ANGIN YANG TERUS MENGAYUN Bersiaplah. Cuaca di negeri tropis ini menjadi galak dan kurang bersahabat. Setelah minggu lalu diguyur hujan penghabisan yang seperti balon bocor di angkasa, sekarang sudah hampir seminggu ini kota Bogor sering dihampiri angin yang cukup besar. Mungkin bukan angin ribut, karena datangnya nggak bikin keributan. Tetapi angin itu membuat masalah. Yang pertama jelas, kita menjadi rentan terhadap penyakit. Konon, pada hari - hari yang berangin di bulan jawa sapar, maka banyak penyakit bergentayangan. Dan pastinya dalam pergantian musim-lah maka angin itu cukup sering berhembus dahsyat. Kalo kata orang, musim pancaroba. Pancaroba musim. Seperti pagi kemarin. Selasa. Angin berhembus dahsyat sekali sehingga kami memutup seluruh jendela dan pintu rumah. Lukisan kain di dinding terombang - ambing tak berdaya ketika kita membuka pintu dan kala itu tanpa sungkan - sungkan angin masuk dengan derasnya. Anak saya berangkat sekolah dengan mengenakan jaket, padahal hawa terik. Sekitas pukul sembilan siang timbul masalah. Mungkin karena angin juga. Setelah sepagi itu kita menikmati dengung kabel listrik yang mendayu - dayu karena dipermainkan angin, maka sekitar pukul sepuluh siang listrik padam. Saya tidak terlalu faham apakah memang listrik ini padam karena angin, atau ada pekerjaan perawatan perbaikan, atau memang saatnya mendapat giliran padam (oblangan). Yang jelas, listrik itu baru menyala pada pukul sembilan malam. Dan setelah itu, pukul setengah empat pagi padam kembali, dan menyala kembali pukul empat pagi. Bila saya sedang mengendari mobil tua saya, maka tiupan angin itu terasa hingga ke laju pergerakan mobil. Seperti terdorong oleh kekuatan supranatural. Awalnya saya mengira mobil saya sudah tidak seimbang konstruksi rodanya, namun timbul pertanyaan kenapa kejadian itu hanya sesekali. Cek punya cek, ternyata tiupan angin-lah yang menggoyang mobil tua saya. Mobil saya yang pendek aja merasakan seperti itu, mungkin bagi yang mengendarai mobil badan tinggi, hal itu lebih terasa. Ada yang bilang bahwa angin bisa menjadi pertanda. Yang jelas adalah sebagai pertanda pergantian musim. Hahahaha. Namun ada juga yang sedikit mengaitkan dengan hal - hal lain. Rejeki, misalnya. Apalagi angin yang kencang, dengan dampak yang cukup bisa dirasakan. Dulu, sekitar lima tahun yang lalu, Bogor pernah di landa angin hebat. Banyak pohon tumbang di sana sini. Mungkin kejadian ini hampir setiap tahun dengan intensitas yang berbeda - beda. Di salah satu pancaroba itu, saya ingat benar ada seorang tetangga yang rumahnya atapnya copot karena tertiup angin. Dia berlarian mengejar atapnya yang terbang itu. Kalo urusan jemuran yang beterbangan ke rumah tetangga, jangan di tanya lagi. rata - rata memang warga sudah menutup tanah miliknya dengan bangunan, dan menyediakan jemuran pakaian di dua alternatif tempat, kalo nggak di loteng ya di muka halaman. Dan kebanyakan memilih loteng. Namun, tiupan angin tidak memandang bulu, jemuran di loteng juga ditiupnya kuat - kuat sehingga beterbangan. Saya juga ingat beberapa tahun lalu di kantor saya juga dilanda angin besar, sehingga ada sebagian atap yang terkelupas dan terbang. Kalo kita bicara bulutangkis di parkiran, maka shuttlecock itu mungkin bisa berbalik seratus depalan puluh derajat arahnya kembali kepada pemukulnya. memang di kantor, sekitar akhir tahun 2007-an saya pernah bermain bulutangkis di kantor, karena memang ada gedung yang belum jadi. Sudah beratap, namun dindingnya belum lengkap. Kadang saya dan teman - teman bermain bulutangkis adakadarnya disitu. Namun, angin menjadi masalah. Ketika musim pancaroba, angin itu menjadi pengganggu yang signifikan sehingga permainan bulutangkis harus dihentikan. Di jaman saya menjadi pengurus RT (saya pernah menjadi sekretaris RT), pernah kelabakan juga ketika sudah menyiapkan tenda untuk resepsi warga, dan ternyata bakda ashar tenda itu berhumbalangan terbang tersapu angin. Walhasil saya dan pak satpam berusaha memancang tenda itu lebih baik lagi. Saat itu, rasanya seperti naik kapal layar ditengah badai. Untuk membereskan tenda yang tercabik - cabik itu saya harus memanjat tiang konstruksi tenda, dan berusaha mengikatkan sekuat mungkin ke pokok - pokok yang ada, di tengah hembusan angin besar. Apapun itu, angin yang lebih besar daripada biasanya memang sedang menghampiri. Di tengah persiapan pemilu yang tidak bisa diprediksi (tidak seperti jaman Orde Baru dimana hasil pemilu sudah bisa ditakar jauh hari sebelum penghitungan suara), di saat kita terhuyung - huyung menghadapi resesi ekonomi global, di saat penyakit bergiat gentayangan mengincar mangsa. Angin itu memang kini mengayun lebih kuat, menghembuskan pertanda.[] haris fauzi - 18 maret 2009 salam, haris fauzi |
Wednesday, March 18, 2009
kenisah : angin yang terus mengayun
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment