Friday, July 03, 2009

kenisah : sang penyelamat

SANG PENYELAMAT

Pertengahan bulan Juni lalu, Salma dan Nourma memasuki masa paska ulangan. Salma yang kelas 3 SD Negeri mulai menjalani pekan kreatifitas siswa --lomba macem - macem kegiatan,-- sementara Nourma yang masih TK-A, ya ngejogrog aja di rumah ngusilin adiknya yang masih bayi.

Salma adalah bocah yang senang membaca, namun selama masa ulangan Salma jarang sekali menyentuh buku bacaannya. Kalo nggak belajar ya dia bermain - main, bukan membaca. Mungkin karena bacaan yang ada sudah dia baca semua.

Salma memang lahap membaca, walau saya yakin dia nggak bisa menikmati keseluruhan apa yang dia baca karena saking cepatnya. Dalam arti, Salma hanya cepat membaca karena pengen tau ending ceritanya saja, sementara 'bunga - bunga' di tengah cerita dia tidak perhatikan. Maklumlah, pikiran bocah selalu masih hitam - putih, si baik dan si buruk, begitu. Padahal menurut saya, membaca novel --atau apapun-- kadangkala yang mengasyikkan adalah membaca bunga - bunga yang seringkali tak terduga itu, disinilah style penulisan kelihatan cirinya. Penulis yang jagoan juga semakin jago menuliskan kejadian detil ceritanya, tidak sekedar hasil akhirnya.

Puncaknya adalah ketika kami sekeluarga pergi ke sebuah Country Club, --hari itu hari Sabtu-- Istri saya ada urusan dengan rekan - rekannya di Country Club itu, sementara saya sebagai sopir, dan anak - anak yang cuma ngikut ya nyantai aja. Jalan - jalan, muter - muter, foto - foto di situ sampe bosen. Sekitar jam sepuluh menjelang siang, Salma mengajak pulang. Entah kenapa, biasanya nih bocah demen jalan - jalan dan ga rewel. Saya kira sakit, ternyata jawaban dia adalah :"Salma pengen mbaca...sekarang ga bawa buku....". Duh, gimana mau pulang ? Acara Istri belum kelar, ...saya mencoba mencari tukang loper majalah, tapi nihil.

Rupanya Salma kangen dengan buku yang Jum'at malam saya bawa, dua novel anak karya Astrid Lindgren, masing - masing setebal kira - kira 200 halaman. Kebetulan hari Jum'at saya sempat mampir membeli karena ada bazaar di sebuah toko buku buku.

Sepulang dari acara itu, Salma langsung merangsek ke rak buku, mencomot buku barunya dan melahapnya. Secepat biasanya. Saya mencoba mengajari agar membaca buku pelan - pelan aja biar nikmat. Tapi Salma masih seperti kebiasaan sebelumnya, ngebut mengejar hasil akhir, endingnya seperti apa.

Dibelikan hari Jum'at malam, ternyata saat saya Senin pagi hendak berangkat ke kantor, Salma sudah minta dibeliin buku lagi. Katanya buku "Madicken dan Lisabeth" sudah tandas, sementara satunya tinggal kira - kira sepertiganya. Duh....ngebut mlulu sih.

Hari berganti menjadi Kamis, dimana hari Jum'at kami lagi - lagi musti ada acara, kali ini pengambilan raport. Saya cuti kerja. Pulang dari acara itu, Salma merengek bener pengen pergi ke toko buku minta dibeliin buku. Saya menolak, karena saya harus Jum'atan. Musti pulang. Sesampai rumah saya bilang bila Salma hendaknya membaca ulang buku - buku yang ada dulu, biar ngerti ceritanya secara holistik, secara keseluruhan, gitu.

Semula Salma menurut, dia berjalan menuju rak bukunya yang amburadul. Mencoba memilih buku dan membacanya ulang. Namun itu tidak lama. Sepulang saya dari Jum'atan Salma mengeluh dengan 'getun' dia menghampiri saya sambil berkata," Yah...bukunya sudah di baca semua, Salma males baca lagi, pengen baca buku baru....".

Oooooh.....akhirnya saya menjanjikan kepadanya buat pergi ke toko buku esok harinya, kebetulan hari Sabtu.

Hari Sabtu pagi, sekeluarga, kita khusus mengantar Salma dan Nourma buat belanja buku. Nourma belum bisa membaca, tetapi dia terserang 'demam buku' dari Kakaknya. Dengan acara ini, mereka masing - masing membeli dua buku. Khusus Salma, dia membeli buku novel anak lagi, masing - masing setebal kira - kira seratus tiga puluh halaman. Sebelumnya Salma sempat nanya,"...Salma boleh beli berapa buku ?". Dan bagi saya dua buku cukup untuk kali ini.

Saya agak was - was. Dua buku itu, saya yakin bisa dilahap Salma dalam dua hari. Dan lantas minta dibeliin lagi, dan begitu seterusnya. Apalagi Salma libur semester. Pasti banyak waktu luang untuk melahap buku - buku itu. Semua terjadi dengan cepat. Itu yang saya perkirakan. Saya garuk - garuk membayangkan bahwa setiap hari selama masa liburan sisa sekitar dua minggu, saya harus membeli sekitar 14 buku lagi.

Saya senang Salma gemar membaca, namun, saya juga harus mengukur kocek. Bila kira - kira buku itu seharga tiga puluh ribu, maka cukup dalam kantong dirogoh. Fiuh.

Namun percayalah. Semua hal yang baik itu ada jalan keluarnya. Niat busuk aja bisa mendapatkan jalan untuk menunaikan, apalagi hal yang baik. Begitu bukan ?

Jalan itu terlihat terang hari Minggu. Ada edaran dari tetangga yang membuka perpustakaan anak. Sebelah rumah persis. "Aha...! Ini keren", pikir saya. Segera saya suruh Salma dan Nourma ke perpustakaan tetangga, mereka hari itu langsung menyewa dua buku. Sekali lagi, Salma menyewa buku novel anak. Dan dikembalikan hari Selasa. Tak bosan, hari Rabu mereka total menyewa 4 buku, dan hari Kamisnya dikembalikan seraya menyewa dua buku lagi.

Hari ini hari Jum'at. Salma semalem bercerita bahwa dia hendak mengembalikan kedua buku pinjaman itu pada hari Jum'at sambil hendak meminjam lagi dua atau tiga buku lagi. Salma bercerita dengan muka berbinar - bidar. Dan saya memperbolehkan. Sungguh, Salma dan Nourma girang sekali berkunjung ke perpustakaan itu.

Dalam hati saya mem-'batin', "untunglah ada perpustakaan sebelah rumah". Sang Penyelamat. Andai perpustakaan itu tidak ada, bagaimana Salma mengisi liburannya ? Kalao harus jalan - jalan melancong, saya tidak memiliki duit lebih untuk itu. Dan pula, Istri saya terlalu repot ngurusin bayi bernama Aya. Perpustakaan Sang Penyelamat. [] haris fauzi - 3 Juli 2009


salam,

haris fauzi

salam,

haris fauzi

No comments: