Wednesday, November 14, 2007

kenisah : bukan kita

KETIKA BUKAN KITA
 
Ide tulisan ini sejatinya sudah lama ada, draftnya sudah tercecer - cecer entah kemana saja, namun tetap saja belum saya anggap selesai. Alasan saya, bisa jadi modal saya belumlah cukup untuk menuntaskannya. Ilmu saya belum nyampai. Atmosfirnya terlalu luas dan kurang terkendali. Tapi, seperti alasan saya selama ini, biarlah akhirnya saya menuliskannya. Kalau menunggu sampai saya menjadi jagoan, .....kapan ?
 
Anda ikut kelompok diskusi ? Anda ikut milis ? Saya sarankan anda untuk mengikutinya, bila mungkin beberapa. Ada banyak hal yang bisa anda pelajari dan dapatkan dari situ. Yang jelas, bisa jadi beberapa informasi yang berguna akan ada di ranah itu. Bila anda ikut milis resep masakan, maka mudah - mudahan anda menemukan resep yang selama ini anda cari. Demikian juga untuk urusan mobil, resto, buku, atau yang lainnya.
Dan yang menggelikan, setelah anda bergabung dengan salah satu milis misalnya, maka anda bisa beranggapan bila tidak akan terlalu kolot atau udik. Modern-man. Ha.. ha.. ha.. Namun, anggapan seperti ini bila dipublikasikan malah menobatkan disi anda sendiri sebagai orang kolot. "Wong ikut milis aja kok bangga bener...", mungkin gitu celetuk orang lain.
 
Bukan itu yang ingin saya tulis. Seringkali kita ngobrol, kumpul - kumpul, arisan, nongkrong, ...atau berdiskusi melalui jalur maya : milis, --aslinya bernama mailinglist,--. Dalam forum - forum itu ada interaksi banyak orang dalam satu forum.
Seringkali kita bisa cuek apabila ada sekelompok orang berdiskusi tanpa melibatkan kita, padahal sosok kita ada dalam ruang tersebut. Namun, seringkali kita dibikin cemberut oleh hal itu. Cemberut karena kita tidak tertarik obrolan tersebut, cemberut karena kita nggak diajak, cemberut karena obrolan itu bukan tentang 'kita'. Kita kadang risih gara - gara hal seperti ini. Banyak alasan untuk risih, kalau di dunia milis, bisa jadi ada pokok bahasan yang menyimpang dari ketentuan milis tersebut. Misalkan milis otomotif kok ngobrolin pisang goreng. Milis musik rock kok ngobrolin sepakbola. Ini bisa dicibiri.
 
Namun ada etikanya untuk hal itu. Khususon wabil khusus ihwal milis, yakni dengan kode OOT. Artinya 'out of topic', diluar topik. Semacam permit. Dengan kode ini hal - hal yang biasanya tercibirkan jadi lancar - lancar saja. Walaupun nggak seluruhnya.
Suatukali, --ini pengalaman pribadi sebagai contoh yang gamblang-- dalam suatu milis dimana saya tidaklah terlalu aktif berdiskusi, -- suatu ketika saya begitu tertarik dengan suatu pembahasan. Yangmana pembahasan tadi kebetulan juga dilontarkan oleh seseorang yang pasif juga, seperti saya. Langka. Catat :  dalam dunia diskusi, kebanyakan anggotanya adalah pasif.
Dalam bahasan tersebut saya merespon terlalu berlebihan, mungkin dalam sehari saya mengomentari bisa lima - enam kali,  tetapi tetap mengikuti aturan. Beberapa rekan yang semula pasif, akhirnya tertarik, dan mereka merespon juga dalam intensitas yang cukup tinggi. Dan walhasil pembicaraan itu menjadi ramai. Ramai oleh orang - orang yang selama ini pasif. Bagi saya, milis tersebut seakan memiliki gairah baru. Orang - orang baru bermunculan.
 
Namun gairah itu ternyata bisa menggerahkan orang lain. Sampai akhirnya membuat risih beberapa rekan lain yang tidak tetarik dengan bahasan tersebut. Masalahnya mungkin berawal dari posisi rekan ini, dimana sebelumnya beliau selalu terlibat aktif dalam seluruh pembahasan yang lainnya selama ini. Dan, sekarang ada bahasan intens yang sama sekali tidak terkait dengannya. Dan bermunculan wajah - wajah baru yang asing, yang mungkin bakal menggesernya.
Dan pada suatu ketika  terlontarlah sebuah 'teguran', bahwa bahasan tersebut sudah terlalu hiruk - pikuk. Seperti sang dosen masuk kelas lantas menggeram dan mendesis,"Sssstt!!!". Sebagai anggota yang 'pupukbawang' --pasif, saya akhirnya tidak lagi melanjutkan diskusi tentang hal itu. Dan rekan - rekan lain yang semula pasif, luntur kembali dan menarik dari peredaran. Kembali pasif. Puret.
 
Bila saya berada dalam posisi 'pak dosen penegur' tadi, maka mungkin saya tidak akan segampang itu melakukan teguran. Karena apa yang dibahas tidaklah menyimpang. Semua sesuai aturan. Hanya, pembahasan tersebut tidak menyangkut diri si penegur. Tidak melibatkan orang - orang yang selama ini dominan. Selama ini sang penegur selalu dominan terlibat dalam pembicaraan atau pembahasan yang ada, dan dengan adanya bahasan yang baru tersebut, dia merasa tidak dilibatkan. Karena bukan ihwal dia, maka beliau ini menjadi risih, atau terancam dominasinya. Mungkin seperti itu. Maaf kalau saya menuduh.
 
Di arisan, di komunitas tongkrongan, dimanapun, kejadian ini acapkali kita temui. Ketika di pos gardu, ketika sekelompok orang bermain gaple, bisa jadi --walau nggak selalu-- mereka akan selalu me-'rendah'-kan orang lain disekitar situ yang tidak ikut bergaple. Demikian juga sebaliknya.  Obrolan satu kelompok membuat risih kelompok lain. Di arisan, ketika pembicaraan berkutat soal perabotan rumah tangga, maka penggemar alat elektronik akan tersisihkan. Demikian juga sebaliknya. Forum yang bisa jadi menyiksa. Atau lebih tepatnya saling siksa. Mungkin siksaan batin. Atau.....waduh, saya cukup kesulitan mencari kata untuk penggambarannya. Anda tidak usah terlalu serius menanggapi kalimat - kalimat disini.
 
Contoh lain yang saya ingat dengan baik adalah ketika saya SD. Yakni acara upacara bendera. Seluruh guru berkelompok dalam barisan. Seluruh siswa berbaris menurut kelasnya masing - masing. Apabila ada barisan yang berisik --biasanya karena mengobrol, biasanya kejadiannya dikelas tanggung, biasanya barisan putra deret belakang. Maka --biasanya juga--salah satu dari guru akan mendatangi lantas menegurnya.
Pernah saya mengamati, ternyata kaum guru ini juga mengobrol. Dan, bisa jadi lebih berisik dari murid - murid. Dan semuanya bukan masalah. Cukup aneh, kan ?
 
Ketika bukan kita. Semua berawal dari titik ini. Ketika bahasan tersebut bukan perkenan kita, maka kita akan risih. Mengapa risih ?
Mungkin saya sekedar mengusulkan, andai kedewasaan harus diukur dari beberapa hal. Maka ihwal ini saya usulkan untuk diikut-sertakan. Namun, sekali lagi, saya belum mampu menuntaskan masalah ini. Ilmu saya belum cukup. Mohon maaf. Tulisan ini belum jua selesai, menunggu saya siap, atau anda yang mampu untuk menyelesaikannya. Atau cukup layak masuk tong sampah. [] haris fauzi - 14 Nopember 2007


salam,
haris fauzi
 


Get easy, one-click access to your favorites. Make Yahoo! your homepage.

No comments: