat tidak direspon, seseorang akan maklum, dan untuk urusan ungent biasanya akan berkirim SMS atau melakukan panggilan. Kenapa maklum ? Karena memang chat itu biasanya dilakukan di perangkat komputer. Jadi chat merupakan fungsi low respon dari sisi login yang bisa harian. Hari ini tidak online, mungkin besok. Kalo dari sisi berbalasnya sih hitungan menit bahkan detik. Ciri dari low-respon function ini salah satunya adalah nomer ID yang berbeda dengan nomer kartu SIM. Contohnya akun email seperti googletalk atau YM, BBM, login blog, dll yang tidak memanfaatkan kartu SIM. Untuk mempercepat respon fungsi chat, biasanya disediakan menu kejutan seperti 'buzz', 'ping!', dan semacamnya.
Tren gadget sekarang adalah adanya smartphone yang mewakili fungsi laptop, dan seseorang tetap harus mempertahankan penggunaan handphone untuk melayani panggilan dan SMS. Mengapa harus dipisahkan ? Karena smartphone memiliki keterbatasan daya. Boros batere. Jadi, belum tentu seharian penuh bisa menyala. Namun ini tidak jadi masalah untuk fungsi-fungsi email, browsing, dan chat. Ini baru bermasalah untuk fungsi panggilan dan SMS, sementara kondisi batere sedang habis. Maka untuk hal ini, seperti sudah ditulis di depan, biasanya dipisahkan, sehingga seseorang memiliki satu smartphone atau tablet, plus satu handphone. Ketika smartphone koit habis batere, panggilan tetap bisa menggunakan handphone biasa. Masalah - masalah penting bisa teratasi.
Bagaimana dengan fungsi WhatsApp ? WhatsApp merupakan fungsi dari smartphone merujuk kepada kemampuan chat laptop. Masalahnya adalah WhatsApp menggunakan nomer kartu SIM, yang notabene digunakan untuk panggilan. Sementara untuk panggilan, seseorang seharusnya lebih menggunakan handphone biasa karena batere yang tahan lama. Solusi untuk hal ini, biasanya --akhirnya-- seseorang menggunakan WhatsApp dengan memanfaatkan nomer kartu SIM sekunder. Yang kemudian nomer sekunder ini dipublikasi agar rekan - rekannya faham bahwa ada nomer sekunder, persis ketika mengenalkan nomer PIN BB, alamat email baru, dan sebagainya. Sebagian lain menyiasati dengan menggunakan satu smartphone saja, dengan menampung semua fungsi termasuk fungsi panggilan di smartphone dan apabila batere habis maka telah disiapkan sepucuk powerbank atau batere cadangan. Karena -tentu saja- fungsi panggilan kurang mentolerir apabila terjadi masalah batere koit. Dengan dua cara absurd ini akhirnya dilema WhatsApp tersebut bisa diselesaikan. Namun untuk yang menggunakan satu perangkat smartphone saja, dilema bakal muncul lagi ketika terjadi pergeseran dari smartphone ke tablet. Bisa anda bayangkan bukan, apabila ada seseorang melakukan panggilan telpon menggunakan tablet ? Sangat mirip dengan seseorang yang sedang melakukan adzan. Sebuah dilema yang sama sekali tidak penting, bukan ? [] haris fauzi - 25 nopember 2013
No comments:
Post a Comment