Wednesday, November 18, 2009

kenisah : hati yang bersih

HATI YANG BERSIH

"... orang - orang datang kepada Tuhan dengan hati yang selamat (bersih) ". (QS 26:89)

Kitab suci mencatat bahwa orang - orang yang datang kepada Tuhan adalah orang yang memiliki hati yang bersih. Maksud dari 'orang yang datang kepada Tuhan' bisa didefinisikan sebagai orang - orang yang 'selamat' dari problematika dunia semasa hidupnya, yang mampu mengurai dan memilah segala persoalan hidup sehingga mampu menemukan jalan yang benar dan lurus menuju Tuhan.

Dalam menjalani roda hidup, dalam memandang persoalan - persoalan yang ada tak jarang kita dihadapkan pada ihwal yang sulit, tak nampak, atau bahkan kelam. Persoalan - persoalan yang kusut masai, yang menumpuk laksana kabut pekat nan membutakan. Yang demikian sulit ditembus oleh indera mata sehingga kita tidak tau apa lagi yang harus dikerjakan, tak tau lagi hendak berjalan kemana.

Hal ini mungkin saja terjadi karena kita tidak mampu memandang dengan jernih persoalan dan fenomena - fenomena yang terjadi. Ada semacam tabir yang tidak tembus pandang, yang menghalangi pengelihatan sehingga kita kesulitan menemukan ujung-pangkalnya.

Percaya atau tidak, sebagian orang 'sepuh' menggunakan 'mata-hati' untuk 'melihat'. Konon, mata-hati ini akan jelas melihat bila hati-nya bersih. Saya jadi ingat obrolan dengan mendiang Ayahanda. Pada suatu hari Ayahanda pernah berkata:" Hati yang bersih membuat seseorang bisa melihat dengan jelas". Begitu kurang lebih pendapatnya.

Muhammad Sang Rasul adalah contoh manusia yang demikian bersih hatinya. Konon hati-nya pernah dicuci oleh malaikat dengan air surga sehingga bersih dari segala kotoran termasuk debu dengki. Dengan hati yang bersih, Muhammad mampu dengan optimal menggunakan mata-hatinya, mampu melihat hal - hal yang tidak terlihat oleh orang biasa. Mata hati yang benar - benar luar biasa.

Seorang teman pernah bertanya tentang bagaimana membedakan antara pengemis tulen dengan pengemis gadungan, yang bila diperempatan jalan nampaknya sama saja belel penampilannya. Saya tidak punya pendapat selain menyarankan untuk menggunakan 'mata-hati'-nya. Bila memang masih kesulitan, maka 'jendela-hati'-nya harus dibersihkan dahulu.

Lantas, menurut cendekia muslim Jalaluddin Rakhmat, kotoran hati yang umum terjadi adalah rasa dengki. Dengki akan segala hal, sehingga memudarkan rasa persaudaraan dan memupuk dendam permusuhan. Kedengkian ini tak bisa disepelekan karena begitu kotornya sehingga apabila seseorang mampu berdiri di setiap tengah malam untuk sholat, belumlah tentu dia mampu menghapuskan rasa dengki dihatinya.

Konon, di jaman Rasulullah Muhammad ada sepenggal cerita tentang seseorang yang demikian 'ordinary people'. Begitu biasa. Kehidupan orang itu biasa. Hartanya juga biasa saja. Dan ibadahnya juga biasa - biasa saja. Namun, yang membuat orang ini luar biasa adalah gelarnya. Orang ini digelari 'Si Penghuni Surga', dan gelar itu disematkan oleh Rasulullah sendiri. Keruan saja para sahabat menjadi penasaran, apakah istimewanya orang ini sehingga mendapat gelar terhormat tersebut. Tentulah gelar ini menunjukkan kedudukan yang tinggi. Siapakah yang tidak ingin mendampingi Muhammad di surga kelak ?. Tak seorang sahabatpun yang menolak posisi ini.

Telusur punya telusur ternyata memang Si Penghuni Surga itu tidak memiliki keistimewaan apapun kecuali satu hal. Dia memiliki hati yang bersih yang tidak ternoda rasa dengki barang setitik. [] haris fauzi - 18 Nopember 2009

terinspirasi dari artikel di buku 'Renungan Sufistik' karya Jalaluddin Rakhmat




No comments: