Pernahkah anda mengamati sekira tiga macam orang bergelagat berniat hendak memulai sholat ?
Gelagat yang perkara pertama, adalah seseorang yang menyegerakan melaksanakan sholat. Langkahnya begini, beliau berjalan memasuki masjid, kemudian berhenti pada suatu shaf, dan sekonyong berhenti, beliau segera mengangkat tangan bertakbiratul-ihram, seakan tiada jeda antara langkah dia berjalan, berhenti, kontan langsung ber-takbir. Niat-nya dibaca dalam hati, bahkan ketika kakinya masih melangkah memasuki masjid. Biasanya pengikut jamaah salafi yang melakukan hal ini, menyegerakan sholat, dan tidak melafadzkan niat.
Perkara kedua, seseorang memasuki masjid, kemudian berhenti berjenak, barulah ia menunaikan takbiratul-ihram. Jadi ada berjarak antara kaki dia berhenti berjalan, biasanya merapikan posisi, berdiam memusatkan perhatian, kemudian berniat --ada yg dilafadz-kan ada pula yang tidak-- dan lantas baru mengangkat tangan secara perlahan bertakbiratul-ihram. Pada umumnya, jamaah muhammadiyah dan nahdatul ulama melakukan hal ini, cuma bedanya muhammadiyah tidak melafadzkan niat, sementara nahdatul ulama melafadzkan.
Perkara ketiga adalah adanya orang yang berlama - lama menjelang sholat. Tidak bersegera bertakbiratul-ihram. Membaca surah an-Naas tiga kali, ayat kursi, dan al Ikhlas, barulah beliau mengangkat tangan secara lama, seperti mencari posisi pernafasan. Bahkan beberapa kali tidak sreg dan mengulang hal serupa, barulah bersedekap tangan. Saya kurang faham dengan tepat jamaah apa yang melakukan hal ini, beberapa jamaah tarikat dan pengajian kitab kuning melakukan hal tersebut, tapi saya tidak yakin benar, karena saya jarang melihat hal tersebut. Konon semua yang dilakukan menjelang takbiratul-ihram itu bertujuan untuk menjauhkan dari godaan setan, ingin berkonsentrasi, sehingga mencapai puncak kekhusyu'an dalam ber-sholat.
Bila saya membaca gelagat antara perkara pertama dan perkara kedua, keduanya memiliki nilai positif. Dalam perkara pertama, yakni menyegerakan takbir artinya menyegerakan menunaikan sholat. Ini jelas benar.
Sementara yang perkara kedua, melakukan konsentrasi sejenak, tujuannya supaya bebas dari urusan yang lain, fokus untuk menegakkan sholat, dan mencapai kekhusyu'an, sehingga terbebas dari hal - hal sepele seperti menggaruk, mengelus jenggot, menggosok hidung, dan tindakan lain yang acap dilakukan ketika sholat. Tentu bila itu dilakukan, --contoh menggaruk hidung-- akan menurunkan kualitas sholat. Saya sendiri cenderung menjalankan yang perkara kedua. Wallahu'alam. [] haris fauzi, 16 maret 2016
No comments:
Post a Comment