BUPERTA
Hari Sabtu kemarin istri saya mengajak ke sekolah anak. Mau ngurus ihwal perpustakaan sekaligus njemput pulang si Sulung. Ya karena urusannya adalah urusan istri, maka saya mending nunggu di teras mesjid dekat SD Si Sulung, sambil nyuapin si Moncil. Si Moncil pagi itu kesiangan bangun, jadi belum sarapan. Pada saat itulah saya --nggak tau dia datang dari mana, dia bersandar ke salah satu pilar mesjid-- sempat berkenalan dengan seorang kakek tua, yang mengaku berumur 81 tahun dan tinggal di kampung balik. Aslinya mengaku dari Padang.
Rupanya sang Kakek memperhatikan 'unyeng-unyeng' kembar anak saya. Kakek itu menyapa saya dengan nasehat,'...anak itu puser rambutnya ada dua di ubun - ubun pula... Orang tuanya musti hati - hati....Karena diterkam macan...', ujar dia sambil nunjuk kepala Si Moncil. Si Moncil, anak kedua saya-- memang memiliki dua puser rambut kepala, demikian juga dengan si Sulung. Saya-pun punya dua. Posisi 'unyeng-unyeng' kami bertiga mirip, ada di ubun - ubun semuanya.
Sang Kakek dengan suara yang kurang jelas --karena giginya sudah pada tanggal-- bercerita bahwa dia-pun punya dua 'unyeng - unyeng', namun tidak di ubun - ubun. Dan tradisi dia setiap tahun mengunjungi macan --di taman safari-- untuk berkenalan dengan macan agar tidak di-'terkam'. Dia menganjurkan kepada saya untuk berbuat serupa, apalagi kami bertiga semua ber-'unyeng'unyeng' ganda. Entah ini ritual apaan lagi.
Mungkin hampir setengah jam saya ngobrol dengan dia, hingga dia pamit dan berjalan tertatih lantas hilang dibelakang warung.
Lepas dari urusan sekolahan plus 'unyeng - unyeng', kami berkendara ke Cibubur, mau jalan - jalan alakadarnya. Kami memang suka mencari lokasi wisata yang murah meriah, seperti minggu lalu kami sekeluarga mengunjungi perumahan Rancamaya di Sukabumi karena hendak menonton festival layang - layang raksasa nasional di sini. Gratis lho.... Selain nonton dan bermain layang - layang sampe teler, anak saya juga main petak umpet berkejaran di situ. Maklum, ternyata banyak temannya yang juga hendak nonton layangan terbesar se-Indonesia itu. Asli gede banget layangannya, sampai harus di pasak ke mobil kijang biar nggak lepas terbang. Kami di Rancamaya sekitar empat jam.
Di kawasan tol Cibubur ada beberapa tempat melancong. Salah satunya adalah Buperta. Ada juga lokasi wisata Taman Wiladatika, habis renovasi lagi. ....pasti sip. Katanya di Wiladatika ada permainan menangkap ikan di lumpur, buat anak - anak sih. Tetapi karena hari panas sekali, dan kelihatan sekali bahwa Buperta lebih teduh, maka kami memutuskan untuk singgah ke Buperta dan menunda ke Wiladatika.
Oh ya, dulu, pernah juga kami naik motor boat di danau belakang McDonalds Cibubur yang kondang itu. Jadi, di dekat pintu tol Cibubur itu total ada empat lokasi 'plesir' termasuk Cibubur Junction Mall. Kalau anda mau terus ke arah Kota Wisata, maka disono ada taman bermain anak - anak --kalau nggak salah namanya Dreamland-- yang pintunya tembus ke Kampoeng China yang cukup kondang itu, tapi cukup jauh. Nggak masuk hitungan bilangan situ.
Karena memang pingin tau, maka sekitar pukul sebelas siang kami sekeluarga memutuskan meluncur memasuki gerbang Buperta. Tiket masuk mobil delapan ribu perak. Orang nggak bayar alias nggak dihitung karena tidak sedang mengikuti event.
Buperta kalo nggak salah adalah singkatan dari Bumi Perkemahan dan Graha Wisata. Ini dulu adalah lokasi yang terkenal buat perkemahan pramuka, jambore istilah kerennya. Sekarang kondisinya cukup 'kurang terawat'. Ada patung Ibu Tien Soeharto di depan lapangan utama.
Seperti tradisi, saya langsung nyelonong ke kantornya minta denah dan daftar tarip tiap wahana. Hal ini mempermudah saya untuk mencari lokasi yang menarik. Nggak kebayang bila kita ke Taman Mini Indonesia Indah --misalnya-- tetapi kita tidak punya petanya.
Sebaiknya bila kesini membawa serta sepeda kayuh. Kita bisa puas bersepeda puter - puter disini, jalannya beraspal rata dan tidak simpang siur. Ada penginapan, ada danau yang katanya angker, yang jelas area berkemahnya luas sekali, plus jogging track dan jalur penjelajahan pramuka. Tumbuh rimbun banget tanamannya, apalagi dilokasi halang rintang. Pohonnya tinggi - tinggi sekali lengkap dengan kawanan monyet. Ada wahana renang, dan ada pula wahana yang sedang 'under construction', sejenis taman bermain outplant yang dilengkapi pake go-kart. Yang ini asik kayaknya bila jadi kelak. Bisa juga mahal tiketnya.
Danau angker ? Nggak terlalu kelihatan seperti itu. Yang banyak kelihatan malahan monyet - monyet. Tapi memang danaunya cukup luas dan dalam, praktis jadi takut kecebur. Sebenernya sih bisa sewa perahu motor dan sepeda air disono. Kami bermain - main di tanah lapang tepi danau, tumbuhan cukup banyak, rumputnya-pun rata sehingga bila terjungkal tidaklah terluka lututnya.
Capek berlarian di tepi danau, anak saya minta makan ketoprak dan pisang goreng. Ya oke-lah murah meriah, empat ribu rupiah se-porsi. Agar - agar (jeli) bekal Si Sulung juga tandas dimakan. T'rus kita ke mesjid, --agak jauh-- dan musti melewati area yang sering dipake shooting sinetron. Pas itu memang ada shooting pula, judul narasinya kalo nggak salah adalah sinetron 'Fitnah Berdarah'. Mobil terpaksa pindah parkir dan buru - buru cabut, takut kejebak shooting. Pernah suatu ketika di Bogor saya mengalami seperti itu, nggak bisa ngambil mobil karena pelataran parkir sedang dipake shooting. Pas itu di pertokoan, saya pulang kerja lagi. Sekitar se-jam mobil saya ada dilokasi 'terlarang' itu. Kapok. Jadi kalo pas ada shooting, mending nyingkir.
Setelah puter - puter lagi dan beli es jeruk plus pepes ikan, lepas ashar kami memutuskan pulang. Wah ! Jalanan macet ternyata. Maka kami mampir ke warung madu apiari. Ada taman bermain disitu, ada pula tontonan terapi 'sengatan lebah'. Sebenernya ini bukan tontonan, tapi kami nggak dilarang nonton orang yang disengat itu. Cukup aneh bagi kami yang beranggapan bahwa sengatan lebah itu pastilah sakit, lha disini dipake untuk obat manjur.
Acara kami disitu ditambah beli sebotol madu --harganya sekitar lima puluh ribu rupiah sebotol,-- lantas kami memutuskan pulang menembus kemacetan yang belum reda. Menjelang maghrib kami tiba di rumah. Buruan sholat ashar, lantas menyantap pepes tadi. Si Sulung yang minta agar 'prosesi' makan malam disegerakan plus lauk pepesan yang dibeli tadi, ... dan dia membuktikan dengan nambah dua porsi. Rupanya si Sulung terlalu aktif dalam bermain - main barusan, sehingga dia kelaparan terus-terusan. Atau pepes-nya yang memang enak ? [] haris fauzi - 10 april 2007
Need Mail bonding?
Go to the Yahoo! Mail Q&A for great tips from Yahoo! Answers users.
No comments:
Post a Comment