Thursday, August 23, 2018

Antara Turki, Amerika, China, dan Sebuah Negara


Turki sedang dilanda krisis, bulan lalu. Kenapa Turki bisa krisis ? Ringkas ceritera, negara Turki sedang perang ekonomi dengan Amerika. Siapa yang ribut duluan ? Kalo menurut hatta al kisah, Amerika ingin menundukkan Turki, namun Turki ogah. Turki melawan. Akhirnya terjadi saling embargo antara presiden Erdogan melawan presiden Trump. Hal ini yang menyebabkan Turki mengalami krisis ekonomi. Trump ingin menguasai Turki, Amerika ingin meng-kooptasi Turki, namun karena Turki melawan, maka Amerika mengancam dengan hukuman embargo.  Lira, mata uang Turki anjlok jeblog gara - gara embargo Amerika. Embargo ini bertujuan agar Turki kapok. Namun ternyata tidak begitu. Dengan heroik Presiden Erdogan memimpin rakyat Turki untuk melancarkan perlawanan terhadap embargo ini.

Lantas, apa yang dilakukan oleh Erdogan ? Selain mempimpin rakyatnya untuk mengobarkan anti - Amerika, Erdogan juga melakukan kontak dengan China. Kita semua tau, China juga sedang berperang ekonomi melawan Amerika. Sama - sama adu pajak impor, sama - sama bermain truf embargo. Harapan Erdogan, sebagai sesama negara yang menjalin permusuhan dengan Amerika, Erdogan sepertinya berharap bisa tercipta sekutu perang ekonomi Turki dan China, berperang melawan raksasa Amerika. Begitu ringkas ceritera. Jelas, bahwa Turki menggandeng China bertujuan untuk melawan Amerika. Bila Erdogan kalah dalam perang kali ini, Turki bakal dicaplok Amerika. Bila Turki menang, bisa jadi malah dicaplok China. Itu resikonya bila Erdogan tidak pintar bermain perang. Kalah tau menang punya resiko masing - masing.

Disisi lain dunia, ada sebuah negara antah - berantah, dimana negara China mulai mencaplok satu persatu potensi negara tersebut. Dari segala sisi. Mengintip hal ini, sebagian rakyat negara antah - berantah ini sering berisik memperingatkan penguasa. Berisik melulu, memaksa pemerintah negara antah - berantah agar mau melawan dari pencaplokan China tersebut. Rakyat yang berisik ini, mengangkat Presiden Erdogan sebagai tauladan karena ketangguhannya melawan penjajah yang hendak mencaplok Turki. Seperti kita semua tau, pada sebuah negara ini, Amerika telah menjajah dalam bidang pertambangan, dan China telah menguasai secara dagang dan hutang proyek, dan termasuk proyek reklamasi. Tapi, ada baiknya tidak perlu disebutkan satu - persatu. Malah bikin puyeng.

Tentu kondisi sebuah negara antah - berantah ini berbeda dengan Turki. Turki menolak penjajahan Amerika, walau cara Turki melawan Amerika adalah dengan menggandeng negara lain, yakni China, yang notabene juga pencaplok. Karena ini koalisi perang ekonomi. Toh China juga sedang berperang melawan Amerika.

Berbeda dengan sebuah negara antah - berantah, --silakan tebak, bisa negara mana saja, silakan,--  yang mana posisinya sudah dicengkeram Amerika, dicaplok pula oleh China. Ya sudah selayaknya bila ada rakyat yang berisik memperingatkan agar penguasanya segera mencari solusi untuk menolak kelanjutan penjajahan berganda ini. Daripada kekayaan negara tersebut jadi bancakan para penjajah. Faham ? [] haris fauzi, 11 Dzulhijjah 1439H

No comments: