Friday, June 22, 2007

kenisah : akustik

AKUSTIK

Oh - thinkin' about all our younger years
There was only you and me
We were young and wild and free
Now nothin' can take you away from me
We've been down that road before
But that's over now
You keep me comin' back for more


.....

( Heaven - B. Adams & J. Vallance )



Entah kenapa dan entah salah siapa. Seringkali --terutama akhir - akhir ini-- saya merasa seneng banget mendengarkan musik akustik. Walau ternyata dalam komposisi itu masih ada beberapa suara yang 'nggak akustik' lho ya. Bagi saya, prinsip akustik lebih kepada kesederhanaan. Ini bisa jadi kontradiksi. Karena sebenernya saya menyukai musik yang kompleks, full band. Kalao perlu ada dua gitaris, dua keyboardis, dua drummer seperti konser Yes UNION. Lebih asyik lagi bila diimbuhi dengan orkestrasi dan bunyi - bunyian etnik ala bikinan Peter Gabriel. Dan, biasanya ... saya menyukai lagu kompleks yang panjang durasinya.... mungkin bisa mencapai tiga puluh menit seperti lagu 'Supper's Ready' karya Genesis. Itu kalau lagi menggilai musik kompleks yang lazim disebut progresif rock.



Tetapi lagu akustik yang cuma tiga menitan itu ternyata bisa membuat saya kepincut juga. Album Bryan Adams 'Unplugged', memaksa saya ikut bersenandung, terutama di dua lagu : 'Heaven' dan 'Summer 69'. Video pertunjukan Eric Clapton Unplugged membuat saya terbengong - bengong akan kelembutan jemarinya. Cepat namun lembut. Nyaris nggak ada bunyi yang 'slendro'. Saya yakinkan bahwa pasti anda semua akan terkesima dengan performa Clapton. Lantas album karya jagoan mabok Nirvana 'MTV Unplugged', mendorong saya untuk mengenang almarhum Bapak saya. Dulu suatu kali kami berdua sempat nonton saat disiarkan oleh salah satu TV swasta. Beliau menyukai gaya pukul drummer-nya yang memakai gagang pukul kayak kuas itu.



Memang kadangkala tren musik itu berputar ke masa lalu. Dan demikian juga dengan selera bermusik hampir semua orang. Saya ingat benar ketika rilis album Fariz RM yang berjudul 'Livin' In The Western World', yang menjadi pemicu penggunaan perangkat digital di musik pertiwi. Dahsyat. Saat itu saya duduk di bangku SMA. Hampir semua band teman saya berlomba - lomba menjadi aplikator perangkat MIDI. Kalo nggak salah singkatan dari Music Instrument Digital Interface.



Namun, di awal milenium, --yang katanya menjadi tonggak abad teknologi nano-- tren musik malah kembali ke jaman kuno : Akustik dan...Konserto. Yang akustik pakai gitar bolong, yang konserto pake konduktor dan ensambel komplit kayak mbawa rombongan satu kampung. Mungkin orang memang mulai rindu dengan konser - konser orkestra jaman pra-Beatles, dan tentunya juga gandrung dengan akustik era 60-an.



Itu zona 'persawahan' musik dalam pandangan saya. Demikian juga dengan dunia pendidikan. Barusan teman kantor mengenang dan merindukan sekaligus memuja pola pendidikan jaman dulu, ...Bahwa jaman dia sekolah dulu, prioritas kurikulum sekolah ada di unsur budi pekerti. Matematika itu cuma berhitung, bahasa itu cuma diajari menulis. Yang penting anak atau siswa dulu punya karakter yang kini langka, yakni prilaku yang sopan banget ke orang tua. Lha anak sekarang, pelajarannya jagoan fisika tetapi ada orang tua tiduran malahan di langkahi.



Bagi saya itu adalah tuntutan jaman. Nggak bisa disalahkan juga kalo anak sekarang kurang cespleng budi pekertinya, lha karena bisa jadi memang di sekolah nggak punya SKS lebih untuk mengajarinya. Toh, katanya sekolahan harus bisa mendidik siswanya agar lebih mantab memasuki dunia profesional alias dunia kerja kelak. Toh, suatu hari banyak usulan setengah protes dari para orang tua agar anaknya bisa jagoan matematika. Maka, tak salah bila sekolah memforsir dengan hebat untuk urusan 'pengetahuan'. Akibatnya adalah unsur 'pendidikan' seakan tersingkirkan. Lha memang mau pilih yang mana ? Baiknya sih memang dijalankan keduanya, Ilmu Pengetahuan Alam bisa beriringan dengan Pendidikan Moral, misalnya. Tetapi, bila ternyata harus memilih, gimana hayoooo ?



Oh, ya. Jaman saya sekolah dulu, hampir semua mata pelajaran digolongkan menjadi dua : Pendidikan dan Pengetahuan. Pendidikan itu misalnya adalah Pendidikan Moral, Pendidikan Agama, Pendidikan Keluarga, Pendidikan Jasmani. Sementara IPA dan IPS mewakili kutub Pengetahuan. Saya rasa penggolongan ini masih valid.



Walhasil. Atas desakan duniawi yang materialistis, bisa jadi sekolahan meletakkan pilihan bahwa konsep pengetahuan lebih dominan ketimbang pendidikan. Berarti, bila memang ada dua term: Pendidikan dan Pengetahuan, maka sekarang sekolah bukan tempat untuk mendidik anak, ... melainkan tepat untuk menambah pengetahuan siswa.



Hal ini jadi lebih runyam ketika ternyata di rumah-pun seorang anak gagal mendapatkan pendidikan budi pekerti dari lingkungan keluarganya masing - masing. Sebagian besar orang tua disinyalir memang menyerahkan hampir seratus persen muatan pendidikan buat anaknya kepada sekolah... atau kursus - kursus berhitung, bahasa Inggris, dan lainnya.... Padahal yang didapat sang bocah adalah pengetahuan. Pendidikannya nol besar.



Ya itu sih nggak salah juga. Kan orang tuanya memang sibuk mencari nafkah. Wah, ini jawaban repot. Kata orang - orang jaman dulu --dan saya masih menganutnya hingga kini--, yakni bahwa rumah adalah sekolahan utama buat sang bocah. Repotnya, hal ini yang sekarang nggak tren lagi. Apalagi bila orang tua sudah berkilah bahwa sekolah adalah segala - galanya. Sekolah dituntut setinggi langit, padahal banyak langit - langit sekolahan yang kini sudah pada ambrol. Lha kalo orang tua sudah lepas tangan, sementara sekolahan kuwalahan terhadap pilihan untuk mengejar profesionalisme buat siswa, ...... maka kasihanlah sang bocah. Bisa jadi dia pinter secara pengetahuan, namun ya itu tadi, nol besar untuk budi pekeri. Seharusnya dia berhak mendapatkan pendidikan, tetapi orang tua dan sekolahan ternyata tidak mampu menyajikan. Mungkin di akherat kelak para bocah - bocah ini akan menuntut para orang tua dan gurunya. Kelak. [] haris fauzi - 22 Juni 2007



salam,
haris fauzi




majalah solid

situs keluarga

kolom kenisah




Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!

No comments: