Tuesday, April 01, 2008

kenisah : lupa entah yang keberapa

LUPA, ENTAH YANG KEBERAPA
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Malang adalah kota kelahiranku. Dan, menjadi kota masa kecil. Rightplaced Childhood. Disengaja atau tidak.
Saya tidak terlalu ingat, bagaimana awalnya, mengapa Bapak ditugaskan ke kota Malang, yang dulu cukup dingin sehingga saya sejak kecil menderita sakit pilek. Sakit pilek kronis, dan saya baru merasa sembuh setelah di-gurah oleh seorang dukun, tentunya saya  sambil terpekik meronta dan tersedu menangis.
Bapak dan Ibu memutuskan tinggal di Malang semenjak tahun 1968-an, ya karena Bapak ditugaskan ke situ. Masih mengontrak rumah --tepatnya sih sepetak kamar-- di Jalan Hamid Rusdi,  di rumah Eyang Sumo. Pas saya berumur dua tahunan, barulah Bapak kebagian rumah dinas tipe H di jalan kavaleri, lantas beberapa tahun kemudian pindah ke jalan Kesatrian Terusan. Bapak dapat fasilitas rumah dinas dan kendaraan dinas. Sopirnya berturut - turut adalah Pak Bei, Mas Yasmin, dan Oom Badar. Mobilnya adalah jeep willys dan berganti Gaz.
Sempat beberapa kali kami mengunjungi Eyang Sumo setelah itu, termasuk ketika saya SMP, karena teman saya ternyata tinggal di situ. Saat itu Kota Malang tanpa saya sadari mulai menggeliat.
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Jalan Kesatrian dimana rumah dinas ketentaraan berada, pastilah disekitar barak. Tepat di depan ada batalion kavaleri. Setiap malam kami mendengar tiupan terompet pergantian jaga. Selebihnya asrama Corps Polisi Militer, Hub Dam, Lintas Udara, Detasemen Keuangan, dan lain - lain. Bejibun. Hampir setiap hari pasti ada barisan tentara lewat, sehingga saya hafal lagu mereka ketika berbaris,".....sol do iwak kebo, re mi fa sol iwak tongkol....mi re....mi re..... tahu tempe enak dhewe....".
Kadangkala ditengah malam buta, rombongan panser 'bedol desa' melintas membuat gaduh dan mengusik ketenteraman. Laksana guruh tak putus. Semisal jaman perang saja. Itu sekitar  tiga puluh tahun lalu. Kali ini rupanya sudah beda kegaduhannya. Angkutan Umum mulai sering melintas depan rumah, dan banyak asrama dan barak yang sudah dipindahkan ke tepi kota. Ketika tahun - tahun lalu berkesempatan mudik, saya sia - sia merindukan derap prajurit berlari. Sia - sia.
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Ketika masih kecil, saya sering diajak berjalan - jalan ke sawah, di daerah Sawojajar hingga Nggribig. Lokasinya sekarang dipake untuk perumahan. Makin hari kota Malang makin padat, makin banyak orangnya. Namun lucu, di rumah kami tinggal, orangnya makin sedikit. Tetangga juga begitu. Maklum, di komplek rumah dinas itu sekarang tinggal para janda tentara yang sudah ditinggal wafat suaminya, dan di tinggal anak-anaknya merantau. Ibu-ku juga sendirian tinggal di rumah dinas tersebut. Karang taruna RT kami sudah lenyap, terkubur jaman. Entah disimpan dimana tropi juara basket 'anggur-cup'. Tropi kebanggan anak - anak Saladin, kampung kami.
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Pernah pula kota Malang menetapkan daerah Dinoyo sebagai situs penting, karena disitulah diperkirakan letak kerajaan Kanjuruhan jaman dulu kala, cikal bakal komunitas kota Malang. Akhirnya lewat beberapa studi, ditetapkanlah baju Kanjuruhan sebagai pakaian adat kota Malang, lengkap dengan hontokusumonya.
Yang saya ingat nggak terlalu banyak, karena saya lebih tertarik dengan perkembangan kesebelasan Arema. Yang lantas diikuti membesarnya perserikatan Persema. Sempat punya dua kaos supporternya : Persema dan Arema. Sempat ingat juga ketika Bapak ditimpuk orang gara - gara menjadi supporter tim sepak bola tersebut. Ditimpuk supporter kesebelasan lawan.
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Sejak ceprot lahir, trus TK, SD, SMP, SMA, hingga kuliah saya mendekam di kota sejuk yang makin ke sini makin gerah. Tahun 1980-an, setiap berangkat sekolah, maka saya beradu membuat uap dengan meniup embun pagi. Kami berombongan bercanda  melintasi lapangan Rampal, lantas menghilang ke dalam kabut yang turun setiap pagi hari. Lapangan itu memang ditimbun kabut pagi, hingga kami kadang tak kuasa memandang jauh. Konon, sekarang kabut itu sudah enggan singgah di lapangan yang biasa kami jadikan arena sholat Ied itu.
Juga bagaimana jalan - jalan rindang berganti dengan rindangnya mall. Kejutan pertama adalah ketika di tahun 1980-an berdiri tiga plaza berjejer, Malang Plaza, Mitra, dan Gajahmada Plaza. Setelah itu, mereka menggurita tak tertahankan. Mengubur masa lalu dimana kami kecil diajak Bapak jalan - jalan di sepanjang pertokoan Kayutangan, menyisir toko buku 'Lengkap', toko buku 'Paling Lengkap', toko buku 'Riang', dan berakhir di ujung toko buku 'Siswa' yang termenung di bawah tinggi menara gereja. Ya. Setiap ber-ulang tahun, Bapak memberi kado satu buah buku, dan kami memilihnya dipandu Bapak. Yang hingga kini masih saya suka baca adalah buku berjudul 'Taman Firdaus Terakhir' tulisan Slamet Suseno.
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Setiap kembali mudik, saya tersilap beberapa perubahan. Ya, semuanya selalu berubah. Memang tidak se-drastis Ibukota, tetapi tetap saja saya terbawa melankoli kenangan, dan terkejut dengan perubahan. Bagaimana alun - alun diperbaharui, dan secara sistematis dilingkupi banyaknya pertokoan. Masih nampak jelas pertokoan lama : Sarinah. Saya lupa, apakah tipografi tulisannya masih tulisan tangan Pak Karno, ataukah sudah berganti. Juga bagaimana kemacetan sudah terjadi di sana - sini, termasuk di kawasan alun - alun yang dulu lengang itu. Makin lama makin terbatuk - batuk leher saya tercekat asap knalpot. Saya ingat, awal pergeseran menuju gaya hidup kosmo, alun - alun itu sering dijadikan arena tawuran. Bercak darah kadang masih tersisa. Saya hanya mengingat - ingat seraya selalu kebingungan mencari dimana para penjual kaset loak dan buku bekas langganan saya dulu. Oh, rupanya mereka kini terjajar sepanjang jalan rel, deket klenteng.
 
Seingatku hari ini kota Malang berulang tahun. Lupa, entah yang keberapa. [] haris fauzi - 1 april 2008


salam,
haris fauzi
 


No Cost - Get a month of Blockbuster Total Access now. Sweet deal for Yahoo! users and friends.

No comments: