Saya pernah balas dendam. Balas dendam yang terencana dengan sangat matang. Jadi, sekiranya itu kisaran tahun 1988, ketika kelas dua SMA. Saya duduk di kelas Fisika3. Tetangga kelas kami adalah kelas dua, Biologi2. Kedua kelas itu bertetangga himpit bersamaan dengan beberapa kelas lain dan berada di gedung lantai 2 dengan jendela - jendela menghadap lapangan voli. Antara dua kelas itu disekat dengan dinding bilah - bilah kayu. Konon semenjak jaman dulu begitu, mengingat gedung itu sendiri merupakan peninggalan penjajah. Jendela - jendela yang menghadap lapangan voli itu merupakan lubang yang memungkinkan seseorang meloncat ke kelas samping, atau melemparkan perbendaharaan ke kelas sebelah. Di sini lubang, di sana juga lubang. Kadangkala ada sepatu atau buku yang ditransaksikan melalui jendela - jendela tersebut.
Alkisah suatu hari, kelas sebelah tidak ada Guru. Berisiknya minta ampun. Beberapa benda juga dilemparkan ke dalam kelas kami sebagai bahan bercanda, sesekali dinding kayu itu digedor - gedor dari kelas samping untuk mencemooh kelas kami. Kejadian ini tidak hanya hari itu, sudah beberapakali terjadi berbalasan seperti itu. Kadang kelas kami yang memulai, hari lain kelas sebelah yang memulai. Biasanya kelas kami membalas sesaat setelah guru kelas kami meninggalkan kelas. Maksudnya, pada saat jeda pergantian guru itulah saat kami membalas menggedor dinding kelas sebelah. Tapi pada saat itu saya bermaksud lain. Maksud saya adalah memberi pelajaran kepada kelas sebelah dengan pembalasan dendam gedoran yang multi-dahsyat. Jadi, saat jeda pergantian guru, saya melarang teman - teman untuk membalas gedoran. Saya malah meminta bantuan teman - teman untuk merenggangkan meja tulis. Semua meja tulis yang sejatinya menempel dinding kayu, saya minta untuk direnggangkan barang dua-puluh lima senti berjarak dari dinding tersebut. Seingat saya ada belasan meja. Maksud saya, bila saatnya tepat, rencana saya adalah di akhir pelajaran hari itu-- saya akan mendorong sekeras - kerasnya meja - meja itu beruntun agar membentur ke dinding kayu. Tentu hal ini akan menimbulkan suara gemuruh, bukan ? Mudah - mudahan kelas sebelah terkejut dengan aksi ini. Itu harapan saya.
Ada sedikit faktor untung - untungan dalam balas dendam ini. Hitungan saya, mata pelajaran terakhir kelas kami --kalo nggak salah bahasa Indonesia-- biasanya gurunya menyelesaikan pelajaran sekitar sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Jadi, Pak Guru kami bakal usai mengajar sebelum habis waktu, dan kami bisa pulang lebih cepat barang sepuluh menit. Sementara kelas Biologi2, hitungan saya Pak Guru yang mengajar di jam terakhir, adalah Guru yang senantiasa on-time, menetapi jadwal usai mengajar ketika bel berbunyi. Ada keuntungan waktu bagi kelas kami. Itulah waktunya balas dendam. Andai kelas Biologi2 usai duluan, maka tak ada gunanya kami merencanakan ini semua, kelas mereka sudah kosong.
Dugaan saya tepat. Kelas kami usai lebih dahulu dibanding kelas sebelah. Kontan saya suruh segera teman - teman lari meninggalkan kelas, turun tangga, dan pulang dengan tanpa berisik. Pokoknya jangan berisik, jadi kelas sebelah tidak ada kecurigaan apapun terhadap kelas kami. Langsung pulang lebih baik, tapi bagi yang pingin menikmati pesta ini, harap menyiapkan kemampuan tercepatnya untuk lari dengan cepat namun tidak berisik. Bagi mereka yang hendak mendengar cerita real time, bisa menunggu di parkiran motor. Terus terang ada beberapa teman yang tidak faham dengan rencana yang skenarionya cuma beberapa detik ini. Saya menjelaskan dengan kilat, beberapa teman mengajukan diri menghendaki ikut berpesta gedor bareng, sebagian besar lari - lari kecil dengan sunyi turun meninggalkan kelas lantai dua. Kecuali seorang murid bernama Rizky.
Saya melupakan keberadaan Rizky. Balas dendam harus berjalan sesuai skenario. Saya bareng teman - teman sukarelawan yang ingin berpesta gedor-- membagi meja jatah masing - masing dan lantas mendorong sekuat - kuatnya serta sekencang - kencangnya meja - meja tersebut. Dorongan yang kuat itu lantas membuat meja - meja bergiliran menghantam dinding kayu pembatas, menyebabkan beberapa hiasan dinding terjatuh, menimbulkan suara berdentam - dentam, lantas kami lari sekencang - kencangnya agar tidak ketahuan.
Bunyi yang ditimbulkan dari hantaman meja ke dinding kayu sangat dahsyat, dinding kayu tersebut bergetar keras, sehingga Guru kelas sebelah yang sedang mengajar merasa terganggu dan keluar untuk mencari sebab musabab suara gelegar tadi. Namun dia tidak menemui siapapun, kecuali Rizky yang sedang berjalan gontai, dan tidak mengakui apapun. [] haris fauzi, 8 okt 2015
No comments:
Post a Comment