Monday, February 04, 2008

kenisah : anda peroleh apa hari ini

ANDA PEROLEH APA HARI INI
 
"...dasar manja...jalan atau naik angkot kan bisa..."
 
Begitulah kira - kira,-- gara - gara mobil rusak delco-nya-- saya dapat ledekan seperti itu. Ngaku saja, mobilitas saya memang cukup tergantung kepada mobil tua satu-satunya milik saya itu. Saya jadi males kemana - mana tanpa mobil itu. Susah memang. Mobil tua jadi andalan, hilir mudik rumah ke kantor yang berjarak seratus kilometer, bolak - balik jadi dua ratus.
 
Sempat sembuh sejenak, eh, dua hari kemudian mobil sepuh itu 'opname' lagi gara - gara diluar skedul timing belt-nya putus. Kayaknya efek berantai dari rusaknya delco dua hari sebelumnya.
 
Sebetulnya, ledekan itu cuma sekedar ledekan yang terkirim melalui pesan pendek ke ponsel saya. Tetapi, rupanya hal tersebut jadi lebih bermakna serius ketika saya kali ini harus ke kantor menggunakan bis umum. Jaman dulu sih biasa - biasa aja nge-bis ke kantor. Saat ini-pun sebenernya juga gak terlalu bermasalah, hanya sedikit nggak 'kulino', dan gak terlalu nyaman saja. Bukan di bis-nya, yang mencolok adalah ketika harus menyusuri trotoar, halte, dan terminal.
 
Ketika tersaruk-saruk di trotoar dengan perasaan kurang nyaman, saya langsung teringat ledekan tadi. Ah, saya memang makin lemah dan manja. Sudah terlalu sering duduk di jok belakang kemudi. Segera saya kirim pesan singkat ke Sang Peledek tadi. Cukup panjang :
"Sudah lama banget saya gak naik bis, lama gak ke terminal. Bener. Saya jadi manja. Saya gak nyaman. Gak siap uang receh. Angkot ngetem, sesak, pengamen, gelandangan, orang gila di trotoar. Semua bikin gak nyaman. Padahal dulu gak papa, malah kadang ngobrol sama gelandangan. Ah, saya menjadi makin lemah dan manja"
 
Puncaknya adalah ketika saya harus duduk di halte. Di depan saya ada pria remaja agak kurang waras bernyanyi - nyanyi ala Iwan Fals. Gundul berjaket flanel dan celana gunung yang sudah di potong jadi tiga perempat. Dia bernyanyi, berdeklamasi, berpuisi. Tentang perlawanan, tentang jagoan, tentang kekerasan jaman. Ketika capek, dia surut dan duduk di sebelah saya. Saya hendak beringsut, tetapi saya berusaha untuk tetap duduk di sampingnya. Dikuat-kuatin, sementara orang lain menyingkir diam - diam. Saya-pun hendak mengeluarkan buku dan polpen hendak mencatat hal itu, tapi kembali saya urungkan, saya cukup mengingat saja. Karena remaja tadi juga mengeluarkan diary-nya. Diary-nya di gembok. Pelan - pelan dia mengeluarkan anak kunci dari kantong celana. Lantas dia mulai menulis. Kata yang terbaca dari sudut mata saya cuma satu : " cinta ".
 
Mata saya nanar. Saya tertekan dua sisi, oleh ketidak-nyamanan dan juga oleh ketakjuban. Ketakjuban pertama adalah karena dia 'menulis', sementara saya semakin hari semakin malas untuk menulis.  Ketakjuban kedua adalah karena di tengah serba kekurangannya, remaja tadi berusaha memaknai tulisannya. Sementara saya pagi itu hanya menggerutu atas ketidaknyamanan karena mobil mangkrak. Remaja yang hebat dan mampu menjengkangkan saya hingga titik nol, menjadikan saya sebagai orang gagal. Dia menohok tepat diantara kedua mata saya. Saya terpukul hebat. Mungkin dia lebih 'waras' ketimbang saya.
 
Saya nanar cukup lama, sampai akhirnya saya bisa 'menghibur diri' dengan segala keberuntungan yang saya dapatkan hari - hari ini. Keberuntungan pertama adalah karena saya kenal seorang tukang ledek yang kali ini memberi impak yang cukup kuat kepada diri saya. Saya senang karena tersadar seperti ini, sehingga lain kali mungkin saya bisa mengurangi topan gerutu yang biasa saya lontarkan. Nggak kalah beruntung juga, pada saat kasus mobil pertama kali rusak, ndilalah rusaknya di rumah, sehingga nggak perlu derek - derekan segala. Yang hebat lagi, pada saat mogok gara - gara timing belt putus, lha kok mogoknya pas persis di depan bengkel mobil. Lha ini apa bukan berarti saya mendapatkan kemujuran beruntun di tengah nestapa ?
 
Memang nestapa-nya cukup dominan, mungkin kelihatannya seperti itu. Duit terkuras, sampai - sampai saya mengurungkan niat bakal nonton konser grup rock Jerman Helloween yang bakal ngamen di Jakarta akhir Februari nanti. Duit cekak, itu alasannya. Tapi ternyata selain kemujuran di atas, ada kemujuran lain. Saya malah dapat rekaman konser Peter Gabriel 'Secret World Tour'. Keren pol, puas pol. Saking girangnya saya sampe foto bareng sampul album konser tersebut, saya sampe nonton sambil lunjak - lunjak meniru ulah Gabriel. Itulah yang saya dapatkan hari - hari itu. Cukup baik, nggak perlu disesali, dan yang pasti layak disyukuri. Anda peroleh apa hari ini ? [] haris fauzi - 3 februari 2008


salam,
haris fauzi
 


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

No comments: